4| Undelivered Truth

45 4 0
                                    


Undelivered Truth: House of Cards

Choi Yuna melangkahkan kakinya untuk semakin menjauh dari kantor kepolisian itu. Tubuhnya yang bergetar memudahkannya untuk ambruk.
Seuntai kalung berliontin dua hati yang selalu ia bawa perlahan ia lepas dari leher jenjangnya.
Yuna tak ada pilihan lagi selain membuang kalung yang telah menemaninya sejak ia hidup sebagai remaja yang membangkang.

Yuna memilih untuk menghapus segala memori yang ada di kalung itu.

Terdengar klise, namun Yuna tahu bahwa kalung itu yang membuatnya seperti sosok yang jahat, tak ada lagi wujudnya yang lama.
Ia terus mendengar teriakan kakaknya yang meronta-ronta, meminta tolong. Itu yang ia dapatkan, setidaknya itu adalah hal yang ia rasakan sebelum masuk ke dalam neraka.

"Atas tuduhan yang jelas, kakakmu telah menikam pekerja pabrik tanpa alasan yang jelas, apa itu baik menurutmu?"

"Dia tidak bersalah!"

Kukunya yang panjang ia tusukkan terus menerus pada bibirnya. Yuna sangat kecewa pada dirinya sendiri. Ia melindungi orang yang jahat, kakaknya adalah tersangka pembunuhan, dan dia menerima hukuman mati.
Hati Yuna tentu merasa tercabik-cabik, hanya kakak laki-lakinya saja yang ia punya. Ia hidup sebatang kara, tak ada yang menemaninya lagi selain dirinya sendiri.

"Itulah mengapa aku tidak mau menceritakan hal ini pada orang lain selain sahabatku." Yuna melihat ke depan, ia menunduk sambil melihat kepalan tangannya yang memegang sebuah kalung.

"Kau adalah wanita paling kuat yang pernah kutemui, jangan menyerah, Yuna-ssi."

Suara Jungkook samar-samar membuat Yuna agak tenang. Apalagi suasana sunyi yang mendukung.
Kini Yuna dan Jungkook sedang berada di tempat peristirahatan terakhir kakaknya. Meskipun kakaknya tidak percaya pada hal kerohanian, namun Yuna yang telah mendapat nama baptisnya tetap ingin mendoakan kakaknya.
Ia mendapatkan itu ketika ia diadopsi oleh keluarga Katolik yang cukup religius. Namun mereka tak memaksa Yuna untuk mengikuti jejak religi mereka.

Beruntunglah Choi Yuna, ia masih bisa berdamai dengan dirinya sendiri.
Begitupun juga kakaknya, ia beruntung mempunyai adik sebaik Yuna, meski tak dapat melihatnya menjadi wanita dewasa yang kini telah sukses.

🍁

"Apa ayah akan pulang malam ini?"

"Tidak."

"Baiklah.."

Hoseok menaruh gagang telepon dengan perasaan yang gusar. Ia masuk ke akademi kepolisian hanya untuk membanggakan ayahnya. Pria yang terkenal dengan sifat humorisnya itu menyimpan rahasia yang tak ia ungkap.
Ayahnya memang seorang yang cakap dan mapan, ia punya kenalan count di kota se-mewah Paris. Meskipun ia membanggakan statusnya, tetap saja ia menjadi ayah yang payah.

"Memangnya aku ini siapa? Temannya?"

"Sudahlah Hoseok-ah, tidurlah, besok kau berangkat pagi-pagi."
Wanita paruh baya mencoba menenangkan hati Hoseok yang terbakar. Seolah-olah wanita itu sedang memadamkan api dan menggantinya dengan permen kapas.

"Iya ibu.."

Ayahnya memang payah dan tidak punya keahlian menjadi ayah—lantas mengapa ia bersikukuh cepat-cepat ingin punya momongan?
Yah, tak ada yang spesial, Hoseok pun juga tak punya pilihan lagi selain bertahan hidup di atas awan yang empuk dan berlindung di bawah biji kenari.

"Jika terus-terusan kau begini, maka kau tak akan dihargai."

"Apanya? Aku ya aku, bukankah kau yang mau jika anak itu dapat pekerjaan yang bagus?"

"Baiklah, kalau itu maumu, kenapa tidak datang di persidangan?"

"Dengar sayang—"

Wanita itu tak menjawab suaminya, ia menutup telepon dengan kasar.
Pekerjaan suaminya membuatnya harus pintar-pintar menjaga image, jaim.
Jika ketahuan bercerai, maka ia akan dianggap sebagai laki-laki brengsek.
Tapi itulah kenyataannya, Hoseok juga sudah tahu, namun ia tak tahu mengapa orangtuanya menjadi seperti itu, seolah ia tak diinginkan di keluarga ini.

Tak terasa jika akademi kepolisian menerimanya untuk masuk secara perdana, terpilih diantara pemuda yang menunggu keputusan langka itu.
Hoseok bertemu dengan Yuna dan Taehyung di sana. Ia pernah menyukai Yuna saat awal masuk, namun ia tak yakin, karena Yuna adalah wanita yang ambisius, sementara Hoseok bukanlah pria yang senang bekerja keras, nyalinya menyusut tiba-tiba.

🍁

Jungkook yang baru berusia dua puluh satu tahun kini sedang merantau di ibu kota negara. Seoul adalah tempat yang diidamkan Jungkook sebagai ladang pekerjaan yang menjanjikan.

Ia berasal dari kota kecil di Busan, hampir masuk desa. Dan kakak sepupunya, Park Jimin adalah seorang polisi. Jungkook ingin menjadi polisi atau tentara, dirinya sudah berlatih bela diri hingga memenangkan beberapa medali di cabang antar kota.

Ketika kakinya pertama kali menginjakkan tanah Seoul, rasanya ia seperti sedang bermimpi. Ini terasa tak nyata baginya.
Jungkook tak mau melewatkan kesempatan besar ini, ia harus melakukan yang terbaik. Entah mau jadi apa kedepannya, ia akan melakukan semua yang ingin ia lakukan, sekaligus menambah pengalaman baru.

Pertemuannya dengan Wheein waktu malam hari adalah kesalahannya yang agak ceroboh. Tapi Jungkook tak tahu reaksi Wheein seperti itu.

"Wheein noona, apa kau menyukai Taehyung hyung?" Jungkook dan Wheein ketika mereka sedang beristirahat di kafetaria setelah melewati perjalanan panjang hari ini.

"Aku tidak tahu, aku ingin menyukainya, tapi apakah dia menyukaiku juga? Aku tidak mau memaksanya untuk juga merasakan apa yang aku rasakan."

Jungkook menunduk, ia tahu mereka saling menyukai, dan Jungkook ingin menyatukan mereka, tapi entah mengapa Wheein sangat pemalu untuk urusan itu, ia hanya fokus pada Sojung saja waktu itu.

Saat ia tahu Wheein dan Taehyung menikah, Jungkook juga merasakan kebahagiaan itu. Ia tak bisa datang ke Seoul karena harus mengurus pendaftaran untuk kepolisian di Busan. Tapi ia berjanji akan mengunjungi mereka suatu saat.

Dan soal Jimin, Jungkook sebenarnya tak tahu menahu tentang kakak sepupunya karena mereka memang tak sebegitu dekat. Jungkook juga tak percaya dengan semua perbuatan Jimin selama ini. Yang ia tahu adalah, Jimin dipandang sebagai sosok yang bertanggung jawab dan punya disiplin penuh. Pekerjaannya juga bagus, punya jabatan tinggi, Jungkook menjadikan Jimin sebagai idolanya waktu itu.

Semua berjalan begitu saja seperti air hujan yang jatuh di danau. Jungkook tak tahu masa depannya akan bagaimana, tapi yang pasti, ia tidak akan melupakan semua hal yang terjadi sebelum-sebelumnya.

🍁

Your Guardian Angel [✓]Where stories live. Discover now