2. Meet The Devil.

32.9K 1.9K 23
                                    

Seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang besar itu menggeliat pelan, matanya mengerjap beberapa kali sebelum netra abu-abu jernih itu menunjukkan eksistensinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang besar itu menggeliat pelan, matanya mengerjap beberapa kali sebelum netra abu-abu jernih itu menunjukkan eksistensinya.

Setelah kesadarannya pulih, Irina dengan sigap bangkit dari tidurnya dan mengedarkan pandangan. Meneliti setiap sudut tempat dimana ia berada saat ini, sebuah ruangan yang Irina yakin adalah kamar. Kamar ini didominasi oleh warna hitam, terlihat sangat mengerikan bagi Irina yang menyukai warna alam. Sejauh mata memandang, gadis itu tidak melihat adanya cahaya, jendela atau apapun yang bisa membawa cahaya dari luar memasuki ruangan ini.

Ruangan ini megah dan sangat besar, tetapi persis seperti penjara yang mengerikan.

Irina memejamkan matanya. Berbagai pertanyaan timbul dalam pikirannya. Kenapa? Bagaimana? Dimana ia berada saat ini? Kenapa ia bisa berada disini? Dimana Pattie? Dan bagaimana kakaknya? Apakah berita kematian itu benar-benar terjadi? Dan Gregori benar-benar meninggalkannya?

Tubuh ringkih Irina bergetar, tangannya menekan dadanya yang terasa sesak. Dia tidak bisa membayangkan jika Gregori benar-benar pergi meninggalkannya. Bagaimana ia akan hidup? Seluruh keluarganya sudah pergi. Menyisakan Irina sendiri menghadapi dunia yang terasa kejam.

Setelah beberapa menit menangis, Irina mengatur pernafasannya. Ia harus berpikir rasional saat ini, ia harus menemukan jawaban dimana ia berada saat ini dan bagaimanapun ia pergi dari tempat menyeramkan ini.

Irina bangkit dari ranjang dan berjalan menuju pintu besar berwarna hitam di hadapannya, meneliti pintu itu dari bawah sampai atas. Irina berdecak kagum melihat pintu itu begitu kokoh berdiri, seperti menyembunyikannya dari dunia luar yang berada di balik pintu itu.

"Hei, anyone here? Open the door, please." Irina memukul-mukul pintu tersebut dengan tangannya, suara yang dihasilkan pintu itu begitu kecil dan justru tangan Irina sakit karena memukul pintu yang sepertinya terbuat dari baja itu.

"Open the door!" Irina berteriak sekuat tenaga sehingga tenggorokannya sakit.

"God, please. Dimana sebenarnya aku berada saat ini?" Gadis itu menyenderkan keningnya pada pintu, tangannya memukul dengan lemah. Irina benar-benar bingung situasi apa sebenarnya yang terjadi padanya saat ini.

Irina menghembuskan nafas lelah, gadis itu membalikkan tubuhnya dan saat itu pula tubuhnya menegang, matanya membelalak sempurna, nafasnya tersendat karena keterkejutan yang menyerang.

"Apa ini?" Irina tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sebuah lukisan besar yang menampilkan wajahnya tengah tersenyum lebar. Bagaimana lukisan dengan potret dirinya bisa berada disini? Siapa yang meletakkan lukisan itu disini? Dan apa tujuannya?

Tepat saat itu, bunyi baja yang tergeser terdengar. Irina menahan nafasnya dan dengan gerakan kilat membalikkan tubuhnya. Pintu besar itu terbuka perlahan, menampilkan seorang pria dengan pakaian serba hitam berdiri di baliknya. Menatap tepat pada mata Irina, dan tatapan itu membuat lutut Irina lemas tak berdaya, tatapan itu begitu membakarnya, tatapan itu penuh dengan api kemarahan. Walaupun sang pemilik tubuh berdiri begitu tenang. Irina terpukau dengan netra berwarna biru itu, begitu indah.

His Revenge [End]Where stories live. Discover now