"Heh gini aja deh, gue kan cuma ada satu motor, Ical ama yang lain aja biar bisa bawa motor juga. Lewat jalan raya soalnya," usul Ale sore itu pulang sekolah.

Mereka berniat pergi ke dufan karena kemarin Nayya ulang tahun. Biasanya anak kelas ada yang bawa mobil entah itu Ale, Gibran atau Dilla. Ini malah kebetulan pada naik motor juga.

"Yang tadi berangkat berdua siapa aja?" tanya Ical pada mereka.

"Gue sendiri!" sahut Luna di depan grobak Mang Udin.

"Gue sama Dilla bareng," sahut Nayya.

"Oke, berarti yang berangkat bareng gue Ical sama bunda Dilla ya, Nathan sendiri, Gibran juga sendiri," jelas Ale karena harus membagi peran agar kendaraan pas.

"Gini tukeran, Ical lo sama bunda, gue sama Dilla," pinta Ale. "Cewek jangan bawa motor sendiri." katanya membuat yang lain mengangguk saja.

"Terus gue sama siapa???" tanya Zia karena tadi pagi berangkat dengan Pak Ghani. Cewek berwajah bulat itu menatap melas teman-temannya.

"Lompat aja Zi," balas Ale. "Lo kan kelinci." katanya membuat mereka tertawa.

"Ya kan ada si Nathan sama Gibran," balas Nayya. "Bareng sama mereka aja. Pada naik motor sendiri-sendiri juga."

"Eh motornya bakal sisa apa enggak?" tanya Luna. "Gue juga bawa motor sendiri nggak papa sih sebenernya."

"Nggak jangan," sahut Dilla sambil berdecak.

"Jangan anjirt lu serem kalo bawa motor di jalan raya," balas Ical. "Udah nebeng aja, kalo motornya sisa ya nanti tinggal sini tar ambil lagi." ucapnya membuat Luna mencibir.

"Gue ambil motor dulu aja," sahut Nayya meminta kunci motornya dari Dilla. Lalu pergi masuk lagi menuju parkiran.

Bersamaan dengan itu muncul Nathan dan Gibran dari dalam sekolah, memang paling lama kalau urusa keluar. Gibran langsung menepikan motornya di pinggir grobak, sementara Nathan masih tepat di depan gerbang.

"Lah ini anaknya baru nongolll,"

Nathan membuka helmnya. "Gue nggak ikut," ucapnya membuat anak kelas langsung berseru kecewa. "Mau anter tante ke rumah sakit."

"Loh?? Tante Aura kenapa?" tanya Zia mendekat. "Ikut lahh."

"Lo main aja sama mereka, cuma tes rutin doang." kata Nathan.

"Iya Zi ikut aja lahhh yakali nggak ada elo," balas Luna tak setuju. "Ikut ah nggak mau tau!"

Ical langsung merangkul leher Zia. "Ikut lah anjir janji nraktir gue," katanya membuat Zia berseru protes. "Cal ahh!"

"Tapi Zia bareng siapa??" tanya Ale jadi bingung. "Cowoknya sisa satu aja."

Gibran yang baru turun dari motor memandang mereka. "Gue nebengin siapa?" tanyanya membuat anak kelas langsung menatap Luna serempak.

Luna yang sedang mengunyah cilok jadi tersedak bingung. "Hah? Apaan?"

"Oke." balas si kalem itu membuat anak kelas bersiul menggoda Luna.

Kabar hebohnya, kemarin Luna putus sama cowoknya karena diselingkuhan. Jelas heboh satu kelas menjodoh-jodohkan mereka berdua lagi.

"Padahal kan jadi orang peka nggak susah ya," sindir Ale dengan decihan.

"Terlalu peka nggak baik," sahut Dilla membuat Ical tersedak kuah cilok. "Jatohnya kegeeran." lanjutnya membuat Luna dan Zia mengerjap cengo.

Ale sukses melongo, memandang Dilla dengan wajah sok terluka. "Dill, nyindir mah nyebut namanya langsung. Ini sakitnya ngalahin ditimpuk Pak Aji pake sapu lidi..."

Little Promise ( AS 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang