Prioritas : 39

1.3K 118 6
                                    

Mereka bertiga kini sedang berada di rumah makan padang karena keinginan Ririn. Selepas Abila mengeluarkan segala emosinya mereka bertiga pergi meninggalkan sekolah mengunakan mobil Lintang, tidak, mobil mami Lintang lebih tepatnya.

Lintang menepuk-nepuk perutnya kenyang. Ia baru saja menghabiskan seporsi nasi dengan rendang, ayam kremes dan telur dadar di tambah sayur mayurnya. Dasarnya laki-laki, kapasitas perutnya lebih besar dari pada perempuan.

Ririn sama halnya dengan Lintang ia terlihat sedang kekenyangan dan Abila? Nasi di piringnya aja masih tersisa banyak.

"Bil, makan yang banyak, berjuang butuh tenaga ekstra lho!" heboh Ririn. Abila menoleh lalu mengangguk.

Lintang memperhatikan Abila dengan sesaksama. Sepupunya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Bil, gue mau tanya, nih, boleh ga?"

"Hm." jawab Abila. Ia melepas pandangan matanya dari piring ke arah Lintang dan Ririn yang duduk di sebrangnya.

Lintang berdehem sebentar, "Lo kemarin bilang kalo Lio udah dua kali masukin sesuatu ke makanan atau minuman orang deket lo, kalo gue yang ke dua yang pertama siapa?"

Di letakan kembali nasi yang sudah ada di kukungan jemarinya, Abila menatap Lintang.

"Jayden."

Keduanya membuka mulut lebar, Jayden?

"Kapan?!" tanya Ririn tidak sabaran.

"Lagi Bila makan bakso sama Jayden Bila kaya lihat motor Lio tapi ga ada orangnya, tau-taunya yang ganterin baksonya Lio. Cairannya di gabungin di es teh Jayden."

"Terus, sih Jayden-Jayden itu minum, ga?"

Dengan manis Abila tersenyum. Senyumnya sangat indah.

"Enggak, Bila senggol tangannya pas mau minum. Terus di situ Lio hilang."

Lintang terkekeh, "Ada-ada aja tingkah cowo lo, Bil."

Mata Abila menatap Lintang tajam.

"Eh - Lintang nyengir kuda - maksud gue mantan cowo lo."

Ririn yang tengah santai menyeruput es jeruknya tidak begitu ikut campur dengan obrolan dua temannya, yang penting perutnya kenyang.

"Btw gue salut sama lo, Bil. Lo bisa lost bener-bener lost dari diri lo dan mainin peran dengan hebat. Jayden juga keren sih ektingnya."

Abila tersenyum, "Sulit awalnya, Rin. Tapi demi kebaikan bersama Bila harus lakuin itu."

"Ini sih bukan kebaikan bersama, Bil. Ini tuh kerugian lo ke menangan Aruna." cibir Lintang.

"Lagian nih, ya. Kadang gue bingung sama Aruna, kenapa tuh cewe segitu pengennya nguasain Lio dan melakukan segala cara buat bisa bareng Lio. Sampe adenya aja dia jadiin sasaran, lho!" Ririn melanjut pembicaraan mereka.

"Ga ada dasar sih kalo kata Bila. Aruna emang dari dulu kalo udah suka sama sesuatu harus dia miliki, sekali pun ga bisa, ya, yang lagi ga boleh miliki sesuatu itu." sambar Abila.

Lintang mengangguk, "Setiap di tanya maksud dan tujuannya apa, bilangnya cinta. Padahal itu bukan cinta tapi obsesi Aruna yang ga mau kalah dari Bila." sambung Ririn.

"Lagian, logis ga sih cewe sampe kaya gitu demi cuma dapetin Lio. Cowo dingin ga punya senyum." Lintang berdehem, "Mending gue, ganteng, bonyok gue tajir, sering senyum, jago bela diri dan yang terpenting gue kuat lama."

Ririn berdecih tawa, "Kuat lama lo dalam artian ape, nih?"

Lintang tersenyum misterius pada Ririn, "Maunya apa?" godanya.

Prioritas [Selesai]Where stories live. Discover now