Prioritas : 33

1.3K 119 23
                                    

Laki-laki dengan masih menggunakan seragam sekolah itu duduk di tepi kolam renang seraya mencelupkan kakinya di dalam air. Ia pulang lebih awal dari jam semestinya.

Pembicaraannya dengan Abila benar-benar membuat keadaannya hancur. Abila saat ini bukan lagi miliknya, bukan lagi kekasihnya dan bukan lagi prioritasnya. Gadis itu memutuskannya dengan cara yang begitu sederhana namun menusuk sampai ke hati.

"Bila nyerah."

"Lintang Kakak sepupu Bila."

"Bila nyerah."

"Lintang Kakak sepupu Bila."

"Bila nyerah."

"Lintang Kakak sepupu Bila."

Dua kalimat itu terus terulang di kepala Lio. Seakan tidak membiarkan dirinya tenang. Sejak ia menginjakan kakinya di rumah setan-setan sialan di telinga dan hatinya terus mengulang dialog yang sama hingga membuat Lio merasakan rasa bersalah yang begitu dalam.

Tiga fakta ia dapatkan di hari dan jam yang sama. Pertama fakta jika Abila mengetahui ia memasukan sesuatu ke dalam kopi Lintang. Kedua, Bila tau jika ia membohonginya dan yang ketiga adalah fakta yang sangat membuat Lio seperti orang kesetanan, Lintang? Teman sekelasnya sekaligus orang yang selama ini ia jadikan saingan adalah kakak sepupu Abila.

Ini di luar nalar, namun memang kenyataannya.

Jika di perhatikan Lintang sama sekali tidak menunjukan jiwa kakak sepupu melainkan seorang laki-laki yang menyukai wanita.

Apa selama ini keduanya bermain peran?

Lio melihat ponselnya, Abila memblokir semua media sosialnya termaksud instagram dan telegram. Pesan terakhir yang di kirimkan Abila adalah 'terimakasih' lalu gadis itu langsung memblokir WhatAppsnya.

"Ah! Sialan!"

Ponselnya di lempar cukup kencang, tergelinding entah kemana. Laki-laki itu menyeburkan dirinya kedalam kolam renang, memasukan kepalanya ke dasar kolam dengan waktu yang lama.

Tujuannya ingin melepaskan suara jahat itu, namun ia malah mendapatkan bayangan menyakitkan yang menampilkan Abila mengelus pipinya lalu di imbangi dengan ucapan perpisahan yang begitu menusuk.

"Sial!"

Menghempaskan tangannya pada air hingga air itu bermuncratan kemana-mana.

Lio diam. Matanya mulai memerah karena terlalu lama di biarkan di dalam air dan juga merah karena menahan air mata yang akan mengalir.

Hatinya benar-benar terluka.

Lio mengusap wajahnya kasar, "Lihat aja, gue bakalan lepas semuanya dan buat lo kembali sama gue lagi, ABILA!!"

Selanjutnya Lio kembali memasukan wajahnya kedalam air.

Lia yang menyaksikan kembarannya seperti itu tidak tega, tapi semua ini adalah konsekuensinya karena mempermainkan Abila terlalu lama.

Lia maju untuk mengambil ponsel milik kakaknya yang tergeletak begitu saja, membawanya masuk kedalam tanpa memanggil Lio sama sekali.

Lia mengambil tasnya yang ia lempar ke sofa. Ia pulang di waktu yang belum seharusnya dengan maksud untuk mengawasi Lio dan ada sesuatu yang harus ia selidiki hingga ia menemukan fakta yang sebenarnya.

Lia masuk kedalam kamarnya, mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah, membasuh wajahnya lalu menggunakan serum wajah.

Lia duduk di kursi meja belajar, mengambil botol kecil yang tadi ia ambil di dalam tempat sampah. Memperhatikan sebentar dengan otak yang terus berjalan mencari jawaban.

Prioritas [Selesai]Where stories live. Discover now