Prioritas : 18

1.3K 126 11
                                    

Aktivitasnya setiap pagi selalu sama dan tidak akan pernah berubah. Subuh ia bangun untuk mandi dan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim lalu memasak sarapan untuk bundanya dan juga untuk dirinya kemudian ia berangkat menggunakan jasa ojek online.

Abila memang tipe gadis yang tidak manja dan selalu melakukan apapun sendiri. Para gadis di luar sana bahkan Okta saja selalu di antar dan di jemput oleh pacarnya, tapi Abila berbeda, dirinya memilih menjalani ke sehariannya dengan kaki dan tangan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Tidak, semua ini ia lakukan karena dirinya memiliki kekasih namun rasa jomblo.

Pagi ini Abila berangkat agak siangan karena tidak ada kegiatan yang harus ia kerjakan jadilah ia memilih jalan sedikit mepet waktu agar ia lebih bisa menjaga bundanya.

Berjalan dengan santai menelusuri setiap lorong yang ia lewati. Setiap koridor ramai, tapi kali ini terlihat lebih hebring entah apa penyebabnya Abila tidak tau.

Abila menghentikan langkahnya, berbalik badan menunggu Sesilia yang masih ada di jarak dua meter.

"Apa?"

Tanyanya setelah mendapati Sesilia berdiri di depannya.

"Sumpah, Bil. Lo nyantai banget gila!" hebohnya.

Abila menautkan alisnya, gadis ini bicara apa? Tidak jelas.

"Apa sih?" geregetnya pada Sesilia. Sesilia ini temennya, teman semasa SMP.

"Lo ga takut Lio marah? Gila, gue ngeliatnya sih baper tapi rada khawatir juga sama lonya, Bil."

Semakin tidak jelas. Apa maksud Sesilia Abila belum tau, kita lihat saja apa kelanjutannya.

"Masalah apa?"

Sesilia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku seragam sekolahnya, ngutak-atiknya sebentar lalu menyerahkan pada Abila. Abila melihat ponsel Sesilia dengan keadaan sedang memutar sebuah vidio singkat dengan durasi tiga puluh detik.

Di kembalikan ponsel itu. Jujur, Abila tidak tau apa yang akan ia lakukan selanjutnya tapi ia yakin jika Lio tau tentang vidio singkat itu laki-laki itu bisa marah, secara Lio sedikit posesiv.

"Makasih, Bila sebelumnya ga tau soal vidio itu." kata Abila setelah mengembalikan ponsel milik Sesilia.

Sesilia mengangguk, "Kemana aja, mbaknya. Punya hp ga di manfaatin amat."

"Ga sempet buka hp. Bila ke kelas, ya Sel."

"Iya." balas Sesilia.

Abila kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai dua, kelasnya berada. Jadi, sejak tadi orang-orang ramai dan sesekali menatapnya karena vidio itu? Siapa yang dengan lancang memvidiokan dirinya dan mengunggah di media sosial hingga satu sekolah heboh.

Langkah Abila tertahan di depan pintu kelas, ia memperhatikan teman sekelasnya yang duduk saling berkelompak termaksud Lia, Ririn dan Okta. Ada apa? Rupanya mereka masih menonton vidio itu dan saling berteriak memuji ke uwuan yang Lintang lakukan pada Abila dan memuji kecantikan Abila saat tertawa.

Lintang beranjak dari duduknya, mendekat pada Abila yang masih berdiri.

"Ayo cantik, kita masuk." di ulurkan tangan kanannya mengode Abila agar di terima namun sayang, Abila malah menghempaskan tangan Lintang dengan kasar.

Lintang terkekeh, ia bukan berhenti atau merasa sakit hati dengan perbuatan Abila, ia malah merangkul Abila dan dengan terpaska Abila menurutinya. Lintang membawanya duduk di kursi gadis itu.

"Mau gue beliin sarapan? Udah sarapan belum, yang?"

Sialan! Lintang benar-benar tidak berakhlak.

Prioritas [Selesai]Where stories live. Discover now