Prioritas : 7

1.5K 133 1
                                    

Lio memasuki rumah dengan sedikit rasa takut yang menyelimuti, beruntung papahnya belum pulang karena di luar tadi Lio sama sekali tidak melihat mobil papah atau mamahnya.

Dengan langkah cepat Lio memasuki kamar dan segera mandi sebab semalam Aruna tidak sengaja memuntahkan isi perutnya di lengan sekaligus celana pendeknya.

Selesai dengan mandinya Lio memilih untuk tidur dan tidak lupa laki-laki itu mengunci pintu kamar siapa tau papahnya masuk dan ketika Lio terbangun sudah ada di dalam kuburan.

Sebelum benar-benar tidur, Lio memastikan jika seluruh tubuhnya sudah bersih dengan cara memakai body lotion yang ia miliki keseluruh tubuhnya. Lio melirik jam beker yang ada di atas nakas bersebelahan dengan ponsel yang sedang ia chager, baru memasuki puluh sebelas, masih sangat lama untuk kepulangan kedua orang taunya.

Prioritas

Abila, Lia, Okta dan Ririn masih ada di dalam kelas menunggu keputusan siapa yang bersedia rumahnya di jadikan tempat untuk mengerjakan tugas.

Pak Oja selaku guru bahasa indonesia menyuru muridnya untuk menganalisis segala hal yang bersangkutan dengan majas.
Beliau juga menyuruh masing-masing kelompok membuat satu makalah dengan tebal minimal tiga puluh lembar di tambah dengan membuat skema penyusunan majas dan segala yang bersangkutan.

Sebenarnya pak Oja meminta lima orang dalam masing-masing kelompok karena di kelas IPA 2 hanya ada dua puluh lima murid jadilah pak Oja membuat kelompok dalam anggota yang cukup banyak.

Mereka kurang satu orang? Benar.

Pak Oja memilihkan teman kolompok berdasarkan teman dekat saja dengan alasan jika kurang akrab akan menjadi canggung dan pengerjaan pun akan terganggu.

Tapi sialnya Lia memutuskan untuk mengajak Lintang padahal Abila sudah mencantumkan nama Lio di kertas. Jadilah nama Lio di coret dan di ganti dengan nama Lintang.

Abila hanya diam memperhatikan kertas di atas meja yang berisikan nama-nama temannya dan juga ada tanda tangan pak Oja sebagai bukti jika kelompok itu sudah sah dan tidak bisa di rubah lagi.

Ketiga temannya masih sibuk memilih tempat dan untuk kasus ini Abila tidak mau ikut campur, memilih diam dan berujung menuruti kesepakatan temannya.

Jujur, Abila sedang tidak baik-baik saja.

"Bil. Ayo!"

Abila menonggak menatap Okta yang baru saja mengajaknya entah kemana karena ia tidak mendengarkan pembicaraan teman-temannya sama sekali.

"Kemana?"

Pertanyaan Abila kompak membuat ketiga temannya menghela nafas panjang.

"Pulang."

"Pulang?" beo Abila di angguki ketiganya.

"Terus kerkomnya?"

Ririn mengetuk kening Abila pelan, "Besok."

"Lho, Bila besok ga bisa, harus antar Bunda chek-up."

"Yaudah, kalo gitu minggu aja, ya." usul Lia.

Abila menggeleng, "Bila minggu ada urusan."

"Aish! Yaudah sekarang aja, trobos!" seru Lia kesal sekaligus gregetan.

Prioritas [Selesai]Where stories live. Discover now