Bab 35

384 22 0
                                    

Di saat semua pekerjaan kantor dikendalikan dengan baik. Alaska Khoerul Fahri segera pulang sebelum malam kembali datang. Di pertengahan jalan dirinya melihat sebuah pasar malam yang selalu dikunjungi semua kalangan. Nampak sederhana memang, tetapi keceriaan para pengunjung sangat menarik minat Alaska untuk mengajak Aina. Di pasar malam itu sendiri akan amat ramai pada pukul 20:00 WIB. Berbagai macam wahana dan jajanan jalanan.

Sesampainya di rumah, pria bermata cokelat itu melihat istrinya tengah menikmati kacang goreng sembari menonton drama korea. Terlihat Aina menangis tersendu-sendu hingga membuat Alaska mengernyit, ia tidak suka pada drama percintaan. Lelaki itu mengambil kotak tisu dan memberikannya pada Aina.

"Om Galak?" Aina dikejutkan dengan kedatangan suaminya secara tiba-tiba. Namun, Alaska hanya terdiam dan melangkah masuk kamar. "Beku," gumam Aina langsung melanjutkan aktivitasnya.

"Malam ini kita ke luar," ucap Alaska sudah selesai mengganti pakaian.

"Ke luar, ke mana?" tanya Aina.

"Nanti juga tau." Lengan lelaki tersebut mengambil beberapa kacang untuk dimakan. Sementara, Aina menggelikan pundaknya dan menonton kembali.

Suasana senja yang indah dengan warna jingga telah hirap bersama bagaskara. Alam mulai gelap dengan ditemani bintang tanpa bulan. Aina Calista Salsabila sudah memakai baju amat rapi untuk pergi bersama Alaska. Tampilannya masih tetap seperti anak sekolahan. Bila dilihat-lihat, dua pasangan tersebut bagaikan seorang adik dan kakak kandung.

"Ayok kita berangkat!" ajak Alaska yang berdiri di ambang pintu.

"Bagaimana? Sudah bagus?" tanya Aina sembari memperlihatkan penampilannya.

"Sangat bagus, kamu memang wanita yang menggemaskan." Alaska menggenggam tangan istrinya. Kemudian, mereka berdua keluar dari rumah dan pergi ke pasar malam menggunakan mobil. Sudah sangat dipadati para wanita dan pria, anak-anak serta orang tua. Aina mengembangkan senyumannya ketika melihat tempat seceria ini.

Laki-laki bertubuh jangkung itu membukakan pintu untuk sang ratu. Memberikan tangannya pada wanita manis tersebut. Aina juga Alaska mulai melangkah mencari sesuatu yang cocok untuk mereka berdua. Mata kebiruan Aina melirik ke setiap sudut menyaksikan pemandangan malam.

"Boleh kutanyakan sesuatu, hmn?" ucap Alaska. Lengan lelaki itu menempatkan istrinya untuk bertatap secara langsung bersamanya.

"Ya, apa yang ingin ditanyakan?" Aina mengangkat alis kiri.

"Apa kamu mencintaiku?" Pertanyaan pun dilontarkan tanpa ada keraguan. Sejenak Aina memandang lampu yang kerlap-kerlip. Kemudian, bibir merah mudanya membuat pelangi di malam hari.

"Aku mencintaimu, Tuan," jawab Aina sembari memeluk erat sang suami. Alaska merasa senang, mengusap lembut kepala sang istri. Dua orang ibu-ibu dengan pakaian daster melihat keromantisan Alaska juga Aina.

"Wah, kakak sama adek akrab banget, ya. Gak kayak anak-anak saya, sering ribut tiap hari," celetuk ibu-ibu berdaster biru.

Alaska dan Aina cengengesan dengan ucapan wanita paruh baya tersebut. "Kalau boleh, si abangnya buat anak saya aja, ya, Dek." Ibu-ibu itu mencubit pelan lengan Aina, menatap lekat wajah rupawan Alaska.

"Hah? Eu ... eu, kakak saya udah punya pacar, Bu," jawab Aina.

"Ya udah, deh. Kalau gitu saya pergi duluan, nanti jangan lupa kabarin kalau udah putus sama pacarnya." Ibu-ibu berdaster itu pergi bersama temannya dengan tatapan yang terus saja melihat wajah datar Alaska.

"Yok!" Aina menarik lengan Alaska untuk pergi ke tempat penjual jagung bakar.

"Adek manis, mau pesen jagung bakar?" tanya seorang pedagang. Lalu, Aina mengangguk kecil.

"Adek masih sekolah SMA, ya? Terus, yang ganteng itu pasti kakaknya." Ucapan pedagang laki-laki yang usianya tidak jauh dari Aina tersebut membuat Alaska harus menarik napas lebih dalam. Apalagi dengan sifat Aina yang mengiyakan setiap perkataan orang.

"Ini jagungnya, Dek." Aina mengambil jagung bakar pesanannya dari pria berkaos abu. "Boleh saya minta nomornya?" Pertanyaan lelaki itu semakin memanaskan hati Alaska.

"Kita pulang!" ajak Alaska menarik paksa gadis kecilnya. Aina patuh, tersenyum bahagia melihat kecemburuan pada diri suaminya.

"Cemburu, ya?" celetuk Aina sembari bergelayut manja pada lengan Alaska.

"Aku tidak suka melihat pria lain menyukaimu, aku tidak suka kamu pergi dariku. Semua itu membuat dadaku terasa sakit," jelas Alaska dengan tatapan sendu.

"Aku akan selalu menjadi milikmu, Tuan. Aku sangat menyayangimu dan tidak akan pernah pergi," ujar Aina menyimpulkan senyuman.

Riuh seluruh pengunjung kala kedatangan geng motor dengan penutup wajah bergambar tengkorak. Alaska secepat mungkin membawa Aina pergi ke mobil, tetapi para penjahat menghadang dengan motor-motornya. Alaska mengangkat senapan dan menembakkannya. Lalu, beberapa orang dari arah belakang menyeret Aina sehingga lepas dari genggaman Alaska.

"ALASKA!" teriak Aina yang susah payah melepaskan diri.

"Aina!" Alaska berlari secepat-cepatnya. Namun, ada begitu banyak yang berusaha menyerang dirinya sehingga harus kehilangan jejak sang istri. Alaska terkena banyak pukulan, ia kewalahan melawan banyak orang bersenjata tajam. Muntahan darah keluar dari mulut, tubuhnya terjatuh pada tanah menatap semu akara Aina yang tengah tersenyum. Matanya terpejam dengan rasa sakit yang diterima. Suasana tempat menjadi ngeri dan sepi. Tidak ada siapa pun yang membantu Alaska.

Alaska! Alaska! Alaska! Suara itu masih terngiang-ngiang dalam kesadaran Alaska yang sudah melemah. Ia berusaha bangkit lagi, tetapi orang-orang suruhan Kim membuatnya kehilangan kekuatan untuk bangun dan melawan. Di sisi lain, Aina menangis terisak meminta pertolongan.

***

"Kerja yang bagus, Rey. Kita akan segera menghancurkan Alaska," ucap Kim sembari menghisap rokok.

"Tentu, Tuan. Lalu, bagaimana dengan wanita itu?" tanya Reyhan.

"Biarkan dia menangis di dalam gudang sana, jangan berikan dia makan! Matikan lampu agar dirinya ketakutan, sampai akhirnya, Alaska sendiri yang datang." Begitu kejam hati seorang Kim terhadap Alaska. Tak ada iba pada siapa pun, rela melakukan keburukan hanya demi sebuah tujuan yang tidak benar.

Netra wanita bermata kebiruan tersebut menjadi sayu bagaikan bunga yang layu. Rambut panjangnya basah karena keringat, keningnya terdapat luka sebab Reyhan telah memukulnya. Tangan merangkul lutut, bibir bergetar menahan isakan. Suasana yang tak terdapat cahaya menyesakkan dada. Bayangan Alaska terbang dalam angannya.

"Alaska ...," ucap Aina lirih dengan air mata yang terus mengalir bak musim hujan berkepanjangan. Petir berteriak dalam atma, hati tergores luka. Semilir angin pun sama sekali tak terasa. "ALASKA!" jerit Aina. Tangannya menjambak rambut kuat-kuat. Napasnya terikat sesak, tenaga pada raga mulai lenyap.

"AINA!" teriak Alaska yang terbangun dari tak sadarkan diri. Dirinya berupaya bangkit dengan segala sakit pada tubuh. Kedua lengannya mengepal, rahang mengeras menahan amarah dalam hati. Sayup-sayup suara tawa Aina menghantui diri, berlari tanpa henti. Melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Selisih Lima [Ending] Where stories live. Discover now