Bab 11

368 31 0
                                    

Sekitar jam 20:00 WIB. Alaska masih disibukkan dengan pekerjaan kantornya. Begitu banyak tumpukan dokumentasi yang harus diselesaikan. Sebagai orang yang termasuk dalam penggila kerja, Alaska tidak mau membiarkan waktunya sia-sia. Ia rela lembur hingga tak tidur demi sebuah kerjaan. Sedangkan Joe senantiasa menemani, begitu pula Angelina Mega. Wanita yang mencintai Alaska itu tidak akan pulang jika sang Tuan belum pulang.

"Tuan Alaska, saya sudah buatkan kopi hitam kesukaan Anda," ucap Angelina. Ia menaruh secangkir kopi di atas meja samping laptop.

"Terima kasih, kenapa kamu belum pulang?" tanya Alaska pada sekretaris-nya itu.

"Bagaimana saya bisa pulang, sedangkan Tuan Alaska harus mengerjakan semuanya sendirian?" Angelina mengambil posisi duduk pada kursi yang berhadapan dengan lelaki bermata cokelat tersebut.

"Angelina, apa saya boleh bertanya sesuatu?" Alaska menutup laptop. Pandangannya tertuju pada wanita di dekatnya, Angelina merasa tegang.

"Apa itu?" tanya Angelina. Ia nampak merasa malu, hatinya berpikir jika Alaska mungkin saja akan mengungkapkan rasa padanya.

"Saya ingin memberikan hadiah untuk seorang gadis. Apa kamu tahu hadiah apa yang cocok?" Pernyataan Alaska menggeparkan benak Angelina. Wanita itu seketika merasakan kecewa, harapannya pudar begitu saja. Terpaksa Angelina tersenyum palsu.

"Biasanya, wanita itu suka makan coklat. Alat make up, terus pakaian yang modis. Perhiasan, bisa juga boneka. Saya kurang tau, karena setiap orang kesukaannya berbeda-beda. Emm, saya ke luar dulu, Tuan." Manik hitam Angelina berkaca, ada tangis yang sedang dibendungnya. Sebenarnya Alaska tahu perihal perasaan wanita itu, tetapi dia tidak ingin memberikan harapan palsu dengan terlalu baik padanya.

Setelah Angelina meninggalkan ruangan tersebut. Joe datang dengan sebuah bungkusan berwarna putih. Ia tersenyum pada Alaska. Lalu, memberikan bungkusan itu terhadap pria penggila kerja. "Apa isinya?" tanya Alaska sembari mengangkat alis kirinya.

"Buka saja! Ada yang istimewa di dalamnya," ujar Joe dengan senyum penuh teka-teki. Lengan kekar Alaska membuka bungkusan tersebut. Ia mendapati sebuah salad buah kesukaannya.

"Waw! Ini kamu yang membelinya untuk saya?" tanya Alaska sambil mencicipi salad buah.

"Bukan, tetapi Aina yang membuatnya," jawab Joe. Manik kecokelatan Alaska terbelalak. Ia menghentikan mulutnya untuk mengunyah.

"Bagaimana itu mungkin? Dia sangat tidak menyukai saya, apalagi setelah mengetahui tentang perjodohan itu." Tubuh bidangnya disandarkan pada punggung kursi.

"Nona Aina bilang, dia ingin mengucapkan terima kasih padamu, Tuan. Karena telah membuatnya mengharumkan nama sekolah serta keluarga. Sudah saya katakan, Aina adalah gadis yang cocok untuk Tuan Alaska," papar Joe terkekeh.

***

Buku novel bertema kisah cinta dengan nuansa merah muda telah dalam genggaman gadis muda Aina Calista Salsabila. Ia membaca keseluruhan isi cerita. Yang mana hampir mirip dengan kehidupannya, tetapi dalam kisah novel tersebut lebih pahit dari kisah hidup Aina. Dirinya mulai mengerti maksud dari tujuan sang Ayah untuk menjodohkannya. Wanita bermata kebiruan tersebut memejamkan kejoranya sekejap. Mencerna setiap perkataan kedua orang tua.

Aina Calista Salsabila. Ia turun dari ranjang, melangkah secara perlahan dengan piama merah yang dikenakan. Kedua kakinya berjalan menuju ruang keluarga. Mengumpulkan kata-kata untuk diucapkan. Menumbuhkan rasa percaya dirinya.

"Bunda ... Ayah," ujar Aina dengan kepala sedikit menunduk.

"Ada apa, hmn?" tanya Rohan.

"Aina cuman mau minta maaf atas semua perkataan Aina pada acara makan malam itu. Aku tahu, Ayah sama Bunda berniat baik sama Aina. Jadi ... dengan begini, Aina bakal terima perjodohan dengan syarat." Penuturan Aina tentu membuat kedua orang tuanya bangga. Namun, di balik itu Rohan bertanya-tanya tentang syarat yang akan diberikan oleh anak bungsunya tersebut.

"Aina mau nikah setelah lulus sekolah, dan setelah menikah Aina pengen kuliah. Lalu, jangan memaksa Aina untuk tidur satu ranjang dengan Alaska sampai Aina sendiri yang menginginkannya," ungkap gadis muda tersebut. Rohan terdiam, ia tak mampu berucap. Walau bagaimanapun, yang berhak menyetujui persyaratan itu hanyalah Alaska. Karena dia calon suaminya.

"Ayah akan bicarakan tentang semua ini pada Alaska, kalau dia tidak menerimanya. Kamu boleh memilih pasangan hidup sendiri," balas Rohan.

Gadis manis itu merasa lega. Ada harapan dalam hatinya agar Alaska menolak. Jika Alaska menolak, Aina akan terbebaskan dari derita perjodohan. Di sisi lain, lelaki dengan tubuh kejar bak atlet profesional tersebut tengah duduk menatap rembulan di tempat yang sama. Yaitu di balik jendela, mengadukan perasaannya pada malam.

"Saya harus beri hadiah apa untuk membuat Aina bahagia?" gumam Alaska. Kemudian, ia teringat pada perkataan Angelina Mega saat di kantor. "Oh, saya akan bawakan dia coklat. Siapa tahu gadis kecil itu suka."

***

Pagi harinya. Di mana seluruh murid sekolah akan mengolah tubuh dengan berbagai macam praktik. Alaska tampil keren dengan gaya baju olahraga yang super modis. Rambut pria muda tersebut amat indah, sorotan mata serta tebaran senyumannya memikat hati para siswi. Aina juga Sista telah selesai berganti pakaian. Kedua wanita tersebut menyusul yang lain ke lapangan.

"Baiklah, jadwal hari ini saya yang tentukan. Bagi siswa, kalian akan bermain volly dan sepak bola. Sedangkan, untuk para siswi. Kalian akan bermain badminton dan volly juga." Pengumuman itu dilontarkan secara lantang oleh Alaska. "Silakan bagi anggotanya masing-masing!"

"Woi, gue badminton aja. Gak bisa volly," ucap Aina. Gadis ini memang dikenal pandai dalam permainan bulu tangkis.

"Gue juga," sambung Sista cengengesan. Sebagai seorang sahabat terbaik, Sista selalu ingin bersama Aina dalam kelompok apa pun.

"Bagaimana? Sudah selesai pembagian anggotanya?" seru Alaska.

"Sudah!" jawab serentak siswa-siswi.

"Mulai, dan ambil posisi masing-masing!" Dalam naungannya. Alaska mampu mengatur kedisiplinan para murid.

Pelajaran olah raga telah dimulai. Begitu antusiasnya mereka yang melaksanakan. Apalagi para penggemar kesehatan. Aina sendiri tampak gembira ketika memainkan permainan bulu tangkis. Beberapa kali dia memenangkannya. Pandangan Alaska sesekali melirik ke arah Aina.

"Aduh, duh," keluh Aina. Dirinya terjatuh karena keseleo. Boby dan Alaska kaget, mereka berdua berlari hendak menolong Aina. Namun, Alaska tertinggal jauh oleh Boby yang sudah terlebih dahulu membantu Aina bangkit.

"Makanya hati-hati," gerutu Boby. Semburat kecemasan terpampang pada raut wajahnya.

"Gue udah hati-hati, kok," balas Aina. Ia menahan sakit.

"Sini gue pijitin kakinya!" Boby membuka sepatu Aina. Kemudian, perlahan memijitnya. Sementara, Alaska hanya dapat menyaksikan kemesraan pasangan mantan kekasih itu. Terlihat jelas jika Aina sangat masih mencintai Boby, meskipun dirinya kadang merasa benci.

"Makasih, ya," ujar Aina.

"Ya, lain kali hati-hati," balas Boby.

"Aduh, mending kalian balikan aja, deh. Kalau udah putus tapi masih cinta buat apa?!" seru salah satu murid wanita.

"Sudah-sudah, kalian tidak usah memikirkan hal seperti itu!" gertak Alaska yang membubarkan suasana keromantisan Aina serta Boby.

Selisih Lima [Ending] حيث تعيش القصص. اكتشف الآن