"Kak Bian??" Mata Zia langsung berbinar saat nama kakak kelas bule itu disebut. Lantas menggeleng cepat. "Eh, jangan deh, tar fansnya pada ngamuk lagi."

"Lahh, terus siapa? Zevan abangnya Ical?" tawar Ale ribet sendiri.

Ical langsung tertawa. "Jangan lah goblok, bisa-bisa ditinggal tengah jalan dia. Yang ada berantem sama Nathan besoknya,"

"Le, abang lo nggak ada niatan pdkt sama gue apa??" tanya Zia dengan pedenya. "Ganteng banget anjrit ya ampyun kakak Zepannn."

"Sama Nathan gantengan mana?" tanya Ical.

"Ya Nathan lah anjrit..." Zia mengibaskan rambutnya.

Ical dan Ale tertawa, langsung menoyor kepal kecil itu membuat Zia berteriak memprotes. Emang cuma Zia doang yang gampang dinistaiin gini saking polosnya, coba kalau Luna, bisa digorok kalo berani rese.

Zia tuh kelakuannya 11 12 sama Luna, tapi bedanya Zia nggak seberani Luna kalo sama orang lain, alias gampang ciutnya. Ada yang gibahin aja kepikirannya berhari-hari.

Kebetulan saat mereka keluar dari gerbang sekolah Ale mendapati teman fustsalnya di pinggir trotoar dekat sekolah. Ia langsung berteriak memanggil membuat Zia melotot karena tidak diberi tahu dulu.

"Heh Le dia siapa anjir ngaco banget lo!" seru Zia memukul lengan Ale. "Ale mah ngaco ihhhh," rengeknya sambil mencubit pinggang Ale.

"Zi ah elah sakit!" omel Ale. "Diem dulu mau pulang apa enggak??"

"Mau..."

"Itu Keno temennya Ale," jelas Ical. "Bareng dia aja tuh anaknya baik kok. Ya masa kita tega Zi ngasih lo ke sembarang orang,"

"No, Keno!" panggil Ale.

"Aaaa malu," Zia bersembunyi di belakang mereka, karena sekarang banyak yang memperhatikkan. Ale malah dengan santainya menyeret Zia kesana.

"Gimana, Le?" tanya cowok tinggi yang sedang duduk di atas motor hitam besarnya, menaikan alis sambil melirik sosok mungil di belakang Ale.

"Rumah lo daerah Kini Raya kan? Bisa lah nebengin temen gue, kasian dia kaga ada yang ngajak balik." pinta Ale.

"Mana orangnya?" tanya Keno sambil memiringkan kepalanya dengan menyipitkan mata. "Dia ngapain mumpet?" tanyanya.

"Zi elahh biasanya malu-maluiin juga," kata Ale sambil menarik lengan Zia. "Yaelahhhh jiaa, kaga gigit si Keno santai aja."

Ical kemudian menarik tas Zia membuat cewek itu melotot, lalu mengangkat kepala memandang Keno yang sedang mendengus geli. Zia hanya bisa cengengesan canggung.

"Rumah lo daerah mana?"

"Blok K deket sini sih," jawab Zia malu-malu. Ale dan Ical langsung berdecih geli.

"Ohhh situ," Keno mengangguk paham. "Bisa sih searah kan."

"Deket kan?" tanya Ale sambil nyengir. "Dah ya gue tinggal? Bro, bantu ya pren kan kita?" Ale menepuk bahu Keno sok akrab yang dibalas dengan kekehan kecil.

"Dada kelincikuuu," Ical melambaikan tangannya sambil merangkul Ale pergi dari sana. Membuat Zia ingin mengumpat saja pada mereka.

"Pulang sekarang?" tanya Keno. Sebenernya cukup kenal siapa cewek ini karena dia teman Ale dari lama. "Nama lo Zia kan?"

Zia yang sedang memandang kepergian dua temannya menoleh, lalu mengangguk pelan. "Sekarang kan? Masa besok?" tanyanya membuat Keno refleks terkekeh.

Little Promise ( AS 3 )Where stories live. Discover now