Zia berdecak, lalu mengusap wajahnya kasar. "Lo kayaknya enjoy ya ngeliat gue kayak orang bego gini? Kalo tau kalian balikan dari awal, gue bisa jaga jarak dan nggak malu-maluiin kayak tadi."


Nathan makin terbungkam, seolah hilang kata.


"Gue malu Nath sumpah," lirih Zia akhirnya terisak juga. "Dari kemarin gue post foto sama lo, bikin story sama lo seolah-olah kita deket. Dan mungkin temen-temen Yohana ngetawaiin gue di belakang, den ngklaim gue kegatelan sama cowok orang."

"Sorry," Nathan berusaha meraih tangan Zia.

"Dah lah diem aja lo kayak Nathan biasanya, urusin tuh cewek lo jangan sampe ngambek gara-gara lo ngejar gue." tukasnya dingin. Lalu berbalik dan pergi.



Zia suka sama Nathan, banget. Tapi dia juga sadar posisi dan tempat. Ketika Nathan menyebalkan, dia akan terus terang.






🏀🏀🏀🏀🏀🏀







Nathan mengambil topi upacara di laci, lalu berjalan malas keluar dari kelas bersama Ale, Ical dan Gibran. Pak Aji dari bawah sudah berteriak memanggil dengan toak andalannya.

"Nath, muka lo perlu gue kasih micin nggak biar sedep dikit?" tanya Ale.

Ical langsung memandang Nathan. "Jangan, tar lo makin kebanting, Le." ucapnya membuat Ale mengumpat.

"Ini juga si Gibran sama-sama ditekuk mukanya, kalian berdua kalah judi apa gimana sih?" tanya Ale tak habis fikir.

"Iniloh alesan gue nggak mau cari cewek, dosis bahagianya dikurangin." sahut Ical.

"Emang nggak ada yang mau aja anjir," balas Ale sinis.

Mereka kemudian sampai di lapangan upacara. Ale dan Ical malah cipika-cipiki sama anak kelas sebelah buat caper. Sementara Gibran sudah berjalan ke depan dan Nathan masih berdiri menunggu semua baris agar dia bisa di belakang.

"Nath, lo bisa geseran dikit nggak biar badan gue ketutup matahari," pinta Luna sambil menarik paksa tangan Nathan untuk maju.

"Lo minta apa maksa?" desis Nathan dengan wajah betenya.

Luna yang sudah kebal dengan respon itu hanya tersenyum manis. "Teman harus saling membantu, ya,"

Nathan balas dengan dengusan malas.

"Lah, si Zia mana?" tanya Luna sambil menepuk bahu di depannya. "Ehhh Zia mana??"

"Nggak tau gue," jawab mereka membuat Nathan ikut melirik. Tumben.

Luna menoleh pada Nathan. "Kalian tadi berangkat bareng kan?"

Nathan diam tak menjawab. Jika bertengkar gini Zia mana mau berangkat bareng, karena tadi Om Arion mau nebeng aja makanya minta Nathan bawa mobil ke rumah.

"Kalian berantem kan?" tebak Luna langsung.

Nathan diam dan memalingkan wajahnya dengan malas membuat Luna berdecak tak habis fikir. "Jadian enggak, berantem mulu. Hubungan macam apa itu guys,"

Nathan langsung mengumpat dalam hati, ingin sekali mengikat rambut pirang Luna di atas pohon biar gelantungan kayak kuntilanak.

Kan jiwa psiko Nathan keluar...

Zia juga kemana lagi, masalahnya kalo nanti mereka nggak pulang bareng, papah nanyanya langsung ke Nathan. Bingung kan mau jawab apa.


"Amanat dimulai, pasukan diistirahatkan!"


Sampai upacara selesai pun Zia tak menunjukan batang hidungnya. Jadi Nathan memilih masuk kelas dan menunggu.







🌥🌥🌥🌥🌥🌥




Little Promise ( AS 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang