2. Black Devil

464 47 11
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




TAP

TAP

TAP

Hahh ... hahh

Malam hari terasa mencekam. Berlari menembus kegelapan. Gang kecil menjadi saksi rasa takutnya. Pria berpenampilan gaya preman terus berlari menghindari sosok yang mengejarnya.

"KAU TIDAK AKAN BISA LARI DARIKU, BAJINGAN!"

Teriakan itu semakin dekat terdengar di telinga. Dahi bercucuran keringat, jantung berdegup kencang, pikirannya kalut. Jika tertangkap dengan sosok itu, apa ia masih bisa menginjakkan kaki di bumi ini?

Larinya terhenti kala melihat tembok tinggi yang menghalangi aksi kaburnya. Benar, itu jalan buntu. Tak ada harapan lagi untuk kabur karena tembok yang menjulang tinggi sulit untuk dilewati.

"Jalan buntu, ya?"

Suara itu membuat si pria berbalik badan. Kini, ia sudah berhadapan dengan sosok yang membawa sebilah pisau di tangannya. Pria preman ini benar-benar sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup.

"To-tolong, ja-jangan bunuh aku," lirih si pria.

Sosok itu tak menjawab. Ia hanya menatap dingin dan melangkah perlahan mendekati mangsanya. Sosok itu menyeringai seram. Tangannya mengepal pisau dengan erat, seakan pisau itu takut dirampas.

Si pria preman berjalan mundur. Sungguh benaknya berkata untuk berlari, tapi tembok menghalangi. Seakan tembok itu sudah menjadi teman sosok yang kini akan membunuhnya.

"Kau tahu apa kesalahanmu?" tanya sosok itu.

Langkahnya semakin mendekati si pria. Sosok itu menatap tajam kala melihat mangsanya geleng-geleng kepala. Sepertinya ia harus mengganti otak si pria karena lupa dengan kesalahan yang pernah dia buat.

"Kenapa kau menggeleng? Kau lupa dengan kesalahanmu?"

Semakin mundur, pria preman itu menabrak tembok dengan punggungnya. Habis sudah, tak ada jalan lagi untuknya. Diam-diam tangannya meraba sesuatu. Tentu saja sosok itu tahu, namun ia pura-pura tak tahu saja.

"Kau lupa? Apa aku harus membelah kepalamu dan mengeluarkan otakmu, lalu menggantinya dengan otak anjing?"

Siaga satu, si pria mengambil pasir yang ada di sampingnya. Kemudian ia lemparkan pada sosok itu. Kesempatan baginya karena sosok itu lengah, ia memanjat tembok. Namun, naas. Gerakannya terlalu lamban sehingga sosok itu melempar pisau yang digenggamnya dan mengenai tangan si pria.

"Aarghh!"

Sosok itu mengusap matanya yang terkena pasir. "Perih tahu! Jahat sekali kau melempar pasir pada mataku!"

Serasa matanya membaik, tangannya merogoh saku mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, tanpa mengindahkan teriakan si pria preman dengan pisau yang masih menusuk di tangannya.

Mr. Psycho (Hiatus) On viuen les histories. Descobreix ara