12. Damn It!

107 10 0
                                    

BRUM!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BRUM!

BRUM!

BRUM!

Mobil hitam melesat sangat cepat. Membelah jalanan kota malam tanpa memperdulikan sumpah serapah dari para pengendara di sana.

Seorang gadis tengah menutup matanya dan bergetar ketakutan karena si pengendara yang mengendarai mobil dengan ugal-ugalan.

"Kumohon, pelankan mobilnya! Aku takut, hiks,"kata Vee.

Tak ada jawaban dari Val. Ia tetap fokus ke depan mengendarai mobil. Perasaannya saat ini tengah diselimuti kekhawatiran dan marah. Mengingat video yang tadi diperlihatkan oleh orang bertubuh besar beberapa menit yang lalu.

" Kalau kau tidak mau menyerahkan dirimu ...." Pria yang memegang tablet itu menunjukkan tayangan Video.

Mata Val membola. "Berani-beraninya kau!"

Di dalam video itu menayangkan wanita paruh baya yang diikat dengan tali di tangan juga kakinya. Val tahu wanita itu. Bunda Janee. Isak tangis dari anak panti juga terdengar.

Val yang sudah naik pitam saat menonton video itu pun langsung menghajar kedua kedua pria berotot itu.

Saat ini, Val sudah sampai di pantai asuhan. Ia keluar dari mobil dan berlari masuk. Mencari anak-anak panti juga Janee ke setiap ruangan. Namun, hasilnya nihil. Ia tak menemukan siapa-siapa. Hanya ada barang-barang yang berantakan.

Amarahnya memuncak. Emosinya tak terkendali hingga menendang barang-barang yang berantakan itu sampai hancur.

"Bajingan! Aku bersumpah akan membunuh kalian! Argh!"

Vee yang mendengar teriakkan itu langsung keluar dari mobil. Menyusul Val yang tengah mengamuk. Betapa terkejutnya saat ia masuk dan melihat panti asuhan yang berantakan.

Tiba-tiba, ponsel Vee bergetar. Ia mengambilnya di tas lalu membuka notifikasi yang masuk. Matanya terbelalak, jantungnya berdegup kencang. Seolah ada batu yang menghantam dirinya. Air matanya mengalir deras.

"Mama! Papa!" Vee menjerit histeris.

Val yang mendengarnya pun langsung melihat ponsel gadis itu. Sama halnya dengan Vee, Val dibuat terkejut dengan notifikasi itu. Sebuah foto yang menggambarkan kedua orang tua Vee bersimbah darah di lantai.

"Antarkan aku pulang. Kumohon, hiks!" Vee memohon.

Lelaki itu mengangguk. Mereka masuk ke dalam mobil dan berangkat ke rumah Vee. Air mata tak henti-henti keluar dari pelupuk mata Vee. Sungguh ia takut dan khawatir dengan keadaan orang tuanya.

Setelah sampai di depan rumah, Vee langsung berlari ke dalam rumah, diikuti Val dari belakang. Val terhenti saat menginjak sesuatu. Tangannya mengambil benda itu. Sebuah topeng hitam. Matanya melirik kanan kiri tanpa menggerakkan kepala. Ia yakin, pelaku itu masih ada di sekitar sini. Berbeda dengan Vee yang mencari keberadaan orang tuanya.

Mr. Psycho (Hiatus) Where stories live. Discover now