14. Yang Sebenarnya

144 13 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kau benar ini tempatnya?"

Velix memutar bola matanya malas. Sudah hampir kesepuluh kalinya Azrel bertanya hal yang sama. Kalau pun memang bukan ini tempatnya, untuk apa mereka ke sini?

"Ayolah, Azrel. Lebih baik kau bungkam dari pada terus bertanya. Aku jengah mendengarnya."

Azrel mendengus. "Aku bertanya karena aku tak yakin. Bisa saja kita dijebak."

"Hei, daripada terus mengoceh, lebih baik lihat ke depan."

Azrel mengikuti arah pandang Velix. Dahinya mengernyit menatap gedung terbengkalai di hadapannya. Ada sedikit cahaya di sana.

"Ayo!" ajak Velix.

Sebelum lelaki itu mengambil langkah, Azrel lebih dulu mencekal tangannya. "Jangan. Aku yakin ada jebakan di sekitar sini." Matanya menelisik kanan kiri. Takut ada jebakan yang tengah mengintai mereka.

Velix menghempaskan tangan Azrel dengan kesal. "Jangan buang-buang waktu. Kalau kau tidak mau masuk, biar aku saja. Kau diam di sini."

Final. Azrel ditinggal masuk. Nyali Velix besar sekali kelihatannya. Tapi ya sudahlah, daripada Azrel menunggu di luar sendiri, lebih baik dia ikut masuk.

"Hei, tunggu aku!" Azrel berlari ke dalam.

Langkah mereka pelan. Sunyi sekali ketika masuk. Ada sedikit bau anyir yang terlintas di indra penciuman mereka. Perasaan Velix khawatir, Vee menghubunginya untuk datang ke tempat ini tapi di sini tidak ada satu pun manusia.

"Vee, kau di mana?!" teriak Velix.

Tak ada jawaban. Sampai akhirnya mereka menghentikan langkah tepat di awal anak tangga. Azrel sedikit ragu untuk naik, sebaliknya Velix yang langsung naik tanpa berpikir panjang.

Azrel mendesah kesal. Temannya yang satu ini benar-benar mempunyai nyali besar. Tidak sepertinya yang takut kegelapan. Ah, dia sungguh trauma.

Tanpa pikir panjang pula Azrel ikut naik. Mengikuti Velix di belakang. Setelah berpuluh-puluh anak tangga dipijak, akhirnya mereka sampai di anak tangga terakhir yang ternyata langsung menghubungkan dengan rooftop.

Netra Velix melihat seorang gadis di sana yang menunduk. Dilihat dari pakaian, itu adalah gadis yang dia kenal. Tanpa basa-basi dia pun berlari dan menghampiri gadis itu.

Namun, saat sudah dekat ada seseorang dari belakang yang menodongkan pisau ke lehernya. Velix membeku sesaat. Azrel yang melihat itu pun hanya diam.

"Diam dan jangan pernah menyentuh seinci pun gadis itu!" tekan orang itu.

Velix menurut. Daripada pisau itu menyayat lehernya, dia diam tak bergerak. "Apa yang kau lakukan padanya?"

"Tidak ada."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Psycho (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang