6. Surprise for Vallac

172 19 3
                                    

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


20 Oktober 2020

Di taman yang begitu ramai dengan anak-anak juga para remaja. Hijaunya pepohonan dan indahnya bunga-bunga menjadi semakin indah taman ini. Seorang gadis terduduk di pinggir taman, menikmati angin sore hari dan menunggu sang senja.

Gadis itu memejamkan matanya, menghirup udara segara yang dipadukan dengan wangi khas bunga-bunga.

"Vee?"

Merasa ada yang memanggil namanya, gadis itu membuka matanya. Objek yang ia lihat saat ini adalah seorang lelaki tampan berdiri di hadapannya. Ia mengenali lelaki itu.

"Diaz? Kau di sini?" tanya gadis itu---Vee.

Diaz terkekeh, ia mendudukkan bokongnya di samping Vee. "Kau hanya sendiri di sini?" Ia menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan Vee.

Seketika wajah Vee masam. "Iya. Sejak aku pindah ke Indonesia, aku jadi selalu sendiri. Teman-temanku di Thailand."

"Kenapa kau pindah ke Indonesia dan sudah berapa lama kau tinggal di sini?" tanya Diaz lagi.

"Itu ... karena bisnis ayahku yang ada di Indonesia. Jadi, aku juga harus ikut ayahku. Aku baru satu minggu di sini."

"Sekolahmu?"

"Aku sekolah di SMU Nusantara."

"Ah, begitu." Diaz angguk-angguk. "Bagaimana kau bisa ke tempat ini? Bukannya rumahmu jauh dari taman ini?"

"Saat kau mengantarku pulang, kita kan melewati taman ini." Vee tertawa kecil.

"Ah, iya." Diaz pun ikut tertawa.

Kemudian hening. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Diaz memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa wajah tampannya. Sebenarnya ia ke taman untuk menenangkan diri. Tapi tak disangka bisa bertemu dengan Vee. Si gadis polos dan imut.

Pandangan Vee kini pada Diaz yang masih memakai seragam sekolah. "Sepertinya kau baru pulang dari sekolah. Kenapa kau tidak pulang ke rumah?" tanya Vee menatap wajah Diaz yang terpejam.

Tanpa membuka matanya, Diaz tersenyum lalu menjawab, "Setiap sore aku selalu ke sini. Tempat ini adalah tempat yang cocok untuk menenangkan diri juga pikiranku."

"Apa kau sedang ada masalah?" tanya Vee hati-hati.

"Tidak ada," jawab Diaz berbohong. Jika dalam hati Diaz, Masalahku banyak dan rumit seperti matematika.

Gadis itu mengangguk. Pandangannya ia arahkan lagi ke depan. Dapat dilihat seorang anak kecil berusia empat tahun tengah memegang balon di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang es krim. Anak kecil itu menatap Vee, lalu berlari ke arah Vee.

"Halo," sapa anak itu.

"Hai," sahut Vee ramah. "Kenapa kau kemari? Di mana orang tuamu?"

Anak kecil itu terlihat mengerjap lucu. "Aku tidak punya orang tua, aku hanya punya seorang kakak," jawab anak itu dengan polosnya.

Mr. Psycho (Hiatus) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ