B 2

5.5K 316 9
                                    

"Insya Allah nanti malam gue ke rumah sama Umi." Biya menatap sekilas pemuda di depannya.

"Bu-buat apa?"

"Mengkhitbah," jawaban itu membuat pipi Biya memanas. Ia memang sudah menaruh hati pada pemuda ini. Dan sungguh ia tak menyangka mimpinya akan jadi kenyataan.

"Na-nanti gue sampaikan ke Ayah." Pemuda itu mengangguk.

"Kalau gitu gue duluan ya Biy, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam warahmatullah."

Tak lama setelah pemuda itu pergi ada pemuda lain yang menghampiri Biya.

"Bayu!" seru Biya langsung memeluk pemuda itu.

"Tadi Gibran kan? Ngapain? Tumben bener mau ngobrol berdua doang."

"Gibran mau dateng ke rumah nanti malam." Jawab Biya masih dalam posisi memeluk Bayu.

"Terus kenapa? Dia kan emang sering ke rumah." Kata Bayu membuat Biya cemberut.

"Ya kan ke rumahnya kalau ada perlu sama lo, ini mau menghadap Ayah." Bayu aka kembaran Biya menatap kakaknya serius.

"Serius?"
"InsyaAllah."

"Aa ciee akhirnya kaga bertepuk sebelah tangan," Biya tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

"Ayo buruan pulang."

"Ga sabar bener buk,"

"Bukan gi-"

"Iya iya, ayo pulang."

"Bunda!" Teriak Biya begitu turun dari mobil.

"Masuk rumah itu salam kakak bukan teriak," sahut Bayu dari belakangnya.

"Hehhe, Assalamu'alaikum Bunda!"

"Bunda di belakang kak!" Sahut Bundanya juga berteriak.

"I'm cooming Nda!" Bayu menghela napas, keluarganya kenapa bar-bar sekali kalau di rumah.

Saat menyusul ke belakang rumah, Bayu bisa melihat kembarannya memeluk erat wanita berbeda generasi yang dipanggil Bund.

"Kenapa nih? Kok kakak keliatan seneng banget."

"Si Gibran mau menghadap Ayah," Aya menatap anak laki-lakinya.

"Serius bang?" Tanya sang bunda ikut antusias. Pasalnya wanita itu tau kalau putri sulungnya menaruh rasa pada teman Bayu.

Begitu Bayu mengangguk, Aya langsung berdiri. Membuat Biya terjengkang ke belakang.

"Bunda!"

"Eh maaf kak, bunda refleks." Ucap Aya membantu Biya berdiri.

"Ayo kak buruan ganti baju terus bantu Bunda masak buat Gibran nanti."

"Halah biasanya Gibran ke sini juga makan seadanya. Gausah lebay deh," sahut Bayu memilih duduk di kursi yang digunakan bundanya tadi.

"Ini beda atuh bang. Ah iya, abang jemput adek sekarang ya. Bunda mau fokus masak spesial."

"Abang baru sampai Nda, ya kali ha-"

"Iya Bunda iya, abang berangkat sekarang." kata Bayu melihat tatapan tajam mamanya.

.

"Bunda kemana, kok abang yang jemput?" Tanya Ayahnya turun dari sepeda motor.

Bayu dan Bela yang yang masih di atas motor menoleh.

"Ayah kok udah pulang?" Tanya Bela.

"Bunda tadi telpon suruh pulang cepet, ada yang penting katanya. Sekarang Bunda kalian mana?"

B [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang