B 1

16.8K 481 16
                                    

"Eh sorry,"
Biya mengerjap. Saat tahu siapa yang hampir ia tabrak, jantungnya berdetak semakin cepat.

"Gu-gue yang sorry ga liat-liat."

"Untung nggak nabrak ya Biy." Gadis itu mengangguk.

"Ma-mau cari Bayu?" Tanya Biya basa-basi. Sudah jelas pemuda di depannya pasti bermaksud menemui Bayu, kembarannya. Tak mungkin mencari dirinya.

"Hu'um, ada kan?"

"Ada kok. Masuk aja." Ucap Biya menyingkir dari depan pintu.

"Oke, gue duluan. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam warahmatullah."

"Oh my god, tadi Gibran senyum ke gue?" Gumam Biya pelan saat Gibran sudah memasuki rumah.

Biya tak menyangka, sungguh tak menyangka. Selama ini teman kembarannya itu nampak sangat cuek dan menjaga jarak darinya. Tapi tadi?

"Aaaaa,"

"Napa lo senyam-senyum depan pintu? Lagi kumat?"

Senyum Biya luntur seketika saat mendengar pertanyaan itu. Tanpa melihat pun ia sudah tau siapa yang mengatakannya barusan.

"Mau kemana?" Tanya pemuda itu saat Biya melewatinya begitu saja.

"Biy,"

"Heh!" Sentak Biya saat pemuda itu hampir menyentuh lengannya.

"Sorry sorry, lo sih main nylonong aja."

"Kenapa sih? Lo mau numpang makan kan? Yaudah masuk aja."

"Bukan, si bocil lagi demam tapi ngambek pengen ketemu elo." Ekspresi jutek Biya berubah menjadi khawatir seketika.

"Diva? Mana? Kok bisa demam sih? Kemaren sore masih sehat-sehat aja."

"Itu di mobil."

"Lo bawa dia kesini dalam keadaan demam?!" Biya berjalan cepat ke mobil Derren.

"Ya dia ngrengek terus. Udah gue bilang biar kak Biya aja yang nyamper, ngeyel." bantah Derren tidak mau disalahkan. Ia sudah repot-repot ke sini, gagal nongkrong ganteng, disalahkan pula.

"Pindahin ke kamar gue. Lo tega-teganya biarin dia tidur kayak gini."

"Gue yang salah nih?"
"Iyalah!" Jawab Biya tak santai.

"Maap ndoro."

"Yaudah buruan pindahin ke kamar."

"Lo bukannya mau pergi?"

"Gajadi aja," Ucap Biya menahan pintu mobil tetap terbuka, agar Derren mudah menggendong adiknya.

"Sesayang itu lo sama ini bocil."

"Gue emang sayang sama Diva. Tapi gue ga jadi pergi karna sekarang udah ada alasan buat izin jagain adik yang sakit. Thank ya udah bawa Diva kesini."

"Sialan lo, mau kemana emang?"

"Rapat himpunan."

"Lo keluar aja deh mending. Kasian tim lo, dighosting mulu."

"Kalau bisa udah dari dulu kali. Yang bilang gaboleh keluar siapa hah?"

"Gue. Biar lo tanggung jawab sama tiap langkah yang lo ambil." Jawab Derren santai.

"Ya gue kan ikut-ikutan aja daftarnya. Ngapain diterima juga. Pas seleksi aja gue nggak niat, sengaja kan lo?"

"Mana ada, gue nggak ngurusin rekruitmen, emang nasib lo aja." Biya memilih tak menanggapi lagi, akan panjang jika berdebat dengan pemuda ini.

"Ada Gibran?" bisik Derren melihat punggung Gibran saat naik tangga.

B [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang