40 -End-

1K 111 28
                                    

•••••

Jihyo ditarik oleh Jungkook menuju sebuah kedai rumah sakit, meninggalkan Haneul bersama Seokjin yang menjaganya.

Ia meminta waktu Jihyo demi meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antar keduanya.

Jungkook mengambil tempat terbuka paling ujung yang jarang diperhatikan orang. Ia mengusap wajah setelah duduk di kursi. Menatap Jihyo yang tengah memainkan jemarinya.

"Jihyo," panggilnya pelan.

Jihyo pun membalas tatapannya, ia dapat melihat sarat kekecewaan dari mata bulat Jihyo. Jungkook berhasil membuat Jihyo kecewa, dan ia tidak bangga dengan hal tersebut.

"Aku akan menjelaskan semuanya, sedari awal." ucap Jungkook.

Jihyo masih tidak membuka suara, yang membuat Jungkook akhirnya melanjutkan pembicaraan. "Ini semua terjadi karena peristiwa belasan tahun kebelakang." Jungkook memperhatikan Jihyo yang tengah menatapnya.

"Jungkook kecil harus menyaksikan kematian ibunya di depan mata, kematian yang disebabkan oleh seorang pengemudi mabuk. Kejadian yang membuatnya memupuk rasa dendam terhadap pelaku yang menyebabkan kematian ibunya. Jungkook kecil harus tumbuh sendirian dalam kesengsaraan batin karena rasa dendam itu." lagi, Jungkook mencuri pandang. Jihyo yang semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan dengan permasalahannya.

"Jungkook kecil tumbuh seperti pada umumnya, ia mulai mencari tahu peristiwa yang merenggut ibunya. Sampai akhirnya ia menemukan si pelaku yang ternyata hidup dalam kebahagiaan. Seketika rasa dendamnya kembali menguap yang menyebabkan menyusun rencana keji."

"Namun, semuanya terlambat. Rencana itu belum dilakukan, tetapi nyawa pelaku telah direnggut. Satu - satunya cara, ialah menyengsarakan kehidupan buah hatinya."

Sepertinya Jihyo sudah mulai menangkap maksud cerita Jungkook. Terlihat saat buliran kristal terjatuh membasahi jemarinya. Jihyo merasakan sakit saat Jungkook menceritakannya. "Aku mengambil langkah bodoh karena melakukan rencana gila tersebut. Aku tidak tahu bahwa ternyata aku malah terjebak di dalamnya, bersamamu."

Jungkook pun kembali menatap Jihyo. Wanitanya menangis dalam diam, dan itu membuatnya sakit.

"Mungkin berat bagimu Hyo, aku mengerti. Aku bersalah, aku sudah mendapatkan tamparan secara langsung akibat perbuatan semena - menaku. Aku tidak mau kejadian ini terulang lagi."

"Aku tahu Hyo, aku tidak tahu diri jika aku berharap dirimu terus berada disampingku. Aku memang manusia tidak tahu diri."

"Salahku sangat fatal, seharusnya kau berhak meninggalkanku, tetapi aku terlalu egois jika menahanmu."

Jungkook berlutut, ia menggenggam jemari Jihyo dan kepalanya ia telungkupkan di paha Jihyo. "Aku tidak tahu harus melakukan apa Hyo...." lirihnya.

Tangisan Jihyo semakin kencang. Ia menahan isakannya dengan menggigit kuat bibirnya.

Setelah mendengar penjelasan Jungkook, entah Jihyo harus memaklumi atau apa? Mungkin jika Jihyo berada disisi Jungkook, ia akan melakukan hal yang sama.

Yang menjadi korban, adalah keduanya. Jungkook dan Jihyo, keduanya terjebak dalam labirin yang sama.

Jihyo menarik nafas dalam. Ia mengelus pelan surai Jungkook. "Kook, aku tidak tahu apa aku sanggup memaafkanmu. Awalnya aku merasa kau sangat jahat atas segala sesuatu yang kau lakukan padaku, tetapi setelah mendengar penjelasanmu. Aku tidak tahu harus berkata apa...." ucapnya sembari bergetar.

"Maafkan Ayahku, maaf. Aku minta maaf mewakili dirinya karena ia tidak pernah memberikan maafnya secara langsung di hadapanmu. Maaf Jungkook." lirih Jihyo membuat Jungkook bangkit dan memeluknya erat.

Hell in HeavenTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon