01

1.2K 159 7
                                    

•••••

"Kau sudah sering mengatakannya, apa kau akan terus mengingkarinya?"

"Tent-,"

"Kami tidak akan menerima alasan apapun yang keluar dari mulutmu. Keputusan ini sudah bulat, jika kau tidak menikah dalam waktu dekat, maka posisimu sebagai kandidat utama akan kami ubah."

Mendengarnya membuat pria dengan setelan jas hitam itu menggeram. Ia merasa dihimpit oleh peraturan konyol yang sudah turun temurun ini. Dimana dirinya harus menikah dibawah umur 25 tahun, demi menjaga keturunan untuk melanjutkan kekayaan yang sejak dulu diperoleh dari generasi ke-1.

Saat ia ingin menolaknya, bahunya disenggol pelan. "Turuti ucapan mereka, Jeon Jungkook. Paman tahu bahwa kau telah memiliki perusahaan sukses, akan tetapi ini adalah amanat, dan kau tidak bisa menghindarinya." bisiknya pelan.

"Pa-,"

"Jungkook, kau adalah kandidat terkuat dibanding sepupumu yang lain." Jungkook menghela nafasnya. Diantara 10 cucu Jeon Junpyo, hanya dirinya lah yang turun dalam hal menangani sebuah perusahaan, sedangkan sepupu lainnya memilih untuk mengejar karir impiannya masing - masing.

"Tolong paman, jika kau menolaknya, maka tidak ada pilihan yang lain. Perusahaan akan jatuh pada pemegang saham terbesar kedua. Kita tahu itu tidak boleh terjadi karena kepemilikan perusahaan ini sudah turun temurun." pintanya memelas.

"Baiklah paman." ujar Jungkook.

Ia berdiri, dan mengakibatkan seluruh atensi menatap kearahnya.

"Tenang saja, aku akan menikah dalam kurun waktu sebulan." ujarnya dengan yakin.

Seluruh orang di dalam ruangan pun terkejut. "Kau bercanda? Sebulan? Bukankah setau kami, kau sedang tidak memiliki jalinan hubungan apapun?" heran yang lain, tentu hal ini dipertanyakan karena berita mengenai Jungkook selalu menjadi sensasi hangat di media. Ditambah baru - baru ini, Jungkook baru saja putus dengan kekasihnya, Lalisa Manoban yang merupakan seorang model internasional.

"Kalian mungkin hanya mengenalku dari headline berita saja. Jadi bagaimana?" tanya Jungkook.

"Baiklah, sebulan waktu yang cukup sebentar, jadi kami akan menunggu sebelum mengambil keputusan akhir mengenai nasib perusahaan."

Tentu aku tidak akan membiarkan jiwa licik kalian mengambil alih perusahaan ini, bodoh. Batin Jungkook menyeringai.

Ia membungkuk, bermaksud pamit karena dirinya memiliki sesuatu yang harus diurus. "Aku izin pamit."

•••••

Ia menghempaskan dirinya pada jok kursi di mobilnya. Pertemuan konyol yang baru saja terjadi itu sangat menguras otaknya.

Demi meyakinkan para tetua, ia harus mengatakan hal tidak masuk diakal yang akan membuatnya sengsara.

Dimana ia akan mendapatkan seorang calon pendamping hidupnya dalam kurun waktu sebulan. Terdengar mustahil.

Jungkook tidak ingin mengambil salah langkah dan malah membuatnya sengsara.

"Hubungi Namjoon hyung, katakan padanya untuk menghubungi biro perjodohan." suruhnya pada seorang asisten Eunha, yang memang sedang dipakai jasanya oleh Jungkook.

"Baik Presdir."

Dengan cepat ia mencari kontak Namjoon, selaku orang yang dicari Jungkook. Pria itu berbincang, dan Jungkook dengarkan walau dengan mata tertutup.

"Tuan Namjoon sudah menerimanya dan akan mengusahakannya sekarang juga."

"Buatlah jadwalku kosong selama seminggu karena keperluan mendesak. Limpahkan perjanjian serta beberapa berkas pada Namjoon hyung. Ia pasti akan mengerti."

•••••

"Presdir tidak akan masuk selama seminggu." ujar Mina saat Jihyo duduk di kursi ruangannya. Dahinya mengkerut.

"Memang tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan 'kah?" bibir Mina mengerucut.

"Sebenarnya sangat banyak! Tapi mau bagaimana lagi jika orang yang berperan penting itu tidak hadir?"

"Dan sekarang aku malah berakhir dengan tugas yang menumpuk akibat Presdir yang memberikan kepercayaannya pada Mr. Kim."

"Mr. Kim? Ia kah Wakil Direktur?" Mina mengangguk pelan.

Jihyo merasa tidak enak hati setelah melihat Mina kesulitan akibat pekerjaan yang seharusnya dilimpahkan padanya, malah diberikan secara gamblang pada Mina.

"Bolehkah aku membantumu?" tanya Jihyo.

"Tentu!! Itu akan sangat membantu kami!!!!"

Jihyo berdiri. "Baiklah, berikan saja lembaran tugas itu padaku." Mina dengan senang berjalan menuju ruangannya, beruntung sekali dirinya sebab Jihyo dengan senang hati membantunya.

Mina kembali dengan beberapa dokumen yang lumayan tebal. "Kau harus membaca dokumen ini dengan teliti, jika ada kesalahan, kau bisa melingkarinya untuk memudahkan pengerjaan ulang."

"Ini adalah rencana proyek tersebut, tolong point out jika ada kesalahan ya Hyo."

Jihyo mengangguk, ia mengambil dokumen tersebut dan mulai mengerjakannya. Ini adalah tugasnya, itu berarti sudah sepatutnya dibebankan padanya.

Ia memeriksa satu per satu kalimat, jika ada yang salah atau dapat mengakibatkan perbedaan penafsiran, maka sebisa mungkin tatanan kalimat diganti agar menjadi lebih mudah dibaca.

Terhitung hampir pukul 7 malam, dan itupun tepat disaat dirinya baru saja selesai merevisi dokumen terakhir. Mina berpesan, jika dokumen ini sudah selesai, supir perusahaan akan mengirimkannya pada Presdir.

Jihyo menarik sebuah sticky notes pada buku kecil yang baru ia beli kemarin. Buku ini berisikan jadwal Presdir ke depannya. Akibat seminggu ini Presdir tidak akan masuk, maka Jihyo dapat mencoret beberapa kegiatan.

Mina memberitahunya bahwa Wakil Presdir dan ia akan mengurusinya selama seminggu, dan hasil akhirnya akan diberikan pada Jihyo untuk dipelajari, itupun Mina berikan secara cuma - cuma. Jaga - jaga jika Presdir meminta Jihyo untuk menerangkan beberapa jadwal yang dilewatinya.

"Sekretaris Park?" sapa seseorang, membuat Jihyo langsung menutup bukunya.

"Ya?" Jihyo membalas sembari memutar kursinya. Oh Kyungri, salah seorang teman Mina. Mereka berkenalan secara langsung kemarin, saat dirinya dibawa Mina ke kantin.

"Kau masih disini?" Jihyo meringis. "Ya, banyak kerjaan yang harus kubereskan."

Kyungri mengangguk. "Kau lembur?" tanya Jihyo saat melihat Kyungri membawa nampan berisikan sebuah gelas yang diyakini berisikan cokelat panas dilihat dari asap yang mengepul serta baunya.

"Ya, ada proyek yang harus diselesaikan oleh tim."

"Kalau begitu aku tidak akan menganggu. Aku harus pulang." ujar Jihyo sembari pamit.

"Berhati - hatilah Sekretaris Park."

Jihyo tertawa geli. "Sudah kubilang berhenti menggunakan panggilan awalan, itu terlihat konyol."

"Baik Jihyo," ujar Kyungri. Ia melirik ke arah dapur kecil di ujung kanan, dan memberikan kode pada Jihyo bahwa dirinya akan langsung ke dapur.

"Segeralah pulang Kyungri, angin malam sangat tidak baik." ingat Jihyo.

Kyungri mengangkat ibu jarinya. "Aku duluan Jihyo."

Jihyo mengangguk. Ia mematikan komputer, kemudian mengambil tas miliknya yang berada di ujung. Ia harus segera sampai di halte sebelum pukul setengah 7 malam, karena setelahnya, jadwal bis yang singgah akan semakin lama, mengingat di malam hari jarang ada yang menggunakan bis.

Kakinya melangkah ringan, ia tak sengaja melihat tim proyek yang Kyungri katakan sedang menyusun sesuatu. Tersenyum kecil karena melihatnya. Mereka terlihat sangat serius.

Setelahnya Jihyo melanjutkan langkahnya. Waktu tidak banyak. Ia harus segera pulang.

•••••

Hell in HeavenWhere stories live. Discover now