37

632 115 10
                                    

•••••

Hampir dua minggu Jihyo sudah resmi menjadi seorang ibu dari kedua anak bayi yang tumbuh dengan baik. Ia bersyukur dengan keadaan dirinya yang dibantu oleh ketiga orang -Nyonya Min, Yoongi, Jieun- secara ikhlas.

Terlebih Jieun, yang ternyata merupakan kekasih dari Yoongi. Saat mengetahui statusnya, Jihyo meminta maaf pada Jieun karena membuat Yoongi berada di sampingnya saat melahirkan si kembar.

Beruntung Jieun menanggapinya dengan santai, seakan itu bukan masalah besar. Ia mengatakan bahwa dirinya mengerti keadaan Jihyo, lagipula ia merasa senang saat melihat wajah Yoongi yang menderita saat itu.

Hal ini tentu membuat hati Jihyo tergelitik melihat hubungan keduanya.

"Jihyo?" Jieun duduk di sebelahnya sembari menggendong Haneul yang baru saja tertidur. "Ya? Kenapa Jieun?"

Jieun menggelengkan kepalanya. "Kau melamun,"

Jihyo mengatupkan bibirnya. "Apakah aku tidak menganggu waktu kerjamu Jieun?" ia berusaha mengubah topik.

"Tidak, jam kerjaku sangat fleksibel. Masyarakat disini pun mengetahuinya, jadi jika mereka memerlukan diriku, mereka dapat menemuiku secara langsung." satu fakta yang Jihyo ketahui, Jieun merupakan satu - satunya bidan di distrik tersebut.

Sebenarnya ada seorang lagi, tetapi ia baru saja pindah beberapa bulan yang lalu dan tinggalah Jieun sendirian.

Memang keadaan distriknya sangat kecil, sehingga kepala keluarga yang tinggal disini pun dapat dihitung dengan mudah.

"Kau tahu tidak! Distrik ini terkenal karena keahliannya dalam menghasilkan beras dengan kualitas terbaik." seru Jieun.

"Jadi itu alasannya, aku melihat banyak sekali sawah disini." Jieun mengangguk.

Byeol merengek, membuat Jihyo menepuk pelan bokongnya. "Lucu sekali, kalau dilihat, ia benar - benar mirip denganmu. Matanya sangat besar, hidungnya mancung serta bibirnya lumayan tipis. Sangat cantik." puji Jieun.

"Begitu pula dengan Haneul, sangat tampan." Jihyo tersenyum. Jika dilihat, keduanya sangat mirip dengan Jihyo, tetapi juga sangat mirip dengan Jungkook. Biasanya anak akan dominan pada satu orang saja, tetapi keduanya terbagi dengan adil.

"Kapan kau akan menyusul?" pertanyaan Jihyo membuat pipi Jieun memerah.

"Kau sangat cocok dengan Yoongi, usiamu juga sudah sangat matang." Jieun mengangguk.

"Aku menunggu Yoongi untuk melamarku."

"Jika ia tidak mengambil langkah cepat, maka kau saja yang melamarnya." Jieun tersedak oleh air liurnya sendiri, hal ini membuat Haneul terkejut.

"Jangan berbicara aneh - aneh Hyo, a-aku malu...." Jihyo tertawa kecil.

Kemudian keadaan hening, Byeol masih merengek sehingga Jihyo sibuk menidurkannya kembali.

"Hm, Jieun. Jika aku sudah lebih stabil, sepertinya aku akan keluar dari rumah ini. Aku sudah banyak merepotkan kalian." mata Jieun membola.

"Tidak usah, Yoongi dan ibunya tidak merasa keberatan. Malah mereka sangat senang dengan kehadiranmu serta si kembar."

"Aku tidak mau merepotkan mereka Jieun, sepertinya aku akan memutuskan untuk tinggal di distrik sini saja."

Jieun menghela nafas lega. "Kukira kau akan meninggalkan distrik ini juga." Jihyo tersenyum kecil.

"Suasana disini sangat mendukung untuk perkembangan Haneul serta Byeol."

"Aku setuju!"

•••••

Hell in HeavenWhere stories live. Discover now