29

691 135 14
                                    

•••••

Jihyo tidak percaya sama sekali saat mendengar penjelasan Jungkook. Semuanya merupakan rencana busuk seseorang yang ia kenal, seseorang yang ironisnya menjadi salah satu klien di butiknya.

Nyonya Jung pun tertarik dengan butiknya bukan karena hasil karya Jihyo maupun Jeongyeon, melainkan karena ingin mencari titik kelemahan Jihyo.

Rencananya sangat mulus, tetapi terhalang karena pemberontakan Lisa di akhir yang lebih memilih untuk bersama kekasihnya dibandingkan mengikuti rencana konyol ibunya.

Jungkook menjelaskan dari awal hingga akhir, membuat Jihyo mau tak mau memahami kejadian tak masuk diakal ini.

"Tapi aku belum memaafkanmu sepenuhnya," kalimat Jihyo membuat Jungkook terpaku, maksudnya apa?

"Bukankah aku sudah menjelaskannya secara runut padamu?" tanyanya tak terima. Jihyo mengangguk. "Kau memang menjelaskannya Kook, sangat jelas. Akan tetapi, aku memiliki syarat agar kau mendapatkan maaf dariku."

Jungkook melirik senyum jahil Jihyo. Oh, apa yang akan wanita itu lakukan sekarang?

"Kau tidak boleh melarang asupan makananku lagi, aku tahu maksudmu baik. Akan tetapi, rasanya sulit, setiap kau melarangnya malah membuatku semakin menginginkannya." pintanya.

Jungkook tersenyum kecil, ia kira Jihyo akan mengatakan sesuatu yang sulit baginya.

"Lagipula, aku tetap memperhatikan nutrisinya, ditambah aku akan menghindari seafood serta makanan pedas! Yang kemarin hanyalah salah satu keinginanku saja." Jihyo kembali memakan chips yang tengah ia dekap di dadanya.

Membuat Jungkook yang melihatnya pun merasa gemas. Perlahan ia bangkit dari sofa dan duduk di samping Jihyo.

"Kenapa? Kau hendak men-," ucapan Jihyo terhenti kala ibu jari Jungkook mengusap sisi bibirnya.

Sesudahnya Jungkook tersenyum kotak, dan Jihyo terpaku. Ia membutuhkan beberapa detik sebelum dirinya memproses kejadian tadi.

Matanya mengerjap penuh dan kembali menatap Jungkook yang tengah menatapnya mengejek. "Pengaruh ibu jariku punya efek sebesar itu?" ledeknya membuat pipi Jihyo memerah, ia malu.

Jungkook memperhatikan perut Jihyo. Ia tidak menyangka sudah 7 bulan lamanya ia bersama Jihyo.
"Bagaimana keadaan mereka?" tanya Jungkook.

Jihyo meredam rasa malunya, ia pun menjawab tanpa melihat Jungkook dengan mulut yang sibuk mengunyah. "Mereka baik, semenjak kau mengizinkanku untuk memakan makanan yang kuinginkan, mereka menjadi lebih aktif."

Jungkook tergelak. "Kalau begitu, aku rasa akan lebih mudah untuk membiarkanmu dibanding sebelumnya."

Jihyo menahan senyumnya. "Bolehkah aku mengunjungi mereka?" tanyanya lebih dulu.

"Eh? Tentu saja, kau 'kan ayah mereka,"

Jungkook menyingkirkan chips yang tengah Jihyo makan, memposisikan dirinya menyamping dan maju sedikit hingga kepalanya menyentuh paha Jihyo.

Ia mendekatkan wajahnya pada perut menggembung Jihyo dan mengecupnya. Hal ini tak luput dari pandangan Jihyo. Wanita itu memperhatikan sembari asik memakan chips.

"Ayah rindu dengan kalian," ucap Jungkook pelan tetapi mendapat respon luar biasa hingga Jihyo meringis.

"Oh! Salah satu dari mereka menendang terlalu keras." lirih Jihyo. Jungkook bangkit dan mengelus pelan perut Jihyo. "Apa sakit?"

Jihyo menggelengkan kepala. "Tidak, aku kegelian. Aku hanya sedikit terkejut."

Jungkook pun kembali memposisikan kepalanya di paha Jihyo. Ia menangkupkan tangannya dan mengelusnya perlahan.

Hell in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang