05

887 139 11
                                    

•••••

Pertemuan tadi siang berjalan lumayan mulus, Jihyo menjadi bimbang. Padahal ia sudah meyakinkan dirinya bahwa ia hanya ingin menuruti keinginan neneknya, tetapi mengapa dirinya malah terbawa arus.

Tadi Daniel mengajaknya untuk bertemu kembali esok hari, dengan alasan bahwa kedepannya ia akan sedikit sibuk oleh pekerjaannya dan Jihyo menyanggupinya. Sebab, tak ayal kedepannya ia akan sibuk dengan pekerjaan, terlebih besok Presdir sudah masuk.

Daniel menawarkan tempat kencan yang Jihyo inginkan, dan Jihyo merekomendasikan sebuah taman bunga. Ia bilang bahwa dirinya ingin merangkai bunga sedari dulu tetapi tidak memiliki waktu yang banyak, sehingga rencananya selalu mundur.

Daniel pun terdengar antusias, dirinya akan menjemput Jihyo besok pukul 10 pagi, dan berangkat bersama dari apartment Jihyo.

Sekarang, Jihyo yang sedang dalam keadaan bimbang pun memutuskan untuk melepaskan penatnya dengan pergi ke salah satu bar dimana temannya bekerja. Ia ingin bercerita kepada temannya mengenai keresahan yang ditimbulkan akibat "biro jodoh" tersebut.

Berkat temannya, Jaehyun, yang bekerja sebagai salah satu bartender pun, Jihyo dapat masuk ke bar mewah yang biasanya hanya dapat dimasuki oleh kalangan atas yang berduit.

Jaehyun membawa Jihyo pada meja memanjang. Ia sedikit berlari menuju samping meja, dan kini berhadapan dengan Jihyo.

"Jadi...." pancing Jaehyun. Hal ini membuat Jihyo memutar matanya.

"Traktir aku minum! Baru aku akan bercerita padamu....semuanya!"

Jaehyun berdecak. "Kadar alkoholmu rendah bodoh, kau mau esok hari bangun di pelukan orang?"

Jihyo malah balik membalas dengan senyuman remehnya. "Aku sudah berlatih,"

Jaehyun pun menoyor dahi Jihyo. "Kau tidak sehebat itu, lebih baik alkohol dengan kadar rendah saja ya? Aku tidak mau mengambil resiko, terlebih itu dirimu Hyo." Jihyo mencibir.

"Sejak kapan kau memedulikanku? Biasanya juga selalu menjahiliku." Jaehyun terkikik.

"Sebentar, akan kubuatkan."

Saat Jaehyun hendak berbalik, seseorang di samping Jihyo memanggilnya. "Hei Jung, buatkan aku yang biasa." Jaehyun mengangguk.

Seseorang di samping Jihyo pun menelungkupkan kepalanya. Saat Jaehyun kembali, ia menenteng 2 gelas dan menaruhnya di hadapan Jihyo serta orang di sampingnya. Saat Jihyo hendak bertanya miliknya yang mana, Jaehyun dipanggil seseorang dari paling ujung, membuatnya mau tak mau menghampiri pelanggan.

Saat Jihyo hendak meraih salah satu gelas, orang disampingnya langsung mengambil gelas dan meminumnya. Kemudian setelah habis, ia kembali menyimpannya ketempat semula.

Karena orang disampingnya ini tidak protes, membuat Jihyo yakin bahwa gelas satunya itu miliknya. Ia menariknya dan menghirup isi gelas tersebut, tidak terlalu menyengat, malahan seperti soju yang sering ia minum.

Tanpa ragu Jihyo langsung menghabiskannya. Oh benar, ini memang soju, tetapi mengapa aftertaste yang ia rasakan membuat lidahnya menjadi sangat pahit dan kepalanya menjadi pusing.

"Kau sudah meminumnya?" tanya Jaehyun. Jihyo pun mengangguk pelan.

"Jadi bagaimana?" tuntut Jaehyun.

"Nenek memasukkan dataku pada sebuah perusahaan biro jodoh," Jaehyun seketika tertawa keras, tetapi masih kalah oleh dentuman musik.

"Mengapa kau malah menertawakanku?"

Jaehyun menggelengkan kepalanya. "Tidak tidak, oh sial....sebaiknya aku tidak perlu lagi berbohong padamu. Sebenarnya akulah yang merekomendasikan nenekmu untuk mendaftarkanmu pada biro jodoh." Jihyo merengut. Ia berdiri, hendak menarik kemeja Jaehyun untuk memberi pria itu pelajaran.

Hell in HeavenWhere stories live. Discover now