14

695 131 5
                                    

•••••

Mata Jihyo tak hentinya menatap sebuah toko yang sedaritadi menarik perhatiannya. Toko itu terlihat sangat usang. Akan tetapi, walaupun luarnya usang, ia dapat melihat pakaian - pakaian yang berjajar rapi.

Pakaiannya tertata dan sangat bagus. Bahkan Jihyo merasa, kualitas yang ditunjukkan bukan main.

Hal ini sangat menarik perhatiannya hingga ia masuk ke dalam toko dan membuat seorang wanita menghampirinya. Ia terlihat seperti seumuran Jihyo dilihat dari wajahnya.

"Kau mencari sesuatu Nona?" Jihyo memperhatikan sekitar, sepertinya hanya ada seorang pekerja disini.

"Aku tidak pernah melihat design baju seperti ini, siapa yang membuatnya?" wanita itu tersenyum malu.

"Saya sendiri yang membuatnya Nona." Jihyo menatap takjub. Ia tidak menyangka saat melihat beberapa design pakaian yang sangat memanjakan matanya.

"Ini sangat bagus!" puji Jihyo.

"Terima kasih Nona atas pujiannya." wanita itu membungkuk. Jihyo mengulurkan lengannya.

"Perkenalkan, aku Pa-, eh Jeon Jihyo, kau bisa memanggilku Jihyo." wanita itu melirik uluran lengan Jihyo.

Ia mengelap lengannya yang terasa kotor sebelum menjabat lengan wanita di depannya - Jihyo -.

"A-aku Jeongyeon, Yoo Jeongyeon."

Jihyo tersenyum. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

Jeongyeon mengangguk. "Toko ini milikmu?" Jeongyeon tersenyum, menandakan bahwa ucapan Jihyo benar adanya.

"Bolehkah aku membeli separuhnya? Aku ingin berbinis denganmu." ucapan itu membuat bola mata Jeongyeon melebar.

"Eh?" ucapan itu tidak sengaja keluar karena ia terlalu terkejut.

"Kalau kau setuju, aku bisa membayarnya secara langsung. Nanti kita berdua akan mengurus perbaikan gedung."

Jeongyeon masih terdiam. Ia masih berusaha mencerna ucapan Jihyo.

"Sebenarnya, sudah lama sekali toko ini menarik perhatianku. Dulu sekali, aku selalu melewati toko ini setiap pulang sekolah, aku selalu melihat seorang wanita paruh baya tengah mengukur pakaiannya. Sehingga pada akhirnya aku selalu bermimpi untuk mencoba salah satu pakaiannya." ujar Jihyo malu - malu.

"Bagaimana Jeongyeon?"

Jeongyeon mengerjapkan matanya. Ia menatap Jihyo yang terlihat sangat antusias.

Walau ia baru mengenal Jihyo, tetapi entah mengapa ia sudah mempercayai wanita di depannya, terlebih sebenarnya Jeongyeon sedang kesulitan ekonomi karena uang tabungannya terkuras habis untuk membiayai pengobatan ibunya, yang merupakan pemilik butik ini sebelum diturunkan pada Jeongyeon beberapa bulan yang lalu.

Jeongyeon akhirnya mengangguk. Hal ini membuat Jihyo menepuk kedua telapak tangannya dengan antusias. "Oh terima kasih Jeongyeon!" ia memeluk Jeongyeon hingga membuat wanita itu kesulitan bernafas dan berakhir dengan memukul pelan lengan Jihyo untuk melepaskannya.

"Maaf," kekeh Jihyo.

Jihyo keluar dengan wajah bahagianya, ia baru saja mewujudkan mimpinya. Berterimakasilah pada Jungkook yang telah memudahkan dirinya mencapai impiannya.

Sekarang, tinggal bagaimana Jihyo akan membicarakan masalah ini pada Jungkook, ia harus mendapatkan izin pria tersebut sepenuhnya.

•••••

Jungkook pulang dengan keadaan sedikit berantakan, sudah hampir 2 minggu lebih dirinya harus dihadapkan pada situasi tidak menguntungkan.

Jihyo yang baru saja keluar dari kamar mandi pun mendapatk Jungkook tengah duduk di sofa sembari menunduk.

Hell in HeavenOnde histórias criam vida. Descubra agora