30

593 115 7
                                    

•••••

Jihyo berjalan dengan santai. Kali ini dirinya terdorong untuk membuat makan siang Jungkook.

Ia memasak berbagai macam makanan dan menatanya sendiri, bahkan melarang pekerja untuk membantunya.

Saat masuk ke dalam lobby, beberapa karyawan menyambutnya. Jihyo membalasnya dengan kikuk. Padahal kalau diingat, saat ia bekerja disini tidak ada seorang pun yang memperhatikannya.

Kakinya berjalan menuju ruangan Jungkook dan menemukan Mina yang tengah membawa beberapa dokumen. "Jihyo!" serunya.

Ia melupakan dokumennya di meja dan langsung memeluk Jihyo.

"Aku tidak pernah melihatmu."

"Aktivitasku hanya pergi ke butik saja." balas Jihyo.

Mina melirik beberapa bawaan Jihyo. "Kau membawa apa? Sepertinya berat. Mengapa tidak ada yang membantumu untuk membawanya? Kau kan sedang hamil besar Jihyo." cecar Mina.

Jihyo tersenyum saat Mina menarik salah satu bingkisan. "Sini kubantu."

"Hm, di ruangan Presdir Jeon, ada tamu." ujar Mina. Ia tak sengaja lewat saat seseorang masuk ke dalam ruangan Jungkook 10 menit yang lalu.

"Siapa?" tanya Jihyo penasaran.

"Aku tidak melihatnya dengan jelas, lagipula meng-," seseorang memanggil Mina. Ia menghampiri Mina dengan nafas tersengal.

"Tuan Kim membutuhkanmu sekarang."

Mina mendesah, ia melirik Jihyo tak enak. Baru saja ia bertemu Jihyo setelah berapa minggu lamanya, tetapi kembali terhalang karena dirinya kali ini.

Jihyo pun mengambil alih kembali bawaannya. Ia melirik ke arah meja informasi, tetapi tidak ada orang disana.

Melihat detik waktu melewati jam makan siang, membuat Jihyo mendesah berat.

Apa Jungkook sedang mencari makan? pikirnya, hingga seseorang keluar dari ruangan Jungkook. Terheran saat melihat seorang wanita yang sedang membelakanginya itu tengah melamun.

"Jihyo? Sedang apa disini?"

"Oh! Paman..... aku sedang menunggu Jungkook, sepertinya ia sangat sibuk...."

"Aku baru saja berbicara dengan Jungkook, masuk saja. Maaf aku tidak dapat mengantarmu ke dalam, ada urusan perusahaan yang harus segera diperiksa." Jihyo mengangguk paham, setelah mendengar bahwa Jungkook berada di dalam. Ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

Hal ini membuat Jungkook terkejut saat mendapatkan presensi Jihyo dihadapannya. Melihat barang bawaan, ia langsung berdiri dan menghampiri Jihyo guna menenteng bingkisannya.

"Ada apa?" tanyanya heran, karena baru kali ini Jihyo menyusulnya saat istirahat makan siang.

"Aku membawakan makanan untukmu!" Jihyo menunjuk bingkisan yang Jungkook pegang.

Jungkook tersenyum senang. Ia menarik Jihyo dan mendudukan diri di sofa. Ia langsung membuka bingkisan dan melongo.

"Kau membuatnya sendiri?" Jihyo mengangguk.

Di depannya kini membentang beberapa macam hidangan menggiurkan yang seketika membuat perutnya berdemo. Jihyo melihat ekspresi kelaparan Jungkook dan berinisiatif untuk mengambil suapan pertama.

"Makanlah," ujar Jihyo sembari menempatkan sumpit di depan bibir Jungkook.

Jungkook langsung melahapnya. "Bagaimana? Enak tidak?" tanya Jihyo dengan nada ingin tahunya.

Jungkook mengangguk dan mengangkat ibu jemarinya. "Sangat enak! Aku sangat menyukainya."

Jihyo menghela nafas, lega. Jungkook menyukai masakannya. Walaupun mereka sudah tinggal 7 bulan lamanya, Jihyo tidak pernah memasakkan Jungkook sebanyak ini. Paling hanya telur mata sapi, ramen, atau hidangan yang mudah dibuat.

Hell in HeavenWhere stories live. Discover now