10

788 144 18
                                    

•••••

Sudah hampir seminggu, Jihyo merasa tubuhnya benar - benar lemas dan inipun menarik perhatian Mina. Temannya itu tampak begitu khawatir saat melihat keadaan Jihyo.

"Apa kau yakin Hyo? Kau dapat membicarakannya pada Minjun, ia pasti memberikanmu izin setelah melihat keadaanmu." Jihyo menolaknya. Saat ini dipikirannya hanya ada satu tugas penting menyangkut perusahaan, karena sebentar lagi ia serta Presdir Jeon akan melakukan kunjungan ke salah satu pabrik yang memproduksi bahan baku utama untuk produk selanjutnya.

Jihyo harus memastikan kunjungan ini berjalan lancar, ia tidak mau ada kesalahan karena proyek ini merupakan proyek pertama yang mana dirinya turut andil.

Mina mengangguk pasrah. Ia menggenggam tangan Jihyo. "Jagalah kesehatanmu, jika kunjungan telah selesai kau harus beristirahat."

Jihyo mengangguk. Ia mengambil berkas dan berjalan ke arah ruangan Presdir Jeon.

Ketukan pintu membuat Jungkook mengalihkan pandangannya. Ia menyuruhnya masuk, dimana Jihyo masuk dengan keadaan lemasnya. "Kau kenapa?" tanyanya.

"Saya baik - baik saja Presdir, kebetulan saya kesini untuk memberitahukan bahwa sekitar 20 menit, kita akan berangkat menuju Pabrik Seon untuk melakukan pengecekan terhadap bahan baku produk."

Jungkook mengangguk. Sebelum Jihyo menutup pintu, ia menyuruh Jihyo untuk menghampirinya. Saat Jihyo mendekat, Jungkook pun bangkit.

Pria itu menarik Jihyo untuk duduk di sofa, Jihyo tidak melakukan perlawanan karena dirinya tidak kuat. Telapak tangan Jungkook terangkat untuk merasakan suhu tubuh Jihyo. "Tubuhmu panas, kau demam?" Jihyo menyingkirkan tangan Jungkook dan berdiri.

"Maaf Presdir, saya baik - baik saja. Terima kasih telah mengkhawatirkan saya, saya izin keluar untuk bersiap - siap." Jihyo membungkuk dan melangkah keluar.

Jungkook bergegas mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Bawakan masakkan rumahan, pastikan mengandung gizi yang banyak." ia langsung mematikan sambungan dan bersiap menuju kunjungan.

•••••

"Untuk bagian perekat, kami belum menemukan produk yang cocok Presdir, sehingga produksi barang sedikit mundur."

"Kenapa kalian tidak mengatakan apapun pada kantor pusat?" tanya Jungkook datar.

Hening. Tidak ada yang menjawab. Hingga akhirnya Jihyo membuka suara. "Sebetulnya penanggung jawab sudah melaporkannya pada pusat Presdir, tetapi belum ada respon dari ketua tim proyek. Sepertinya ada kesalahan komunikasi antar pusat dan pabrik Presdir."

"Besok adakan rapat dengan tim inti proyek." ujar Jungkook. Ia kembali melangkah untuk mengecek beberapa situasi di pabrik.

Hingga suara bising di belakang membuatnya menoleh ke belakang. "Nona Park,"

Jungkook langsung berjalan menuju Jihyo dan mengangkatnya. "Batalkan inspeksi hari ini," ujar Jungkook pada ketua pabrik. Pria itu berlari keluar menuju mobil, meninggalkan puluhan orang di pabrik kebingungan.

Mobil Jungkook berjalan cepat karena bentakan Jungkook. Sesekali memperhatikan Jihyo dalam gendongannya yang terlihat sangat pucat.

"Hubungi Dokter Kim," titah Jungkook pada supirnya yang langsung tanggap.

Mobil berjalan menuju apartment Jungkook. Ia menghubungi Namjoon untuk berkunjung ke apartmentnya.

Saat mobil masuk ke parkiran apartment, Jungkook langsung keluar sembari menggendong Jihyo dengan bridal style. Hal ini tidak luput dari penglihatan Namjoon yang kebetulan sudah sampai di depan apartment Jungkook. "Tolong bukakan pintu." pinta Jungkook.

Hell in HeavenWhere stories live. Discover now