06

806 138 7
                                    

•••••

Jihyo terbangun dengan mata berat, kepalanya sangat pusing sehingga ia mendesis. Tubuhnya sangat sakit dan entah mengapa seperti ada sesuatu yang terjadi.

Ia perlahan mengangkat kepalanya, dengan posisi telungkup, membuatnya harus menoleh kebelakang untuk melihat waktu.

Dirinya melongo, ini bukan kamarnya, jam dindingnya tidak menggantung di tempat yang seperti biasa ia lihat, semua barang bukan miliknya.

Ia dimana?

Jihyo yang hendak bangkit pun terhenti saat bunyi pintu terbuka, membuatnya kembali dalam posisi semula.

Saat dirinya merasakan tekanan yang pada tubuhnya, seperti tidak ada penghalang apapun, ia semakin terkejut. Namun, ia tahan dengan tangannya.

Ada seseorang yang bergerak ke arahnya dan ia tidak tahu siapa orang tersebut.

"Kau sudah bangun? Apa kepalamu sakit?" tanyanya. Ia duduk di pinggiran kasur dimana sisi Jihyo berada. Membuka dengan sekali sentakan dan membuat Jihyo semakin menekan wajahnya pada bantal. Suara pria, membuat Jihyo menjadi dua kali lebih takut.

"Nona Park, apa kau masih ingin terus menyembunyikan wajahmu itu?"

"Di-dimana pakaianku?"

Ia seperti tergelak oleh pertanyaan Jihyo. "Semalam kau ketumpahan air saking semangatnya, jadi sekarang sedang dikeringkan."

"Ap-apa yang kita lakukan semalam?"

"Kau dan aku, oh, ini sulit dijelaskan..."

Jihyo menghela nafasnya. "Apa kita melakukannya?"

"Ya, kita melakukannya." Jihyo mendesah. Itu tandanya ia memberikan dirinya pada orang asing secara cuma - cuma. Bodoh.

Rasanya Jihyo ingin menangis, ia sungguh bodoh. Mengapa ia bisa sampai kecolongan seperti ini, sumpah demi apapun, ia sendiri tidak akan memaafkan dirinya.

"Dimana ponselku?"

Bagian sisi pun kembali seperti semula. Seseorang menyodorkan ponsel di depan Jihyo. Ia mengambilnya dan langsung mendudukan dirinya dengan menutupi bagian tubuhnya.

Jihyo terlihat cemas, tentu saja cemas. Terdapat 15 panggilan dari Daniel, serta 20 panggilan dari Jaehyun. Ia menggigit jemarinya.

"Apa ini yang pertama untukmu?" tanya pria yang kini sedang duduk di sofa.

Jihyo menoleh ke arahnya. Ia terpaku melihat pria tersebut.

"Tidak usah kau pikirkan, ini salahku." ujar Jihyo.

"Aku membawakanmu sarapan," ujarnya. Jihyo menoleh ke samping dan melihat toast bread beserta susu.

Saat hendak mengambilnya, ia meringis dan itu membuat pria tersebut dengan sigap menolong Jihyo.

"Maaf, sepertinya aku terlalu keras padamu semalam."

Jihyo mengangguk malu. "K-kau tahu namaku?" tadi pria tersebut memanggil marganya.

"Kau menyebutkannya semalaman ditambah sisi merajukmu muncul beberapa kali." Jihyo meringis.

"Aku pasti menyebalkan ya? Maaf, ditambah maafkan aku kejadian ini harus terjadi."

Pria itu tersenyum. "Siapa namamu?"

Hell in HeavenWhere stories live. Discover now