18

572 108 14
                                    

•••••

Jungkook memijat pangkal hidungnya. Permintaan Lisa kemarin masih menghantui dirinya. Padahal jika dipikir - pikir, Jungkook bisa saja langsung memperkenalkan Lisa sebagai kekasihnya pada Jihyo saat itu juga, tetapi entah mengapa Jungkook tidak bisa.

Seakan Jungkook melindungi perasaan kedua wanita tersebut, terlebih Jihyo. Padahal Jungkook tahu bahwa pernikahan ini hanya berdasarkan kertas, karenanya ia tahu Jihyo hanya menganggap ini sebagai perjanjian.

Jungkook tidak bisa melakukannya. Ada perasaan kalut yang menyelimutinya.

"Presdir Jeon, sebentar lagi akan ada rapat dengan Park Tech." ujar sekretarisnya.

"Hm," sekretarisnya pun membungkuk dan pamit keluar.

Ia menetralkan pikirannya, kemudian beranjak menuju ruang rapat. Biarlah masalah pribadinya ia pendam terlebih dahulu, sekarang ia harus bersikap profesional.

Rapat berakhir sekitar jam makan siang, dan itu Jungkook pergunakan untuk mengurus beberapa dokumen. Hingga ketukan pintu mengalihkannya.

Ia menatapnya heran dan berdeham. "Masuklah,"

Sosok wanita dengan dress selututnya itu masuk dengan riang. Ia membawa sebuah bungkusan.

"Apa aku menganggumu?" tanyanya saat melihat dokumen yang bertebaran di meja Jungkook.

"Tidak sama sekali, ada apa?" Jungkook mempertanyakan kedatangan sosok tersebut.

"Aku memasakkanmu sesuatu," ia mengangkat bungkusan tersebut.

"Tiba - tiba?" tanya Jungkook heran, karena baru pertama kali ia dihampiri seperti ini.

"Ya, dorongan dari kedua anakmu." ia terkekeh sembari mengelus perutnya yang membesar.

"Kalau begitu duduklah Jihyo," Jungkook berjalan menuju sofa yang diikuti langsung oleh Jihyo.

Wanita itu sibuk membuka bungkusan dan mengeluarkan satu per satu makanan. Banyak sekali hidangan yang membuat perut Jungkook seketika memberontak.

"Kau memasaknya semua?" Jihyo mengangguk.

"Maaf jika aku terkesan tidak menuruti ucapanmu," Jihyo menyendokkan lauk dan menaruhnya di depan mulut Jungkook. "Bukalah,"

Jungkook memakannya. Masakannya enak sekali. Membuat Jungkook mengambil beberapa lauk dan memasukkannya seperti orang kesetanan. "Hei pelan - pelan! Nanti tersedak." Jungkook malah tersenyum jahil.

Ia mengacungkan ibu jari di hadapan Jihyo. "Ini enak sekali," pujinya.

"Benarkah?" Jungkook mengangguk. Ia mengambil alih sendok di tangan Jihyo. Melakukan hal yang serupa tetapi kali ini berhenti di depan mulut Jihyo.

"Makanlah,"

Jihyo menyuap dengan senyuman. Ia merasa pipinya memanas. "Mengapa kau tidak pergi makan siang?"

"Malas, lagipula ada beberapa kerjaan yang harus kubereskan secepatnya."

"Sayang sekali aku tidak bisa bekerja saat ini, kau pasti sangat kesulitan ya? Sebab beberapa minggu terakhir kau sulit sekali dihubungi." Jungkook menghindari tatapan Jihyo dan memilih untuk kembali memasukkan lauk ke mulutnya.

"Maaf, ak-,"

Jihyo menggelengkan kepalanya. "Bukan, kau tidak perlu meminta maaf, itu sudah menjadi tanggung jawabmu juga bukan? Sehingga ak-," belum sempat Jihyo menyelesaikan kalimatnya, dengan jahil Jungkook menyuapi Jihyo hingga wanita itu terkejut.

"Makanlah, jangan banyak berbicara."

"Hm, Jungkook, kebetulan hari ini merupakan jadwal bulanan, bolehkah temani aku pergi cek kandungan? Sudah 2 bulan kau tidak menemaniku, maaf jika aku terlihat egois." Jungkook menatap mata sendu Jihyo.

Hell in HeavenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora