Beauty Psycho 20 : Tekanan dan Rasa Penasaran

1.9K 397 20
                                    

Perlu diketahui, saya ngetiknya sekali aja, nggak dibaca ulang. Mana ngetiknya selalu tengah malam. Jadi ... kalau ada typo atau semacamnya mohon dimengerti, ya.

Walaupun readersnya cuma bisa dihitung jari, saya tetap berusaha mengetik dengan sepenuh hati.

_

Elisha menatap Ana yang sedari tadi menghela nafas gusar, entah sudah berapa kali, gadis itu sudah seperti itu sejak Bu Mina mengadakan ulangan mendadak.

"Duh, gue sama nilai aku nanti?" Gadis itu mendumel, mana soal-soalnya susah lagi. Bu Mina memberikan banyak soal lagi, huft ... Ana harus menahan diri agar tidak berteriak sekarang.

"Aku nggak mau pulang ke rumah kalau nilai ulangan ini cuma dapat 80," gumam gadis itu, lagi-lagi berbicara pada diri sendiri.

Elisha menggeram pelan, walaupun dirinya pintar, konsentrasinya juga bisa pecah jika mendengar decakan demi decakan, keluhan demi keluhan.

Gadis itu mau apa sih!?

"Diamlah, Ana! Lo nggak ingin gue tumbalkan buat ganti nilai gue nanti, 'kan?" tanyanya membuat Ana tersentak kaget.

Dengan gelagapan ia menjawab, "Padahal aku bicara dalam hati, loh," jawabnya.

Elisha berdecak, "Dalam hati mata lo!"

Ana mengindahkan umpatan Elisha, gadis itu menatap lembaran horor penuh angka-angka yang begitu menakutkan.

"Duh, Gusti. Ini soal matematika atau pembawa petaka, sih?" dumelnya lagi. Ia tidak yakin nilainya lebih dari 75 nantinya.

Pikirannya terlalu penuh dengan hasil-hasil diskusi mereka tentang hasil kelompok mereka yang akan mereka presentasikan sebagai ujian praktek diakhir semester.

Elisha memejamkan mata, menahan gejolak emosi yang akan meledak. Jika tidak, ia tidak yakin image tenangnya akan masih tersandang padanya.

"Insecure mulu kapan suksesnya, sih?" cibirnya menatap Ana dengan sinis. Ana menunduk merasa Elisha memarahinya walaupun dengan nada rendah.

"Nilai MTK bukan patokan buat sukses, Ana." Elisha menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis itu.

Ana menghela nafas dengan mata sayu, "Iya, aku tau. Cuma, aku mau nilai aku bakal baik, di kelas ini terlalu banyak saingan," ujarnya.

"Kata mama, selagi bisa berusaha, kenapa tidak?"

Elisha yang tidak ingin berbincang lebih lanjut langsung menatap lembarannya lalu menuliskan rumus dan mulai menghitung.

"Hm, sepertinya gue harus bertemu dengan mama lo lain kali"

Disisi lain, Netta yang duduk didepan berulang kali menggigit kukunya. Ditatapnya jam dinding, keringat dingin mulai mengalir saat tahu bahwa sisa waktu hanya 15 menit.

Dirinya kalut, soal ini begitu sulit. Ia cukup kesulitan jika harus menjawabnya dalam waktu satu menit setiap soalnya.

"Mama nggak mau tahu, kamu harus bisa mengalahkan nilai Elisha! Camkan itu, Netta Saputri!"

"Nilai 90 nggak ada apa-apanya bagi mama kalau masih ada yang lebih tinggi dari kamu, Netta!"

"Please ... please ... please"

Kerutan didahi, tubuh yang gemetaran, dan keringat dingin membuatnya terlihat begitu gugup. Ucapan-ucapan Sonya terdengar begitu menakutkan baginya.

Ia harus bisa menembus nilai 95 jika ingin selamat dari mamanya itu. Harus! Karena Sonya tidak menerima alasan sekecil apapun.

Baginya hal itu sudah tidak bisa ditolerir seakan-akan Netta sudah membuat seluruh dunia kecewa.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now