Beauty Psycho 26 : Cherophobia

1.6K 325 9
                                    

Elisha sudah bisa menduga apa yang akan terjadi. Apa memang yang bisa dilakukan di mayat hidup Yazen?

Pemuda itu terlalu pendek. Bukan, bukan badannya. Maksud Elisha ... pemikirannya yang pendek. 

Lihatlah bagaimana polosnya pemuda itu saat menatap obat yang ia berikan. Tuhan, berilah Elisha sedikit lagi kekaleman untuk menghadapi makhluk bodoh dihadapannya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, "Benar-benar tidak ada harapan," komentarnya lalu berdiri.

Melihat bagaimana bodohnya pemuda itu, Elisha seakan ingin mengurungkan niatnya untuk menolong pemuda itu.

Elisha memberikan obat itu hanya untuk pengalihan saja. Tapi lihat? Bodohnya Yazen malah seakan-akan tertarik dengan kristal kecil itu.

Njir-njir

"Mati aja, dah! Nggak guna!" Elisha memejamkan matanya. Duh, ia malah mengatakan sesuatu yang bisa membuat mental lemah Yazen menjadi down.

Bagi sebagian orang, disindir seperti ini menjadi momok menakutkan. Orang itu bisa saja tersadar dan kembali berpikiran jernih.

"Kalau ini ... bisa buat gue mati. Why not?"

Elisha tersenyum manis, ralat, tersenyum masam mendengar penuturan Yazen. Benar-benar tidak tertolong. Pemuda itu malah membuka bungkusnya.

Menghela nafas perlahan, Elisha kkembali tersenyum. Gadis itu merampas bungkus itu membuat kristal-kristal bening itu berceceran.

Yazen mendelik kesal, ia merasa Elisha sedang mempermainkan dirinya. Tatapan pemuda itu tajam, ia tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Elisha.

"Sebutkan satu alasan buat gue memberikan ini sama lo?" Elisha melirik bungkusan obat ilegal itu sebelum kembali menatap Yazen.

Yazen berdecak, "Kalau mati ya mati aja!" ujarnya kesal.

Elisha mengulum senyum, "Kalau mati ya mati aja!" katanya mengikuti kalimat Yazen. Pemuda itu kesal, ia bangkit dari duduknya.

Niat untuk mengakhiri hidup lenyab begitu saja. Seakan-akan moodnya hilang untuk melakukan bunuh diri. Harga diri Yazen tersayat, betapa malunya dirinya dipergoki gagal bunuh diri.

Elisha memang pembawa petaka. Tidak salah omongan-omongan orang diluar sana.

Setelah akalnya kembali, Yazen tersadar, mengapa gadis ini tiba-tiba muncul di rumahnya?

"Kenapa lo ada disini?" Ia menatap manik mata Elisha dengan tatapan menelisik.

Elisha tertawa anggun, ditutupnya mulutnya dengan tangan kanannya. Lucu sekali mendengar pertanyaan Yazen.

Gadis itu memasang ekspresi pura-pura berpikir membuat Yazen semakin geregetan, "Gue cuma mau lihat lo mati."

"Tapi gagal, anjir!" Yazen berteriak frustasi. Kalimat gadis itu lagi-lagi menyentil egonya.

Elisha tersenyum miring, "Jadi lo mau nyerah? Gagal satu kali itu nggak apa-apa kali, Yaz. Coba lagi."

"Coba lagi mata lo!" sentak Yazen tajam. Frustasi sekali melihat wajah tak berdosa Elisha. Gadis itu malah terkekeh geli.

"Apapun yang terjadi, menyerah merupakan opsi terbaik jika tidak mendapatkan apa yang lo mau." Elisha tiba-tiba berujar, ia tersenyum ramah membuat Yazen tertegun.

"Saat itu terjadi, lo hanya perlu ikuti takdir, bukan hasutan setan," ucapnya lagi.

Yazen menatap tajam gadis itu. Ia tidak suka dinasihati seperti ini. Ia merasa menjadi pengecut apalagi didepan seorang perempuan.

Beauty Psycho (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang