Beauty Psycho 52 : Apartemen Ana (2)

1K 212 5
                                    

Elisha melepaskan sepatunya sebelum mengganti dengan sendal jepit rumahan. Gadis itu menoleh kebelakang, menatap Sean yang masih melihat-lihat.

Elisha melirik rak sepatu lalu menatap Sean. "Ganti cepetan!"

Tanpa menunggu, Elisha langsung masuk lebih dalam dan melempar tasnya keatas sofa. Gadis itu menatap sekeliling sambil mengikat rambutnya.

"Ana!" panggilnya sambil duduk. Gadis itu lalu menatap Sean yang baru saja ikut duduk tak jauh darinya.

"Gue denger ini apartemen lo?" tanya Sean setelah melihat-lihat sekitar. Elisha mengangguk. "Daripada nggak dipakai mending Ana pakai," jawabnya mengiyakan.

Sean tersenyum tipis, sedikit tidak menyangka bahwa Elisha yang cuek dengan sekitar mau memberikan sebuah tempat tinggal secara cuma-cuma hanya untuk teman yang baru tiga bulan dikenal.

"Apa yang lo pikirkan diotak kecil lo itu?" Elisha tersenyum miring.

Sean menggeleng lemah. "Cuma kagum sama sifat lo yang bertolak belakang dari rumor," jawabnya sambil melonggarkan dasi.

Mendengar itu, Elisha mengulum senyum tanpa sadar. Gadis itu menatap kearah lain mencoba untuk tidak terpaku dengan kehadiran Sean yang berada di dekatnya.

"Lihat siapa yang datang," Suara lembut seseorang membuat atensi Elisha teralihkan kepada sosok wanita yang tampak begitu cantik sedang menatapnya dengan senyuman cerah.

Entah mengapa Elisha merasa tertegun melihat kehangatan yang terpancar dari wajah wanita itu. Tanpa bertanya pun, Elisha sudah tahu itu adalah mama Ana.

Siapa lagi coba wanita yang ada di rumah ini kalau bukan mamanya Ana?

"Ah, Bu Eka, ya?" tanya Elisha berbasa-basi mengingat wanita itu adalah ibu dari sahabatnya.

Eka, mama Ana tersenyum lembut, wanita itu tiba-tiba berlari kearah Elisha dan memeluknya membuat Elisha terhuyung dan kaget.

Hangat ...

Benar-benar nyaman.

Elisha tidak pernah mendapatkan pelukan senyaman dan sehangat ini. Tubuhnya bergetar dengan mata yang masih terbelalak.

Setelah itu, Elisha bisa merasakan bahu wanita ini bergetar dengan diiringi isakan kecil yang membuat Elisha merasa kikuk.

"Terima kasih!" Eka berulang-ulang mengucapkan terima kasih membuat Elisha tertegun. Tidak percaya dengan respon Eka setelah sedikit menolong Ana.

Sean yang melihat itu juga ikut tertegun, apalagi melihat wajah Elisha yang tampak tegang. Ia melirik Ana yang tersenyum lembut menatap kedua orang itu yang masih berpelukan.

Merasa sudah terlalu lama, Elisha mengurai pelukannya secara perlahan membuat Eka menatapnya merasa bersalah sekaligus malu.

Wanita itu langsung mengambil tisu basah dan menyapukannya pada bahu Elisha yang basah membuat gadis itu mundur karena perlakuannya.

"Cu-cukup, Anda tidak harus seperti itu," kata Elisha masih dengan ekspresi tegang.

Ia menatap wajah Eka yang menenangkan lalu menatap Ana. Benar-benar lembut seperti malaikat, tak heran Ana tumbuh menjadi gadis periang yang lembut.

Diam-diam Elisha tersenyum getir. Andai Erika memperlakukan dirinya sehangat Eka ini, pasti masa kecil Elisha akan menyenangkan.

Sayangnya, tidak ada gunanya menghayal.

"Kamu Elisha, 'kan? Ana sering bicara tentang kamu," tanya Eka dengan senyuman manisnya. Eka menyodorkan sepiring kecil dua iris kue bolu kukus membuat Elisha terdiam.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now