MPG 10 : Tertekan

2.3K 379 14
                                    

Tugas saya kembali selesai lebih cepat dari dugaan, oleh karena itu saya bisa up.

Happy Reading!

_

Elisha yang memang sedang tidak mood hanya berkata dengan datar, "Anti iri hati," jawabnya singkat.

"Tapi mengapa terdengar seakan-akan lo ingin mengambil milik orang lain?"

Suara seseorang membuat Elisha membeku selama beberapa detik. Mengambil milik orang lain? Entah mengapa, pertanyaan itu malah menyulut emosi dirinya yang selama ini pendam. Emosi kesal yang tidak pernah ia tunjukkan didepan orang.

Tanpa sadar tangannya terkepal erat hingga kuku-kukunya yang indah itu menusuk telapak tangannya yang mulai mendingin.

Elisha benci jika mendengar kata 'mengambil'. Maknanya hampir sama dengan merampas. Ia benci itu, ia sungguh tidak menyukainya.

Elisha tidak ingin disebut seperti itu. Jangan ada yang mengingatkannya dengan masa lalunya yang begitu menyedihkan.

Gadis itu masih memejamkan mata, ia menunduk membuat rambutnya yang terurai menutupi hampir seluruh wajahnya.

Ia harus tenang, Elisha tidak bisa menunjukkan segala macam emosi didepan sembarang orang. Dirinya tidak sebodoh itu untuk menunjukkan ekspresinya.

Tersenyum sinis, ia mendongak dan hampir terbelalak melihat siapa yang melontarkan kalimat hina itu. Dia ... pemuda itu. Mencoba untuk biasa-biasa saja, Elisha kembali tersenyum sinis.

"Main lo kurang jauh, bro. Mengapa lo menyimpulkan bahwa filosofi itu terdengar seperti merampas hak orang lain?"

Tak jauh berbeda dengan Elisha, pemuda yang berdiri didepan kelas itu juga terkejut. Ia menatap wajah Elisha menelisik.

Si gadis gila?

Merasa tersentil dengan omongan Elisha, pemuda itu berucap, "Selera humor yang buruk," cibirnya membuat Elisha berdecih.

Elisha menatap pemuda itu dari atas sampai bawah dengan pandangan meremehkan. "Bagai katak dalam tempurung."

Orang yang wawasannya tidak terlalu luas. Ia tidak tahu situasi lain, selain di sekitar tempatnya berada saja.

Ana mengernyitkan dahinya, Elisha mengatakan itu seakan-akan begitu mengenal pemuda yang terlihat mengepalkan tangannya itu. Ini aneh. Benar-benar membingungkan dirinya.

Pemuda itu, ia membalas ketus, "Apa maksud lo?"

Elisha menyunggingkan senyum miring, lagi, "Benar begitu Tuan Sean Pradipta? Homeschooling  membuat wawasan lo kurang. Katak dalam tempurung nggak akan bisa melihat Kura-kura dalam perahu."

Suasana yang memanas membuat para siswa ribut. Mereka mempertanyakan apa yang terjadi. Ana, Netta, dan Bu Vidya tidak kalah terkejut.

"Bagai tanduk diberkas. Sukar bersatu karena berbeda paham dan pandangan," gumam Netta sambil menatap kedua orang itu.

Pemuda itu, Sean ... masih semakin mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras. Memang benar, ia tidak tau banyak tentang dunia luar. Tapi, ia tidak pernah diremehkan seperti ini.

Hari ini perdana dirinya berdiri didepan orang tanpa masker yang melekat diwajahnya. Dan dihari itu juga ia dipermalukan oleh seorang gadis dihadapannya ini.

"Kamu dapat ketimun pahit? Ya buang saja. Ada semak berduri di jalan setapak yang kamu lalui? Ya berputar saja. Itu saja yang kamu perlu tahu. Jangan menuntut penjelasan, 'Kenapa ada hal tidak menyenangkan ini?' Mereka yang mengerti sesungguhnya hidup seperti apa akan menertawakanmu. Marcus Aurelius, hal. 136"

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now