Beauty Psycho 56 : Menyelinap Masuk

1.2K 226 4
                                    

Seharian Elisha memikirkan apa yang dikatakan Sean sampai ia malas sendiri untuk pergi ke sekolah. Ada perasaan sakit tersendiri yang membuatnya tidak bisa menatap Sean dengan benar.

Toh, bolos sehari pun tidak apa-apa.

Suara deringan ponsel membuat Elisha berkali-kali melirik nakas. Sedari tadi ia hanya membiarkan ponsel itu bergetar diatas nakas.

Menghela nafas lelah, ia mengambil ponsel itu dan membaca pesan satu persatu.

Netta Saputri

Sha, lo nggak sekolah kenapa? Juga ini kita lagi gambar mural. Kok nggak ikut?

Sonia Soraya

Hei, hei, lo gue bolosin tadi, hehe. Engga kok, gue canda doang. Jan lupa traktiran untuk jasa gue ini, ya? Itung-itung berbuat baik sama sekretaris.

Anastasia Biana

Sha, kamu sakit? Mau aku buatin sop? Atau kamu mau makan sesuatu, biar aku bikinin? Kamu nggak apa-apa, 'kan?

Elisha tersenyum tipis, sedikit tidak menyangka bahwa ada yang mencari dirinya saat sedang terpuruk seperti ini. Dulu, ia hanya sendiri, sekarang ia bisa merasakan bagaimana hangatnya pertemanan.

Walau .. tidak bisa ia pungkiri, Elisha sedikit merasa kecewa karena tidak ada satupun pesan dari Sean. Mungkin terlihat aneh, dan Elisha tahu ini pasti sangat cocok untuk dijadikan bercanda, tapi itulah sebenarnya.

Elisha merasa khawatir

Ia tidak pernah menyangka akan menyukai Sean seperti ini.

Sungguh tidak ada terlintas dibenaknya seperti ini. Perasaan ini juga sangat klise, rasa suka yang terlahir dari perasaan penyesalan.

Entah itu akhirnya akan bagus atau tidak, sekarang pun Elisha merasa kebingungan.

Suara ketukan pintu membuat Elisha menoleh dan berdehem kencang, menginterupsi seseorang dibalik pintu untuk masuk.

"Nona?" Suara Don terdengar, Elisha berdehem sebagai respon.

"Anda baik-baik saja?" tanya lelaki itu. Elisha duduk sambil mencengkram erat selimutnya, "begitulah," jawabnya tanpa minat.

Don menghela nafas. "Sepertinya Anda terlihat tidak bersemangat."

Pake tanya lagi. Untuk hari ini Elisha lagi malas untuk berdebat dan membuang-buang air liur.

Elisha menoleh sembari tersenyum tipis membuat Don tertegun sejenak sebelum menormalkan kembali ekspresinya.

"Semuanya membuat gue mati," cicit gadis itu. Don mengernyitkan dahi kaget, "Apa maksud Anda?"

Dengerin aja napa sih, pakai acara tanya lagi. Untung Elisha sedang tidak mood untuk mencela lelaki itu. Sebagai gantinya, ia mengatakan apa yang sedang ia rasakan.

Menggeleng singkat, Elisha menjawab, "Tidak, hanya saja, gue merasa takut akan sesuatu."

Semua hal membuat pikiran Elisha tidak bisa berhenti berpikir. Dari semua hal itulah, Elisha yakin, ia akan mati muda karena stres berlebihan.

"Apa yang membuat Anda takut?" Don baru pertama kali melihat nonanya ini mengeluh akan sesuatu. Tidak seperti biasanya.

"Hanya permainan takdir, cinta, dan pengkhianatan." Elisha bangkit dari kasur. Masih dengan pakaian tidur terusan, gadis itu berjalan menuju sofa dan menyuruh Don untuk mendekatinya.

Sepertinya Don harus membawa nonanya ini ke dokter. Aneh saja, tiba-tiba Nona anjing ini malah melantur tetapi terdengar seperti berbasa-basi bagi Don.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now