Beauty Psycho 49 : Elisha Pemicu Keretakan Alexander

1.2K 215 5
                                    

Sudut bibir Nathan berkedut. "Kalau begitu, kamu mengenal Sean?"

Sudah Elisha duga, pembahasan ini akan terjadi, tetapi ia tidak mengira akan secepat ini. Elisha tahu betul, Nathan tidak berniat membicarakan hal ini mengingat paman-pamannya masih ada disini.

Nathan mungkin kesal dengan tingkah Elisha yang sok sibuk. Itu sebabnya ia ingin bermain-main dengan Elisha.

Tapi, Elisha tidak sebodoh itu untuk menjawabnya. Elisha harus memikirkan kata-kata yang keluar dari bibirnya matang-matang.

Paman kedua dan bungsu beserta istri dan anak masing-masing hanya bisa terdiam, tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Nathan.

Sepertinya hanya Mira yang mencoba untuk tidak tersenyum kemenangan, sedangkan Edison dan Erika hanya makan dengan wajah datar.

Melihat wajah cucunya yang terlihat pucat, Nathan tidak bisa menyembunyikan senyuman sinis dan Elisha tahu itu.

"Dia adalah mangsa yang terlepas, bukan? Bukankah kamu mendekatinya karena ingin menghabisi anak itu?"

Pertanyaan Nathan yang selanjutnya rasanya mampu membuat Elisha ingin melemparkan botol wine dihadapannya jika tidak mengingat bahwa ia harus bertingkah laku baik.

Bukannya berhenti, Nathan malah semakin memperjelas pertanyaannya membuat pamannya yang tidak tahu apa-apa menjadi penasaran.

Elisha sama sekali tidak melirik Nathan, ia hanya tersenyum miring kecil sebelum memulai makannya. "Sebegitu kentara, ya?" tanyanya, mencoba membenarkan saja.

"Jadi, ... benar?" celetuk nenek tua bernama Mira itu. Elisha tersenyum.

"Sebagaimana kalian menyimpulkan saja," jawabnya tanpa minat. Nyatanya, ia tidak ingin pembicaraan tentang Sean semakin melebar. Untuk saat ini, ia hanya bisa menahan gejolak yang ada didiri Elisha.

"Sebenarnya ... apa yang kalian semua inginkan?" tanya Elisha, bingung dengan pembicaraan yang semakin membuatnya panas.

Apa dirinya terlihat seperti itu?

Mendekati Sean untuk keuntungannya sendiri?

Walaupun tidak sepenuhnya salah, tentu saja juga tidak benar.

Nathan terkekeh kecil. "Elisha memang selalu tahu situasi dan keadaan." Entah itu benar-benar pujian atau bukan, Elisha tidak ingin berpikir lebih lanjut.

Elisha tersenyum sinis, tidak bisa menutupi kekesalannya karena hal sepele seperti ini. Bersikap hormat pada mereka tidak ada gunanya, Elisha hanya akan semakin dipermainkan.

"Bukankah seharusnya Anda tidak memiliki waktu untuk bergurau dengan saya?" Elisha memperhalus sindiran ini. Baru saja beberapa menit berada di kediaman utama, ia sudah sakit kepala dibuatnya.

Nathan memiringkan kepalanya, faktanya melihat cucu ularnya ini sedang frustasi dibalik wajah tenangnya sangat menyenangkan.

"Sepertinya pewaris kita ini sedang sibuk. Bisa sebutkan apa saja yang membuatmu terburu-buru, cucuku?" tanya Nathan sambil menekankan kata 'cucuku'

Elisha terkekeh tidak percaya dengan apa yang ia dengar, lalu gadis itu menoleh menatap sang kakek. "Kita tidak sedekat itu hingga Anda harus tahu kesibukan saya," jawab Elisha sarkas.

Tidak ada yang memakan makanan masing-masing dengan tenang. Mereka hanya memotong-motong daging itu hingga hancur dan pura-pura mengunyah.

"Kalau Anda berminat untuk mengetahuinya, kesibukan saya adalah bersantai di rumah." Elisha mengulum senyum saat melihat wajah Nathan menjadi muram.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now