Beauty Psycho 48 : Undangan

1.2K 217 6
                                    

Alkisah di sebuah kerajaan, ada seorang raja yang sangat berkuasa. Ia adalah raja yang tamak juga kikir, ia selalu mementingkan dirinya sendiri daripada rakyat.

Sang raja memiliki seorang ratu dan banyak selir. Sang raja adalah seseorang yang suka bermain wanita, ia merayu siapa saja tak terkecuali pelayan untuk menghangatkan ranjangnya.

Cukup tabu mengingat itu hal biasa dikalangan kerajaan, bangsawan, dan rakyat jelata pada saat itu.

Banyak yang menganggap itu anugerah karena bisa memiliki satu malam dengan raja, tetapi banyak juga yang membenci dirinya sendiri karena sudah merasa kotor.

Raja memiliki banyak gundik. Ia memiliki banyak putra dan putri hasil dari wanita-wanita yang pernah menghangatkan ranjangnya.

Kekuasaan membuatnya bertindak sesukanya. Ia tidak pernah benar-benar memikirkan rakyat yang bekerja untuknya.

Anak-anaknya mulai tumbuh dewasa dan mulai berpikir untuk kehidupan mereka masing-masing. Dari semua pangeran, hanya satu saja yang akan menjadi raja, yaitu anak ratu.

Itu cukup tidak adil mengingat raja memiliki banyak anak. Apalagi fraksi putra mahkota sangatlah besar karena ia calon raja, serta keluarga ratu selalu berdiri dibelakangnya untuk mendukung pergerakannya.

Namun, bagaimana dengan mereka para anak selir, gundik, dan pelayan? Atau mereka pangeran dan putri yang beruntung memiliki separuh darah kerajaan?

Jika putra mahkota naik tahta, mereka semua bisa saja tamat. Hubungan persaudaraan mereka sangatlah buruk. Tidak ada pilihan selain berdiri dibelakang putra mahkota ... atau mengkhianati putra mahkota.

Perebutan kekuasaan dan tahta bisa terjadi karena ini. Mereka bisa saling bunuh untuk mendapatkan kursi nomor satu di kerajaan.

Pertumpahan sudah menjadi hal yang biasa. Kematian pangeran dan putri berpangkat rendah hanyalah masalah kecil saja. Itu memang takdir karena tidak memiliki kekuasaan.

Sangat disayangkan. Mungkin saat mereka masih anak-anak, mereka akan bermain dengan riang layaknya anjing kecil. Namun, saat sudah dewasa, merekapun bisa lebih buas dari Singa sekalipun.

Kekuatan dan kekuasaanlah yang diperlukan untuk hidup di dunia yang semakin kejam saja.

Hanya yang kuat yang bertahan, yang lemah sudah bisa tertebak ...

dikhianati, dijebak, terbunuh, dan namanya tidak akan terdengar lagi.

***

"Selamat datang lagi, kak Erick," sambut Elisha dengan sinis. Tidak habis pikir dengan apa yang ia lihat ini.

Pemuda yang disapa 'Erick' itu hanya bisa menghela nafas, sambil menatap sendu adik perempuannya itu. Wajah adik perempuannya yang terlihat jelas bahwa ia tidak dinginkan berada di sini.

"Erick, lo tahu apa yang terjadi jika para tetua Alexander tahu kalau lo anak dari Mr. Edison, hah!?" Elisha sudah tidak bisa untuk menahan kesalnya.

Elisha tidak pernah mengharapkan kehadiran Erick seperti ini. Ini adalah situasi yang harus dihindari.

"Gue tahu." Erick tersenyum kecil, menatap adik kecilnya yang sudah beranjak dewasa. Waktu itu, terakhir mereka bertemu saat Elisha kabur dari rumah.

Elisha menghela nafas gusar. "Istana kelihatan bagus dari luar, Erick. Tapi, saat lo sudah menginjakkan kaki disana, yang lo lihat adalah intrik, kelicikan, darah, dan perebutan kekuasaan."

Elisha mengingatkan, bahwa kembali ke Indonesia adalah pilihan yang buruk. Itu sama saja cari mati. Elisha berharap Erick tidak mengambil jalan yang salah.

Beauty Psycho (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora