Beauty Psycho 97 : Menyelesaikan Segalanya

1.3K 261 23
                                    

Surat panggilan sialan itu membuat Elisha harus berhadapan dengan penyidik.

"Pada malam pembunuhan terjadi, Anda berada di mana?"

Elisha tahu betul kalau polisi ini sudah mengetahui jawaban atas pertanyaannya. Tapi, dia ingin menanyakan langsung kepada Elisha.

"Saya ada di tempat kejadian perkara, yaitu kediaman saudara saya, Edison. Tapi, saat itu saya sedang dikurung di gudang. Seperti yang kalian tahu, saya mengalami tindak kekerasan sejak kecil," jawab Elisha berusaha tenang.

"Kami telah menemukan rekaman CCTV kejadian itu di ruang kerja Anda. Bagaimana Anda bisa menjelaskannya?" Polisi itu tersenyum kecil, sambil terus mengamati pergerakan Elisha.

"Saya menemukannya satu minggu sebelumnya. Kalian bisa mengeceknya secara langsung, saya mendapatkan barang-barang bukti dari brankas kediaman Pradipta."

Polisi terus menggali lebih dalam. Beberapa pertanyaan diajukan dan Elisha mencoba setenang mungkin untuk menjawabnya.

"Tuan Edison mengatakan bahwa Anda melenyapkan ayah Anda sendiri."

Elisha memaksakan senyum. Gadis itu bertanya dengan alis terangkat. "Atas dasar apa Bapak berkata demikian?"

Polisi itu tersenyum. "Kami bahkan menemukan rekaman CCTV terkait itu."

Elisha tertawa dengan anggun. Gadis itu mencengkram erat rok yang ia kenakan. Tanpa bisa dielak, ia merasa kesal sekaligus takut. Polisi ini membuat ia tidak bisa bernafas dengan lega.

Sedetik kemudian, Elisha mendengus. "Kalian melakukan penggeledahan di rumah saya tanpa surat izin penggeledahan? Kalian melanggar Pasal 33 ayat (1) Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana!"

Sial! Elisha benar-benar kesal kepada dirinya sendiri sekarang. Elisha tidak boleh terlibat hal seperti ini sebelum dirinya bisa menghancurkan keluarga Alexander lebih dalam.

Elisha semakin kesal saat polisi itu menjawab, "Dalam keadaan mendesak, penyidik dapat melakukan penggeledahan tanpa surat izin dari ketua pengadilan negri setempat."

"Anda pikir saya tersangka yang akan melarikan diri? Atau saya akan memusnahkan bukti?" tanya Elisha sinis.

Untungnya, tidak ada perintah penangkapan. Untuk saat ini, Elisha bisa bernafas dengan tenang. Elisha akan menggali lebih dalam tentang apa yang akan ia perbuat.




***







"Gimana?" Elisha baru saja mendudukkan bokongnya pada sofa hingga Sean datang sambil membawa segelas air mineral.

"Nggak baik-baik amat. Gue kira gue akan ditahan selama 24 jam. Gue yakin pergerakan gue dibatasi karena ini." Elisha mendesah lelah.

Sean menghela nafas lalu duduk tak jauh dari Elisha. "Tenangkan diri lo."

Elisha meminum air mineral yang Sean bawa hingga tandas. Setelah ini, Elisha harus kembali bekerja ekstra keras untuk menyelesaikan segalanya dengan baik.

"Gue lagi pusing karena posisi direktur utama perusahaan yang kosong. Lo pikir gue bisa melakukan pekerjaan berat kayak gitu?" kata gadis itu sambil memijit pelipisnya.

"Lo memang pintar, tetapi bukan berarti lo pintar di segala bidang. Jadi, menurut gue, ada baiknya lo memberi hak ini kepada orang yang lebih dapat dipercaya dan diandalkan."

Elisha tipikal gadis pemalas. Ketimbang membaca tumpukan berkas dokumen, Sean yakin Elisha lebih cocok menghabiskan waktunya sebagai Nyonya rumah.

Pekerjaan seperti itu tidaklah cocok untuk Elisha.

Beauty Psycho (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang