Bagian Empatpuluh Lima

285 64 10
                                    

Sesuai apa yang aku bilang di papan pesan, senin aku bakal update. So, here we go.
Happy reading

• • •

"Kau tidak merindukan diriku dan Alice?"

"Bangunlah, kumohon."

"Bangunlah Naeun, katakan kepada dokter-dokter disini kalau kau masih hidup."

"Ayo Naeun buku matamu secepatnya. Apakah kurang delapan bulan kau tertidur? aku dan Alice sudah sangat merindukanmu, katanya kau ingin mengantar Alice jika anak itu sudah sekolah, maka cepat bangun, Alice juga merindukan Mommy-nya."

"Kwan Naeun, ayo bangun, kau melewatkan banyak hal. Apakah kau tidak rindu dengan pria tampan yang pernah kau jambak saat di supermarket? aku tau kau kuat, bangunlah, Jung Jaehyun selalu ada disini hingga kau membuka matamu."

Mata wanita itu dengan perlahan terbuka, jari tangannya ia gerakan pelan-pelan sebelum akhirnya menahan nafasnya karena rasa sakit yang ia rasakan di seluruh badannya.

Wanita yang delapan bulan tidak terbangun hingga di juluki sleeping beauty kedua itu mengedarkan pandangannya dengan tubuh yang masih terbaring lemas. Menatap atap putih diatasnya, menatap masker oksigen yang terpasang di wajahnya dan alat-alat yang entah namanya apa disekitar ranjangnya.

Rumah Sakit?, ujarnya dalam hati.

Matanya kembali terpejam, mencoba mengingat apa yang sudah terjadi dan hari dimana kejadian mengerikan baginya terlintas begitu saja. Membuatnya mengingat kedua orang tuanya dan tersenyum kecil.

Wanita itu mencoba untuk mendudukan dirinya, walaupun kepalanya masih sedikit pusing serta tubuh yang terasa remuk, tapi ia memaksakan untuk duduk.

"Ahhss."

Ringisnya karena sakit, bahkan matanya ikut terpejam ketika rasa sakit yang amat sakit itu terasa. Seberapa parah kondisinya hingga mencoba duduk saja seperti ini?

Matanya ia buka sedikit, dan mata itu melihat tombol dengan beberapa gambar yang langsung ia tekan okeh jarinya.

"Huh.." Leganya karena brangkas itu sudah berubah menjadi sedikit duduk namun tubuhnya masih bisa terbaring.

Kau mengerti maksudnya.

"Kosong?" Ujarnya parau dengan suara yang amat serak.

"Sudah berapa lama aku tidak minum?"

Jika ada seseorang disana, pasti mereka sangat terkejut akan suara yang wanita itu lontarkan. Pasalnya, suara itu benar-benar berbeda, sangat lemas, serak, dan begitu parau. Bukan seperti suara Naeun yang normal.

Matanya kini sudah menyusuri kamar yang ia tempati. Cukup besar, disana juga terdapat sofa, televisi dan telepon. Dan saat matanya sedang menyusuri ruangan itu, itensinya terhebti pada kertas undangan berwarna putih yang terdapat pada meja disamping brangkasnya.

Tangannya terulur untuk mengambil kertas undangan yang mengambil itensinya karena sangat indah dimata wanita itu. Dengan baju besar ala rumah sakit, yaitu berwarna biru muda ia menaruh undangan itu di atas pahanya.

Sebelum benar-benar membaca surat undangan itu, Naeun memutuskan untuk membuka alat pernapasannya karena cukup membuatnya sedikit risih.

Monodrama ✔️Where stories live. Discover now