Bagian Duapuluh Enam

456 89 7
                                    

Naeun tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Yeji. Acara keluarga Baekhyun sudah selesai dan itu memakan waktu tiga jam lamanya. Ahh, iya. Setelah bebicara sebentar dengan Ibu Baekhyun—Byun Woyeon, suasana hati Naeun sedikit berubah. Pikiran wanita itu juga kalut hingga kurang fokus saat diajak bermain dengan Yeji.

Naeun membalikan tubuhnya, dan yang pertama ia dapati adalah Baekhyun yang sedang bersender pada mobilnya.

"Bagaimana?"

"Apa?"

"Bagaimana pestanya? Apakah kau menikmatinya?"

Naeun berjalan pelan kearah pintu mobil Baekhyun, "Tidak juga."

"Mengapa memangnya? Ada masalah?"

Naeun mendorong pelan bahu Baekhyun agar lelaki itu berggeser pada pintu mobil yang akan ia buka, "Bukan urusamu."

Setelah mengatakan itu Naeun langsung membuka pintu mobil Baekhyun, memasukan tubuhnya kedalam sana dan menutupnya. Meninggalkan Baekhyun diluar sana yang terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya akibat cara bicara Naeun padanya yang ketus.

Lelaki itu melangkahkan kakinya untuk memutar mobilnya, namun saat ingin membuka pintu mobilnya, Baekhyun mendengar suara yang tak asing memanggil namanya.

"Baekhyun"

Baekhyun yang dipanggil pun menoleh. Tersenyum kecil sebelum akhirnya berjalan mendekat pada seorang wanita tua yang tersenyum padanya.

"Ada apa Eomma?"

Byun Woyeon mendekatkan dirinya pada Baekhyun, matanya tak putus dari anak lelaki semata wayangnya itu. Tangan Woyeon menghelus bahu Baekhyun dan wajah anak lelakinya itu.

"Ibu merindukanmu." Ucapnya tersenyum sebelum akhirnya memeluk tubuh besar Baekhyun.

Baekhyun yang mendapati pelukan dari Ibunya mau tak mau membalas pelukan itu. Ia menghelus dan menepuk pelan pundak Ibunya yang lebih pendek darinya.

"Baekhyun juga merindukan Eomma." Balas Baekhyun dengan wajah datarnya.

Jika kalian bertanya apakah Baekhyun benar-benar merindukan Ibunya, maka jawabannya adalah iya. Tapi, bukan Ibu yang sekarang. Maksudnya, Baekhyun merindukan Ibunya yang dulu saat sang ayah masih berada di dunia. Bukan yang sekarang, karna Woyeon sangatlah berbeda.

"Hari ini kau sangat tampan," Woeyon melepaskan pelukannya pada Baekhyun dan sekarang tangan wanita itu menghelus sisi pipi anaknya.

"Terimakasih, Ibu juga sangat cantik."

Dan Naeun, wanita itu diam didalam mobilnya. Bertanya dengan apa dirinya sendiri apakah pemikirannya benar. Matanya sedari tadi tak putus dari Baekhyun dan Woyeon yang sedang berbincang atau berpelukan di luar sana.

Naeun mengedipkan matanya, mengambil ponsel di dalam tas kecilnya dan mencari sesuatu. Jari lentiknya mendarat sempurna untuk menekan salah satu folder, yang menampilkan foto ayah dan ibunya yang sedang berpegangan tangan.

Matanya terfokus pada foto sang Ayah yang menggenakan gelang biru tua biasa yang sama persis dengan gelang yang di pakai oleh Byun Woyeon. Tangannya memijat pangkal hidungnya sebelum akhirnya kembali melihat Ibu dan anak yang kembali berpelukan di luar sana.

"Apakah ini bersangkutan dengan kematian Ibu dan Ayah?"

***

Mobil Baekhyun berhenti didepan tempat penginapan Naeun. Sama seperti saat pergi, diperjalana keduanya sama-sama membisu dan diam. Baekhyun yang sibuk mengendara dengan jantung tak karuan, serta Naeun yang terdiam dengan menatap jalanan di samping jendela dengan pikiran yang melayang.

Monodrama ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang