59. Melanjutkan Hidup

3.9K 244 87
                                    

Disarankan untuk mendengarkan lagu ini.
Ayumi Ara —Seandainya—

*

*

*

Dua tahun kemudian....

Senja menyalakan sebuah lilin yang ada dihadapannya. Dan tak lupa juga ada kue ulang tahun. Kalian mau tau siapa yang ulang tahun sekarang? Tepat hari ini adalah hari ulang tahun Langit. Lelaki yang Senja sayang dan rindukan. Sudah dua tahun ia mencoba untuk bisa melupakan kekasihnya itu. Tapi tetap saja semua kenangan masih melekat indah di hatinya dan tidak mau pergi.

Senja menarik nafas dan membuangnya perlahan. "Tepat hari ini kamu berulang tahun Lang. Aku cuma mau ngucapin selamat ulang tahun buat kamu. Orang yang aku sayangi dan rindu akan kehadirannya. Selama dua tahun ini aku selalu berharap bahwa kamu akan kembali sama aku. Tapi ternyata enggak. Kamu benar-benar ninggalin aku sendirian. Tapi hati kecilku mengatakan kalau kamu belum ninggalin aku. Kamu masih ada disisi aku," ujar Senja terisak.

Senja sedang berada di ruangan khusus dirumah Langit. Semenjak kepergian Langit, Senja selalu pergi ke tempat ini. Ayahnya Langit pun sudah mengetahui tentang ruangan ini dan menyetujuinya. Kadang Senja juga makan disini bersama ayah Langit. Karena Pak Dirga memintanya sebagai tanda maaf karena sudah melarang hubungan mereka waktu itu. Pak Dirga sudah menganggap Senja sebagai anaknya sendiri. Dia menganggap bahwa Senja adalah pengganti Langit.

"Ini bolu cokelat kesukaan kamu. Aku khusus buatin untuk kamu Lang. Aku selalu minta sama Tuhan supaya kamu kembali lagi sama aku. Aku rindu kamu Lang. Rinduuuu banget." Senja menghapus air matanya.

"Oke. Aku gak boleh nangis lagi. Ini hari bahagia buat kamu kan? Sekarang aku akan rayain hari lahirnya kamu."

Senja tersenyum lalu menatap kue ulang tahun berwarna cokelat itu dan mulai bernyanyi. "Selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun Layang. Selamat ulang tahun." Senja mencoba air matanya supaya tidak jatuh kembali karena ia tidak mau Langit sedih melihat Senja menangis di hari ulang tahunnya.

"Sekarang aku potong kuenya ya," ujar Senja berbicara sendiri.

Senja mengambil pisau dan mulai memotong kuenya. "Suapan pertama untuk papa yang aku sayang," ujar Senja lalu menyuapkan kue itu ke mulutnya seakan-akan itu dari Langit untuk ayah Langit. "Suapan kedua untuk orang yang paling aku sayangi dan cintai." Senja menyuapkan kuenya itu ke mulutnya sambil membayangkan bahwa Langit lah yang menyuapinya.

"Kalau kamu ada disini. Pasti bakal ngomong kayak gitu kan Lang? Aku yakin banget." Senja tersenyum miris. "Sekarang aku ngerti, kenapa kamu sering banget ngomong suatu hal yang seakan-akan kamu akan pergi jauh. Aku marah sama kamu Lang. Kalau aja kamu beri tahu aku yang sebenarnya, mungkin aku akan support kamu dari awal dan yakinin bahwa kamu pasti sembuh." Senja menghapus air matanya yang berhasil (lagi) keluar.

"Semoga kamu tenang disana dan selamat ulang tahun pangeranku,"

Senja kemudian teringat sesuatu yang pernah dikatakan oleh Langit diruangan ini.

"Ja gue cuma mau bilang. Kalau lo lagi rindu sama gue atau lagi sedih. Lo bisa langsung masuk ke ruangan ini dan mainin gitar ini sambil nyanyi lalu ucapin mantra yang gue kasih tau waktu itu. Lo masih inget gak?"

"Masih dong. Aku sayang Langit. Aku cinta Langit. Aku rindu Langit dan aku ingin Langit,"

"Lalu lo tatap jendela itu." Langit menunjuk jendela yang berada disebelah kanan lalu Senja mengikuti arah telunjuk Langit. "Kalau malam hari, lo tatap bintang-bintang yang indah di luar sana. Dan kalau ada bintang jatuh. Lo bisa langsung buat permintaan kalau lo hanya mau gue berada di sisi lo,"

Senja menghapus air matanya. Ia akan melakukan hal yang disuruh oleh Langit. Perempuan itu mengambil gitar dan duduk ditempat yang waktu itu Langit duduki.

"Aku gak bisa main gitar Lang. Aku mau kamu yang ajarin aku sekarang. Tapi itu mustahil kan? Mana mungkin kamu ada disini nemuin aku?" gumam Senja miris.

Perempuan itu kemudian menatap jendela yang berada di depannya. Kebetulan ini malam hari. Kadang-kadang Senja selalu menginap disini bersama Hanum dan Icha. Tetapi sekarang Senja hanya ingin sendiri dan merasakan kehadiran Langit disisinya. Ia tau Langit pasti sedang berada di sini.

Senja menatap bintang dan bulan yang terlihat di jendelanya sambil tersenyum miris.

"Gue selalu ingin menjadi bulan yang selalu menjadi pusat perhatian,"

Kata-kata itu terngiang kembali di telinga Senja. Satu tetes air mata keluar. Sudah dua tahun, tapi kenangan ini masih melekat dihatinya.

Selamat ulang tahun Lang. Aku akan selalu sayang sama kamu, batin Senja.

Sekarang Senja mencoba untuk tetap tegar meskipun kenangan-kenangan bersama Langit belum bisa ia lupakan. Ia harus melanjutkan hidup.

Senja mengambil foto Langit yang ada disebelahnya. Menatapnya dengan tatapan rindu.

"Oh ya Lang. Aku mau minta pendapat sama kamu," ujar Senja sambil menatap foto Langit.

"Ada laki-laki yang ngelamar aku. Selama ini dia baik dan selalu support aku kalau aku sedih. Apa yang harus aku lakuin Lang? Terima atau enggak? Aku bingung banget," ujar Senja parau.

"Apapun keputusan aku nanti, semoga yang terbaik ya Lang," ujar Senja sambil terisak.

******

"Will you marry me?" tanya seseorang pada Senja sambil menunjukkan sebuah kotak cincin.

Senja hanya terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Di satu sisi ia masih belum melupakan Langit. Di sisi lain ia juga harus melanjutkan hidup dan menemukan orang yang akan selalu mendukungnya.

"Gue tau, lo pasti belum bisa lupain Langit atau mungkin gak akan pernah bisa lupain dia. Tapi lo juga harus lanjutin hidup Ja! Apa lo gak akan terima gue lagi? Gue janji akan selalu jagain lo dan selalu sayang sama lo. Memang gue gak akan pernah bisa kayak Langit. Tapi gue akan berusaha Ja!" tutur lelaki itu.

"Tapi Gas—"

"Gue udah tau jawaban lo! Pasti lo nolak gue lagi, tapi gak papa gue akan selalu nunggu lo kok," ujar Bagas sambil tersenyum miris.

Bagas menutup kotak cincin nya. Hendak saja Bagas ingin berbalik tetapi Senja menahannya.

"Tunggu Gas." Senja memegang lengan Bagas. "A–aku mau kok terima lamaran kamu. Dengan catatan, kamu gak akan buat aku sedih," jawab Senja membuat Bagas tersenyum senang.

"Beneran Ja?" tanya Bagas dengan mata berbinar.

Senja mengangguk. "Iya Gas,"

Mendengar itu Bagas langsung tersenyum riang. Penantian yang lama kini membuahkan hasil yang diinginkan. Pujaan hatinya kini telah membalas cintanya. Meskipun Bagas tau kalau cintanya terbagi dengan Langit —orang yang belum bisa dilupakan oleh Senja—

"Thank you Ja." Senja langsung mengangguk.

Semoga keputusan yang aku ambil ini yang terbaik, batin Senja.

*****


Gimana sama part ini???


Setuju gak kalau Senja sama Bagas??

Atau Langit nya mau di hidupin lagi??wkwkwk.

Next?????

Langit & Senja [Sudah Terbit]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ