36. Ruangan Khusus

3K 224 42
                                    

Sekarang Senja sedang berada di rumah Langit. Pulang sekolah tadi Langit langsung mengajak Senja untuk pergi ke rumahnya. Tetapi Senja sudah izin kepada kedua orang tuanya bahwa ia akan telat pulang dan orang tuanya pun setuju karena mereka juga begitu percaya pada Langit.

Dirumah ini hanya ada Langit, Senja, Bi Yemi dan anaknya. Seperti biasa ayah Langit pasti sedang bekerja.

"Kita mau kemana Lang?" tanya Senja pada Langit ketika mereka melewati lorong rumah Langit.

Senja mengedarkan pandangannya ke sekitar. Terdapat lukisan-lukisan alam di dinding dan juga vas bunga yang berjejer rapih. Kemudian pandangan Senja tertuju pada sebuah pintu yang berada di depannya.

"Ini ruangan apa Lang?" tanya Senja ketika Langit sedang membuka pintu dengan kunci yang sedang ia pegang.

"Nanti juga lo bakal tau," jawab Langit, santai.

Senja mengangguk-angguk tanda mengerti dan tidak mau bertanya-tanya lagi pada Langit. Iya cukup mengikutinya saja.

"Ayo masuk," perintah Langit yang langsung diangguki mantap oleh Senja.

Langit memutar kenop pintu dan langsung membukanya. Langit masuk ke dalam ruangan itu diikuti oleh Senja. Ruangan ini sangat gelap sekali. Langit menekan tombol kontak. Dan alhasil, lampu pun menyala.

Mata Senja berbinar ketika melihat sesuatu di hadapannya. Ruangan yang cukup besar dengan cat berwarna putih yang di polesi dengan cat hitam. Dihadapan Senja terdapat sekumpulan alat-alat musik yang terdiri dari beberapa gitar, drum, dan lain-lain. Yang Senja suka adalah terdapat rak buku yang tinggi berisi sebuah novel-novel.

"Ini ruangan apa Lang?" tanya Senja dengan mata berbinar ketika mulai masuk ke ruangan itu.

"Ini ruangan milik gue dan lo," jawab Langit santai.

Senja mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"

Langit memegang pundak Senja dan mereka saling berhadapan. "Ruangan ini khusus gue buat untuk kita berdua. Gue suka musik, makanya disini banyak alat musik. Dan lo suka baca novel, makanya disini ada buku-buku novel," ujar Langit sambil tersenyum.

Senja masih menatap Langit tidak percaya. Sekarang kebahagiaannya terpenuhi yaitu ingin ada rak buku khusus novel. Dan Langit berhasil mengabulkannya. Ia benar-benar beruntung bisa bersama Langit.

"Ini beneran?" tanya Senja memastikan.

"Iyalah, masa gue bohong sama pacar sendiri," jawab Langit lalu melepaskan tangannya di pundak Senja dan langsung berjalan ke arah gitar yang tergeletak di kursi.

Langit duduk di kursi dengan tangan memegang gitar diikuti Senja yang ikut duduk di sebelahnya.

"Kok lo gak langsung baca buku Ja?" tanya Langit.

"Nanti aja. Sekarang aku cuma mau sama kamu. Kalau sekarang aku baca buku maka aku akan fokus sama buku bukannya sama kamu," jawab Senja sambil tersenyum

Sekarang Senja hanya ingin menghabiskan waktu bersama Langit. Toh dia juga bisa membaca buku di rumah kan.

Langit manggut-manggut lalu pandangannya beralih pada gitar ditangannya lalu mulai memetik senar gitar.

"Ayo Lang nyanyi," suruh Senja pada Langit.

"Gak mau," tolak Langit.

"Kenapa?" beo Senja.

"Gue takut setelah gue nyanyi, lo malah tambah suka sama gue," jawab Langit ngasal dan penuh percaya diri.

"Harusnya kamu seneng dong. Aku lebih suka sama kamu," ucap Senja pada Langit.

Langit & Senja [Sudah Terbit]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant