14. Khawatir

5.8K 469 9
                                    


Happy reading:)

Senja mondar mandir tidak karuan. Ia berjalan ke kanan lalu ke kiri. Perasaanya khawatir sekarang. Khawatir jika Langit akan kenapa napa. Sekarang adalah pertandingan antara Langit dan Bisma.

Senja tidak ikut untuk menonton pertandingan itu karena ia tidak suka melihat orang yang saling pukul dengan sengaja. Senja memang aneh. Sudah sekitar dua jam ia mondar mandir gak jelas. Sesekali Senja mengecek ponselnya berharap Hanum atau Icha memberikannya info. Tapi nihil, tidak ada pemberitahuan apapun. Hanum dan Icha memang pergi untuk menonton pertandingan mereka berdua.

Sebenarnya Senja sudah melarang Langit untuk menerima tantangan dari Bisma tapi Langit keras kepala. Dan Senja juga sudah memberitahukan bahwa ia tidak mau datang.

Kemudian ponsel Senja berdering membuat Senja berharap bahwa semuanya baik baik saja

"Halo Han? Langit gimana? Dia gak papa kan? " Tanya Senja beruntun. Jujur, ia sangat khawatir

"Cieee khawatir," goda Hanum di seberang sana

"Ihhh cepetan Han. Langit gak papa kan?"

"Dia menang tanding sama Bisma,"

Senja berdecak "Aku gak nanyain menang atau kalah Han. Tapi aku nanyain keadaan Langit. Dia gak papa kan?"

"Meskipun dia menang tapi dia babak belur Ja," ucapan Hanum membuat Senja semakin khawatir

"Terus sekarang Langit dimana?"

"Langit tadi gak mau di bawa ke rumah sakit. Tadi dia memutuskan pulang aja,"

"Oke makasih infonya,"

Senja menutup telponnya dan langsung bergegas untuk menemui Langit tidak peduli sekarang sudah jam 9 malam. Ia mengendap endap untuk keluar rumah berharap orang tuanya sudah tidur. Jika orang tuanya tahu maka Senja tidak diberikan izin untuk keluar rumah malam malam gini.

Setelah menempuh perjalanan 15 menit akhirnya Senja sampai juga di rumah Langit. Senja membuka gerbang rumah dan langsung masuk ke area rumah Langit.

Hendak saja ia ingin memencet bel tapi suara tamparan membuat Senja mengurungkan niatnya

Plakkkkkk

"BISA GAK SIH KAMU JANGAN BERANTEM MULU! PAPAH TUH CAPEK NGURUSIN KAMU. KAMU ITU GAK BISA DIATUR!" Teriak ayah Langit

"DASAR ANAK GAK TAU DIRI! UNTUNG SAYA MASIH NERIMA KAMU DI SINI." Umpat ayahnya

"Coba kamu lihat? Apa ibu kamu masih peduli sama kamu?" Tanya Ayahnya

Senja yang mendengar itu seketika langsung terdiam. Apa Langit selalu dimarahi seperti ini?

Suara langkah kaki menuju ke arah pintu. Buru buru Senja langsung bersembunyi di belakang tiang yang besar. Lalu ayah Langit keluar dari rumah dengan raut wajah marah. Setelah ayah Langit pergi menggunakan mobil, Senja buru buru memasuki rumah Langit dan langsung mendapati Langit yang sedang memukul tembok dengan keras.

"Lang udah Lang. Kamu jangan nyakitin diri kamu sendiri!" Senja mencoba menenangkan Langit tapi Langit masih memukul tembok dengan keadaan marah

"Mending sekarang lo pergi dari sini!" Suruh Langit. Senja tahu, Langit mengusirnya karena ia tidak mau emosinya sampai bisa menyakiti Senja

Senja tidak menghiraukan perintah Langit. Ia langsung melihat wajah Langit yang babak belur belum diobati ditambah dengan luka di tangan Langit akibat memukul tembok dengan keras

"Lang luka kamu belum diobati?" Tanya Senja panik.

"Bukan urusan Lo!" Jawab Langit ketus dan menghentikan pukulannya. Senja tau Langit mengucapkan itu karena ia sedang marah.
Senja menghela nafas. Lalu ia menarik tangan Langit untuk mengikutinya

Langit & Senja [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now