58. Bukan Mimpi

3.6K 267 132
                                    

"Masa lalu tidak akan pernah terulang kembali. Begitupun dengan kehidupan. Yang harus kita lakukan sebagai manusia, hanyalah tabah dan ikhlas."

Senja mengerjapkan matanya berkali-kali. Kepalanya masih terasa pening. Perlahan ia bisa melihat siapa orang-orang yang sedang berada didekatnya. Dia melihat Bagas, Icha dan Hanum dengan memakai pakaian serba hitam yang membuat Senja penasaran.

Senja berada di ruangan. Ruangan rumah sakit lebih tepatnya. Ia berbaring di ranjang RS dan tangannya diinfus.

Pandangannya kemudian tertuju pada alat infus yang menempel ditangannya. "Kenapa aku diinfus kayak gini?" tanya Senja heran.

"Tadi lo pingsan. Kata dokter lo kurang minum jadi harus diinfus dan lo pingsan selama 19 jam. Mungkin karena lo kecapean. Tadi orang tua lo juga kesini tetapi pulang dulu karena harus mandi," jawab Hanum.

"19 jam? Gak mungkin aku pingsan selama itu," balas Senja tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Hanum.

Senja mengingat kejadian kenapa ia bisa pingsan. Langit.

"Langit. Langit dimana?" tanya Senja.

Hanum langsung memeluk Senja. "Lo yang sabar ya Ja!" hanya itu yang dikatakan oleh Hanum.

"Dimana Langit Han? Langit masih hidup kan? Tadi itu cuman mimpi kan?" tanya Senja dan berharap kalau itu mimpi.

Hanum mengurai pelukannya. "Itu bukan mimpi Ja! Itu kenyataan. Langit udah gak sama kita lagi. Langit udah pergi ninggalin kita," jawab Hanum.

Senja menggeleng. "Please kasih tau aku kalau itu cuma mimpi. Kalian semua bohong kan?"

"Enggak Ja! Kita gak bohong!" sambung Icha.

"Terus sekarang Langit dimana?" tanya Senja penasaran.

"Langit–Langit udah di makamin selama lo pingsan," jawab Bagas ragu.

Dada Senja terasa sesak. Jadi tadi itu bukan mimpi melainkan kenyataan. Kenyataan yang menyakitkan yang harus dihadapi oleh Senja.

"Kenapa kalian gak tunggu aku? Aku kan mau lihat Langit untuk terakhir kalinya." Dada Senja naik turun.

"Tapi Langit harus segera dimakamin Ja. Baru aja kita kembali dari pemakamannya," balas Icha.

Senja menangis. "Aku gak terima Langit ninggalin aku untuk selamanya. Dia pasti masih hidup. Aku mau ketemu sama dia," keukeuh Senja.

Senja melepaskan infusan dari tangannya kasar. Perempuan itu menahan rasa sakitnya demi bertemu dengan Langit. Ia percaya bahwa Langit masih hidup.

Senja turun dari kasurnya dan beranjak untuk keluar dari ruangan ini diikuti oleh teman-temannya. Senja menuju ruangan Langit.

Setelah sampai perempuan itu langsung membuka pintu dan tidak mendapati siapa-siapa disana.

"Langit kemana? Kok dia gak ada disini sih?" Senja bertanya kepada ketiga sahabatnya dengan sedikit berteriak.

"Udah kita bilang Ja! Langit udah enggak ada. Dia udah pergi," jawab Bagas lalu menangkup pipi Senja. "Gue yakin lo pasti kuat. Masih ada kita-kita disini yang akan selalu dukung lo." Bagas menahan supaya air matanya tidak keluar melihat Senja seperti ini.

Tubuh Senja bersender ditembok. Tatapannya tidak bisa diartikan. Semuanya penuh dengan air mata. Tubuh Senja perlahan berjongkok dan akhirnya Senja duduk selonjor dengan berlinang air mata.

"Kenapa kamu ninggalin aku secepat ini Lang? Aku masih mau kamu masih ada disini! Aku gak mau kehilangan kamu. Kok kamu tega banget sih ninggalin aku?" lirih Senja.

Langit & Senja [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now