34. Perang Gombal

3.3K 258 29
                                    

Happy reading:)

"Lang udah malem banget nih. Mending kita pulang sekarang!" Senja memberikan usul.

"Kenapa? Lo ngantuk?" tanya Langit, lembut.

Senja menggeleng dengan cepat. "Enggak!" elak Senja.

"Kalau gitu nanti aja pulangnya!" ujar Langit yang langsung diangguki oleh Senja.

Baiklah, Senja akan menurut jika itu perintah dari Langit. Sebenarnya ia sedikit mengantuk karena biasanya ia sudah tidur. Tapi, karena ia sedang bersama dengan Langit. Jadi, dia tahan supaya tidak mengantuk.

Tidak ada percakapan di antara mereka beberapa menit. Mereka memilih menatap langit yang indah malam ini. Seakan alam pun mendukung kehadiran mereka disini. Angin malam biasanya dingin. Tapi, kini berubah menjadi hangat.

"Gue selalu ingin menjadi bulan yang selalu menjadi pusat perhatian," ujar Langit membuka suara sambil menatap bulan penuh di langit.

Senja menoleh kepada Langit.

"Kalau kamu ingin jadi bulan. Maka aku ingin menjadi bintang yang selalu menemani kamu dimana pun kamu berada," ujar Senja sambil tersenyum.

Langit menoleh hingga tatapan mereka bertamu. "Kenapa jadi bintang? Bintang kan banyak. Gue maunya lo hanya satu," ujar Langit.

"Bayangin aja bintang-bintang itu sebagai perempuan. Perempuan yang selalu ngejar-ngejar kamu. Tapi meskipun begitu. Kamu tetap kan milih aku. Dan aku akan selalu berada di dekatmu seperti bintang yang itu. Hanya satu kan yang berada di dekat kamu?" Senja menunjuk bintang yang berada di dekat bulan. Memang, meskipun banyak bintang tapi hanya satu yang ada di dekat bulan.

"Iya lo emang bener. Gue lebih milih lo daripada yang lain. Karena lo itu spesial. Dari pertama gue ketemu lo aja langsung gue cium." Langit terkekeh diikuti Senja.

Senja terkekeh mengingat kejadian itu. Ekspresi Senja benar-benar tidak bisa diartikan waktu itu. Mau marah? Gak berani karena waktu itu ia belum kenal sama sekali dengan Langit. Bertatap muka pun jarang. Yang pasti, waktu itu dia sangat terkejut. Dan ia tidak percaya bahwa sekarang ia sudah menjadi pacar Langit.

"Waktu itu kenapa kamu bisa berani cium aku?" tanya Senja.

"Gue juga heran kenapa gue bisa lakuin itu. Tapi setelah itu, gue langsung suka sama lo. Makanya, gue jadiin lo babu gue waktu itu supaya lo selalu deket sama gue," jawab Langit pada Senja.

Senja hanya tersenyum mendengar itu. Lalu keduanya kembali memandang langit yang berisikan bintang dan bulan.

"Lo tau gak apa persamaan lo sama bulan?" tanya Langit pada Senja.

"Apa?"

"Sama-sama berharga. Hanya Satu. Dan tidak akan pernah tergantikan," jawab Langit yang membuat Senja bibir Senja membentuk simpul indah.

"Apa persamaan kamu sama malam ini?" tanya Senja pada Langit.

Langit menggeleng. "Apa?"

"Sama-sama menenangkan hati aku," jawab Senja yang membuat Langit tersenyum.

"Sekarang giliran kamu Lang!" ucapan Senja membuat alis Langit menyatu.

"Maksud lo?"

"Gombalin aku!" jawab Senja.

"Oh jadi ceritanya kita lagi perang gombal nih!" Senja mengangguk. "Bisa jadi."

"Oke." Langit nampak sedang berpikir. "Apa bedanya lo sama petir?" tanya Langit.

Senja menggeleng. "Apa?"

"Kalau petir itu nakutin kalau lo ngangenin," ujar Langit.

Ada yang menjual nafas buatan disini? Kalau ada Senja boleh beli gak?

Langit & Senja [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang