4 - 9

1.1K 252 91
                                    


Empat hari terlewat tanpa Chanyeol sempat bertemu dengan Bobby.
Entah gadis itu yang begitu pandai menyembunyikan dirinya, atau Chanyeol yang memang sedang sial. Bobby selalu tak berada di apartemennya ketika Chanyeol datang. Aktivitas Bobby pun seakan bertambah menjadi lebih banyak daripada biasanya.

Chanyeol mendengar beberapa kabar dari Aeri kalau Bobby belakangan ini sering menghabiskan waktunya bersama teman figure skating-nya. Chanyeol juga tau kalau Bobby sempat bertemu Nara. Memikirkan Bobby bertemu dengan pria itu membuat Chanyeol cemas. Bobby biasanya tidak begitu senang bertemu ayahnya.

Dalam hitungan empat puluh delapan jam sebelum tahun berganti, Chanyeol mengawali paginya di penghujung tahun ini dengan lagi-lagi menghampiri gedung yang sama.

Gedung apartemen Bobby.
Untuk kesekian kalinya pula, Chanyeol berharap dan berdoa kepada yang maha kuasa, kepada perajut benang takdirnya agar diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Bobby-nya. Cintanya.

Chanyeol mengusap wajahnya yang suntuk, sebelum memulai mengetuk pintu. Alunan musik Elvis dari dalam memberikan benih-benih harapan di dadanya.

Bobby ada.

Dia akan bertemu Bobby.

Chanyeol merasa gugup teramat sangat ketika suara langkah terdengar dari balik pintu.

Bobby membuka pintu, tangan kanan memegang segelas martini, sementara tangan kirinya memegang gagang pintu. Raut santai Bobby berubah masam ketika ia menemukan siapa di luar apartemennya. Ia nyaris menutup pintunya kembali, namun tangan dengan lengan yang kekar itu menghambatnya.

"Bobby, dengarkan aku dulu, Bobby--"

Chanyeol menyelip masuk dari sela pintu.

Bobby menghela napas gerah. Ia berbalik tanpa mengatakan apa-apa. Chanyeol mengikutinya dari belakang. Memandang punggung gadis itu yang dibalut kaos Manchester United kebesaran.

Sekuat tenaga Chanyeol menahan dirinya untuk tidak menerjang Bobby. Menahan diri untuk tidak memeluk gadis itu seerat-eratnya dan menghujani paras indahnya dengan kecupan.

Chanyeol merindukan Bobby.
Teramat sangat.
Belakangan ini amat sulit untuknya melewati hari ketika Bobby di suatu tempat di luar sana menaruh kekecewaan teramat besar kepadanya.
Chanyeol ingin semua masalah di antara mereka saat ini usai. Ia ingin kembali bersama Bobby dan menghapus dingin di paras wanita itu.

"Kau minum." perhatian Chanyeol tertarik kepada meja di depan tv Bobby. Berbotol-botol besar minuman berdiri di atas meja dengan berbagai brand yang berbeda.

Bobby mendudukkan dirinya di sofa dan menyilangkan kaki. Matanya menyorot Chanyeol seolah menanyakan : Masalah?

"Ini masih jam sepuluh pagi." ucap Chanyeol keberatan.

"Ah, aku yakin di benua lain sudah malam." Bobby menjawab setelah menyesap martini-nya. Ia meletakkan gelasnya ke atas meja dan kali ini benar-benar menatap Chanyeol.

"Apa kau kesini hanya untuk mengkritik jam minumku, atau ada hal lain? Katakan saja, Park Chanyeol, aku akan pura-pura mendengarkan."

Chanyeol terhenyak di posisinya berdiri. Ia seakan-akan sedang tidak berhadapan dengan Bobby. Gadis yang berada di depannya saat ini begitu dingin dan tajam. Bobby-nya tidak seperti ini. Kemana gadis manis dengan lelucon yang aneh itu pergi? Dimana Bobby-nya?

"Bobby, aku--"

"Abigail, sekarang." Bobby meralat tenang. "Aku pikir begitu konyol menggunakan nama saudaraku, kau bisa memanggilku Aby seperti yang lain."

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now