2 - 1

1.3K 250 44
                                    


Di malam yang membekukan itu, Chanyeol berdiri di depan rumah ibunya. Rumah dengan dua daun pintu besar yang tingginya mencapai dua meter setengah. Beragam tanaman hias berbaris rapi di tepi pagar besi rumah itu, memberikan nuansa hijau yang kelabu.

Chanyeol mengetuk pintu beberapa saat lalu, namun butuh waktu yang cukup lama sebelum pintu itu terbuka.

Di sanalah dia berdiri, wanita yang Chanyeol kenali dengan keanggunan tiada dua. Ibunya, Park Aeri. Wanita itu berdiri di depan pintu yang terbuka dengan gaun malam berwarna hitam terbaiknya. Kalung mutiara melingkari leher jenjang wanita itu, sementara selendang bulu-bulu berkilauan menyelimuti lengannya.

"Anakku tersayang." dan wanita itu berucap sebagai penyambutan.

Ia menerima sebuket bunga mawar yang Chanyeol berikan kepadanya, menyerahkan bunga itu kepada pelayan yang berdiri di belakangnya, lalu berbalik kembali ke arah Chanyeol dan memberikan pelukan kepada pria itu.

"Anakku yang kurang ajar akhirnya pulang." ucapan Aeri jelas berbanding terbalik dengan senyuman penuh harunya. "Sudah satu bulan lebih kau di Korea, dan hanya sekali kau menemuiku."

"Maafkan aku." Chanyeol menjawab seiring pelukannya dan Aeri merenggang. Wanita itu sedikit kurus.

"Tidakkah kau tau ibumu kesepian di sini. di rumah sebesar ini, sendirian, tidak ada teman untuk bicara, aku sampai membeli seekor puddle untuk menggantikanmu."

"Maafkan aku, bu." Chanyeol mengulang. Apa ia lupa mengatakan bahwa ibunya sangat overdramatis? "Aku sibuk bekerja belakangan ini."

"Oh, aku bisa melihatnya. Minum anggur di rumah Areum, menonton Scooby Doo, berseluncur di es, bahkan nongkrong di bar. Pekerjaanmu sangat banyak belakangan ini." Aeri berucap sarkastis.

"Apa ibu membayar orang untuk mengawasiku?" Chanyeol memandang wanita itu awas.

"Oh, tidak anakku. Untuk apa aku melakukan itu. Sungguh kesia-siaan, bukan?"

"Bu?"

"Tidak penting. Bukan itu alasanku menyuruhmu pulang." Aeri tersenyum lebar, ia menarik Chanyeol lebih dekat ke dalam gandengannya.

Mereka melenggang menuju ruang makan, sesaat Chanyeol sibuk mengamati rumahnya yang telah lama tidak ia kunjungi. Tempat ini masih tertata nyaris serupa. Hanya beberapa bagian yang berubah, seperti warna beige di temboknya yang menjadi lebih cerah. Lampu gantung di ruang tengah juga mengalami perubahan. Dulu lampu-lampu itu berbentuk seperti mahkota raksasa yang memancarkan cahaya, sekarang, lampu hias itu berbentuk seperti wadah lilin yang melengkung ke atas. Kaca-kaca yang berbentuk lilin memancarkan cahaya dari sana.

Sebuah guci bunga buatan china terpajang di sudut pintu, Chanyeol melewatinya sebelum kemudian tiba di ruang makan.

Aeri melepaskan gandengannya dan berseru. "Happy Anniversary."

Seruan sumringah Aeri membuat Chanyeol terdiam. Tepat di depannya, meja makan telah tertata rapi bersama mawar merah pemberiannya.

Seketika Chanyeol teringat kembali, ini adalah hari peringatan pernikahan orangtuanya.

Seharusnya ia berpakaian yang rapi tadi, bukannya malah memakai pakaian kerja.

Kesibukan dan beragam tekanan telah menutup matanya dari hal-hal penting. "Aku seharusnya membawa hadiah." Chanyeol tersenyum bersalah.

"Sayangku. Kau sudah seharusnya membawa hadiah. Ini adalah hari penting. lihat, Chanyeol II saja memakai dasi termahal untuk makan malam ini." Aeri menarik Chanyeol II, seekor anjing puddle ke dalam pelukannya.

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now