2 - 2

1.3K 258 70
                                    

Add it all up, I can find it
The problem with love is
I'm blinded by
It rattles my lungs, but my mind is
Tangled between your little flaws
Your flaws.

Chanyeol memikirkan ucapan ibunya di malam ketika ia berkendara menuju apartemen Bobby. Ia belum menyerah untuk bertemu lagi dengan wanita itu kendati Bobby telah menjauhinya dengan sangat apik. Chanyeol tidak akan menyalahkan gadis itu juga, Bobby menjauhinya karena ia yang meminta.

Kendati sangat ingin bertemu kembali dengan Bobby, Chanyeol sangat sadar bahwa ia tidak memiliki persiapan apapun untuk diucapkan kepada gadis itu.

Ia hanya berharap Bobby akan memaafkannya.

Foto Areum, dirinya dan Jongin yang tertempel di atas dashbor mobil menyita perhatian Chanyeol sesaat. Ia menatap wajah Areum di foto itu yang tersenyum riang.

Seselip pemikiran hadir di benaknya : Bagaimana bila kesempatannya dengan Areum memang ada?

Bukan sekali Chanyeol memikirkan peluang itu. Sejak Areum dan Jongin berpisah, ia selalu membayangkan dirinya mengambil posisi Jongin di samping Areum.

Tetapi, ia tidak yakin kepada peluangnya. Dan semakin tak yakin ketika ia bersama Bobby.

Ada sesuatu tentang Bobby yang menarik sedikit perhatian dan minatnya. Gadis itu memberikannya kebebasan. Bersama Bobby, ia merasa lepas.

Bukannya ia berpaling dari Areum dan berganti memimpikan Bobby, hanya saja..., ia tidak mengerti.

Chanyeol tidak mengenal dirinya lagi. Apa yang ia inginkan, dan apa yang ia cintai berjalan di jalan yang berbeda. segala hal tampak kabur untuknya.

Ia sangat ingin memiliki Areum, demi tuhan. Namun ia tau, ada bagian dari dirinya pula yang tidak menginginkan Bobby pergi.

Ia tidak tau apakah ini bentuk dari kelabilannya dalam memilih, atau keserakahan. Yang ia pahami, keinginan ini mulai menggerogotinya. Memakannya dari dalam, dan membuatnya kesulitan untuk berkonsentrasi. Ia menjadi bukan dirinya lagi. Ia gampang meledak dan kepalanya, oh, kepalanya, semrawut.

----


Satu-satunya alasan bagi Bobby untuk keluar di malam hari, terlebih di pukul delapan malam dan cuaca sedang tidak menyenangkan, dingin dan dingin dan dingin, hanyalah karena persediaan makanannya telah habis. Ia ke supermarket terdekat dari apartemennya, membeli beberapa sayuran dan buah-buahan segar, beberapa makanan ringan, seember ice cream dan sebuah koran terbaru.

Belanjaannya memenuhi bagasi, Bobby kembali ke apartemennya dengan perasaan lega. Lantunan musik dari Sia menemani perjalanannya. Tak berselang lama pula, hanya menghabiskan dua durasi lagu, Bobby telah tiba di lahan parkir gedung apartemennya. Bobby keluar dan mendaratkan kakinya yang berbalut boots hitam panjang mencapai paha. Bobby mengenakan minidress cokelat di balik mantel hitamnya yang bertudung. Tudung mantel itu menutupi rambut panjangnya yang tergerai, menahan angin agar tidak meniupkan rambutnya kemana-mana.

Bobby mengambil dua paperbag besar berisi belanjaannya, dan membawa dua tas itu sambil sedikit-sedikit mengumpat.

Langkah Bobby nyaris mencapai loby, namun tarikan tiba-tiba kepada tas belanjaannya yang di rampas paksa membuat Bobby terperangah. Langkahnya terhenti, tubuhnya kontan berbalik kepada sosok yang menarik tasnya.

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now