2 - 6

1.4K 265 72
                                    

Are you insane like me?
Been in pain like me?

....

Nyatanya ia tidak menemukan Bobby dimana pun malam itu. Tidak pula keesokan harinya, dan keesokan harinya lagi. Hingga hari berganti minggu.

Chanyeol terlelap dengan rasa bersalah mencekiknya setiap malam. Mendekapnya dengan dingin menyakitkan. Karena itu pula, terkadang Chanyeol memutuskan tidak tidur dan memilih menyaksikan performa Bobby di layar laptopnya dari gadis itu berusia tiga belas. Video interview-nya yang menggemaskan dan lugu, hingga ia beranjak dewasa dengan keanggunan menyertainya.

Chanyeol tidak berhenti mencari Bobby tentunya. Ia beberapa kali mampir ke apartemen Bobby, namun si satpam sendiri mengatakan bahwa penghuni kamar 2A itu sudah lama tidak kembali. Chanyeol tidak tau harus mencari Bobby kemana lagi, kendati sebenarnya masih ada satu opsi sebagai tempat bertanya : Jongin. Tapi ia belum memiliki keberanian untuk melangkah sejauh itu. Perasaan cemas akan Jongin yang menaruh curiga terhadapnya merantai pergerakan Chanyeol untuk bertanya.

Memang, dia adalah pengecut.

Hari ini lagi, Chanyeol menonton penampilan Bobby di balik meja kerjanya. Mengabaikan beberapa berkas yang menuntut untuk dibaca.

Kebanyakan menonton video Bobby membuat rekaman-rekaman lain tentang gadis itu hadir di rekomendasi youtube-nya.

Chanyeol meng-klik video paling atas pada rekomendasinya. Pada bagian judul, tertera tanggal dan tempat dimana pertunjukan itu berlangsung.
Sochi 2014, Winter Olympics. Ini adalah olimpiade empat tahun silam.

Dalam kesunyian Chanyeol mengulum senyum. Bobby masih terlihat sangat muda di video itu. Ia mengenakan gaun merah yang indah, dengan debu kerlap-kerlip menghiasi parasnya yang seputih susu.

Itu merupakan momen pembukaan ketika para peseluncur memasuki arena, saling melambai tangan kepada penggemar di tribun. Namun dalam beberapa detik kemudian, sorot kamera jatuh tertuju pada Aby. Gadis itu meringkuk di lantai es bersama pemain yang lain.

Chanyeol terbelalak, seakan kejadian itu baru terjadi.

Bobby bersimpuh dengan darah mengalir dari kepalanya, dan berlabuh di dagu.

Chanyeol begitu tertohok oleh tombak tak kasat mata yang menikam tembus kepada jantungnya. Ia menggeram marah hanya dengan menatap penggalan video itu, bahkan ketika Bobby kembali berdiri dengan senyuman tipis. Chanyeol merasakan bagaimana gadis itu tidak baik-baik saja. Ia mengutuk bagaimana lambannya para medis yang bergerak untuk menolongnya. Bahwa mereka seharusnya di pecat atas ketidakbecusan itu.

Chanyeol mengganti videonya dengan tangan yang bergetar. Masih pada tanggal yang serupa dan even olimpiade yang sama. Chanyeol tidak mengerti mengapa masih ada video yang lain tentang penampilan Bobby di sana. Gadis itu cedera di awal, seharusnya ia tidak tampil sama sekali.

Namun persepsi hanya tinggal persepsi, tidak peduli betapa geramnya Chanyeol menatap layar laptopnya, ia tidak bisa mengubah masa lalu. Bobby tetap tampil hari itu, dengan penampilan yang membuat ngilu merayap di dada siapa pun yang melihatnya. Perban di kepala, dan plester di pinggir telinga. Chanyeol merasakan panas di matanya. Bagaimana bisa Bobby tetap bermain dengan luka dan perban yang terbelit tak rapi.

Mengatur napas sesaat, Chanyeol kembali menatap video itu. Menatap setiap detiknya dengan kepedihan yang menjalar ke seluruh sarafnya.

HIGH HEELS (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang