1 - 3

1.4K 286 87
                                    

Speak the Truth.
.
.
.

Bobby menelepon pak Junsu agar mengambil sepedanya, sebelum kemudian menyusul Chanyeol memasuki mobil sport hitam milik pria itu.

Sejenak, tidak ada kata yang terucap di antara mereka. Chanyeol menyetir keluar dari area perbelanjaan sementara Bobby di sampingnya sibuk mengunyah seperti sapi. Tidak ada tujuan, Chanyeol tidak tau harus mencari tempat bicara yang pantas di mana.

Aroma permen karet dan mawar menguar di mobil itu. Mengganggu konsentrasi Chanyeol. Si pemilik aroma mawar itu sendiri cuek-cuek saja. Rambut ungu mudanya yang tadi terbelit tinggi, sekarang terurai. Mungkin sebab itulah aroma mawarnya semakin tebal. Mungkin karena rambut gadis itu berkibar lembut tertiup pendingin mobil, dan menyebarkan semerbak aromanya.

"Kau tidak akan mengajakku mengobrol di Busan, kan?" Bobby akhirnya bersuara setelah memerhatikan arah perjalanan mereka yang tak tentu.

"Aku hanya mencari tempat untuk kita bicara."

"Coba ke Paris, aku dengar cuacanya bagus di sana." cibiran Bobby berakhir dengan delikan tajam Chanyeol.

"Diamlah."

"Aku lapar." ucap Bobby lagi, lebih seperti keluhan anak kecil. "Bisa kita mampir ke McD."

"McD?" Chanyeol menoleh sebentar kepada Bobby lalu kepada jalan di depannya, dimana tidak begitu jauh, papan iklan Mc. Donald terpajang besar. "Aku kagum dengan seleramu."

"Katakan saja." sinis Bobby memancing perkara. "Si murahan ini memakan makanan murahan juga."

"Aku tidak berkata begitu." Chanyeol mengerutkan dahi. Tapi Bobby tidak menyahutnya lagi. Chanyeol benar-benar tidak mengerti dengan gadis ini. Alhasil yang Chanyeol lakukan berikutnya adalah bungkam juga.

Tak berselang lama, mobil yang Chanyeol kendarai memasuki pekarangan parkir Mc. Donald yang lumayan ramai. Ia memarkirkan mobilnya dan membiarkan Bobby melenggang masuk duluan.

Chanyeol menyusul dengan jarak beberapa meter di belakang. Jarak yang terbentang cukup jauh di antara mereka membuat orang-orang tak menyadari Chanyeol bersama Bobby. Sehingga mata-mata mendamba yang tadinya tertuju kepada ayam, bergulir kepada Bobby.

Siulan kecil dari remaja SMA di tengah ruang membuat Chanyeol menggaruk tengkuknya tak tahan. Bocah-bocah jaman sekarang benar-benar berani. Berani dan penuh hormon. Chanyeol tidak mengerti mengapa Bobby tidak berbalik dan menampar wajah anak-anak itu dengan nampan.

Bobby nyaris mengisi meja kosong yang jaraknya hanya beberapa meja dari bocah berandalan itu, namun sebelum ia menarik kursi, Chanyeol entah sejak kapan sudah berada di sampingnya, dan lebih mengejutkan lagi, pria itu merengkuh pinggangnya. Menarik gadis itu agar merapat.

"Aku tidak mau duduk di sini." ucap Chanyeol acuh tak acuh.

"Apa berbicara memerlukan kontak fisik seperti ini?" Bobby berkomentar keheranan. Kedua tangan Bobby memegang lengan Chanyeol yang melingkupi pinggangnya.

"Ayo." Chanyeol masih tidak peduli. Dia menarik Bobby menuju meja kosong yang berada di bibir jendela, jauh dari keramaian pula mata-mata yang kelaparan.

"Bisa jelaskan maksud yang tadi?" Bobby melempar pandangannya ke seberang meja. Kepada Chanyeol yang sudah duduk santai, seolah tak terjadi apa-apa.

HIGH HEELS (PCY)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz