1 - 4

1.5K 274 109
                                    


Bitter, better

Robert's got a quick hand
He'll look around the room, he won't tell you his plan
He's got a rolled cigarette, hanging out his mouth.

Berbeda dari hari biasanya, hari ini Darling mendatangkan band lokal yang katanya cukup naik daun di kalangan remaja dan mahasiswa. Oleh karena itu pula tidak ada lagu DJ dan penari strip.

Katanya ada seorang anak pejabat yang  berulang tahun, dan anak itu merayakan ulang tahunnya di Darling. Chanyeol yang malam itu datang bersama Jongin memang menyimpan heran saat datang dan menemukan banyak sekali remaja delapan belasan memenuhi Darling. Menari di depan pentas kecil yang memang disiapkan untuk band itu.

"Aku teringat pada ulang tahunmu ke sembilan belas dulu." Chanyeol berujar seraya terkekeh.

Jongin yang duduk di sampingnya; di depan meja bar melirik kerumunan itu. "Nah, pestaku lebih ramai saat itu."

"Aku ingat Sena membuka gaunnya. Aku masih tidak percaya dia sampai melakukan itu."

"Aku lebih tidak percaya dia memiliki payudara." Jongin menyemburkan tawa.

"Dia melakukannya untukmu." sahut Chanyeol. Sedikit tertawa pula mengingat perayaan ulang tahun Jongin dulu yang menampung banyak kegilaan.

Chanyeol masih mahasiswa saat itu. Dia bela-bela kembali dari London hanya untuk datang ke pesta ulang tahun Jongin. Pesta yang sangat gila. Lebih banyak kulit yang terlihat, aroma alkohol yang menyengat, dan musik yang membuat telinga panas.

Saat itu juga, Chanyeol hanya kembali seorang diri. Areum menolak untuk datang. Jongin cukup patah hati malam itu.

"Dan keesokan paginya kau pulang." Jongin menarik napas dalam. Dia menerima setoran minuman dari bartender berwajah cantik itu, dan kembali menatap hampa kepada pantulan dirinya di lemari kaca di seberang meja. "Seolah kau hantu."

"Tuntutan pelajar." Chanyeol menimpali dengan agak simpati. "Tapi, hei, aku di sini sekarang."

"Ya. Kau dan Areum di sini." Jongin menyesap minumannya dengan sekali tegukan, sebelum kemudian mendorong gelas kosong itu kembali kepada si bartender.

Jongin mengeluarkan isi saku celananya yang mengganjal. Sebuah ponsel, dompet dan satu kotak rokok bersama pemantiknya. Jongin mengambil satu batang rokok, dan menyodorkan kotaknya ke Chanyeol. Si jangkung itu menggeleng.

"Kau masih seperti dulu, Yeol." Jongin terkekeh. "Pantas Bobby menyebutmu Santo."

"Huh?" Chanyeol tertawa hambar. "Ngomong-ngomong Jong, umm, mengenai pacarmu itu, kapan kau mulai mengenalnya?"

"Bobby?" sahut Jongin dan menoleh.

"Memangnya ada yang lain?"

"Tidak, tidak ada. Aku cuma heran kau bertanya." Jongin menyesap rokoknya sebentar, dan bernapas menghembuskan asapnya. "Kami bertemu kembali di sini. Tepat di meja ini juga. Aku mengenalnya sebagai temanku saat sekolah, dan yah, kami mulai dekat."

"Jadi kau..., menyukainya begitu saja?"

Jongin agak heran mendengar pertanyaan itu, namun tetap menjawab, "Ya. Hanya seperti itu."

"Apa kau menyukainya seperti kau rela mati dan menderita untuknya, atau hanya suka, suka?"

"Aku tidak memikirkan perasaanku sejauh itu." Jongin menerima lagi gelasnya. "Aku dan Bobby, kami menjalani hubungan dengan santai."

"Tapi bagaimana kau tau kau menyukainya?" pertanyaan Chanyeol benar-benar menimbulkan keheranan di diri Jongin. "Kenapa kau penasaran sih?"

Mengangkat bahu, berpura-pura apatis. "Aku cuma tidak mengerti cara kerjanya."

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now