0 - 5

2.4K 429 56
                                    


(Dalam masa-masa ingin melunasi hutang.)
.
.
.
.
"Bagaimana pundakmu?" Jongin berujar seiring ia menarik bangku plastik di samping ranjang Bobby. Untuk pertama kalinya pemuda bertampang nakal itu terlihat serius di depan Bobby.

"Jangan dipikirkan. Ini cuma cedera ringan." Bobby menimpali menenangkan. Gadis itu duduk di atas ranjangnya, kendati merasa ngilu di lengan ia tetap meraih tasnya dan mengambil mascara di sana.

"Make-up ku berantakan." ucapnya kemudian.

"Kau tetap cantik, B." Jongin mengusap lengan Bobby lembut. "Aku minta maaf."

"Jangan minta maaf, bukan kau yang membuat aku jatuh."

"Bobby benar." lalu suara itu entah bagaimana dan kapan datangnya, menyahut. "Itu aku." Chanyeol melenggang masuk bersama Areum di sampingnya.

Tidak ada kecemasan berarti di wajah pemuda itu. Yah, bagaimana pun ia tidak menemukan alasan khawatir sedemikian rupa. Dia sudah menemui dokter tadi dan mendapati informasi bila jatuhnya Bobby hanya menimbulkan cedera pundak biasa. Istirahat beberapa hari juga Chanyeol yakin gadis itu sudah bisa berlari-larian di mall dengan tas belanjaan menumpuk. Dia tidak akan mati.

Dia tidak mengerti mengapa Jongin sampai meninjunya?

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Areum, memecah keheningan yang janggal di antara mereka.

Bobby mengangkat alisnya dan memandang Areum dengan sorot mata : lihat sendiri, kan!

"Aku sehat." sahut Bobby, yang mana membuat Jongin bangkit dari bangkunya dengan geram.

"Jongin?" sergah Bobby ketika pemuda itu hendak berbicara. Pandangan mereka bertemu. "Tolong, belikan aku cheese burger."

Mengembuskan napas gerah. "Fine!" sahutnya nyaris seperti teriakan.

Ketika Jongin pergi dan meninggalkan Bobby bersama Chanyeol dan Areum, suasana kembali membeku di antara mereka. Areum yang masih kebingungan akan sikap Jongin memilih menyimpan pertanyaannya dalam hati, dan Chanyeol..., dia tetap menjadi dirinya. Si tuan 'mau tahu segala hal'.

"Kenapa dia?" ucap Chanyeol.

"Kenapa, kenapa?" Bobby menyahut sinis. Ada yang berbeda dari gadis itu, tapi Chanyeol entah bagaimana tidak mengetahui apa perbedaannya. Dia hanya merasa ada yang tidak pas. Sesuatu di mata gadis itu mengatakan hal lain. Hal yang tak ia mengerti.

"Aku tau eyeliner-ku luntur, tapi kau tidak perlu mempelototiku segitunya."Bobby berujar malas. "Idiot."

Mengesampingkan ucapan Bobby, Chanyeol kembali bertanya, "Ada apa dengan Jongin?"

"Ada apa dengan dia?"

"Kenapa dia begitu kesal?"

Memutar mata. "Menurutmu? Mau ku praktekkan?" Bobby memandang Chanyeol tak percaya. Ada apa sih dengan otak si jangkung ini? "Bagaimana kalau aku melempar Areum keluar jendela sekarang, Park Chanyeol? Mungkin DENGAN BEGITU KAU BISA PAHAM KENAPA JONGIN BEGITU KESAL!"

Chanyeol terperanjat. Tidak menduga Bobby akan meneriakinya.

"Kalian membuatku pusing." Bobby merebahkan tubuhnya di ranjang. "Jika hanya ini tujuan kalian kemari, lebih baik kalian pulang."

"Kami tidak bermaksud membuatmu kesal." Areum melangkah mendekati ranjang. Ia menatap Chanyeol sebentar, "kami datang untuk meminta maaf. Chanyeol ingin meminta maaf."

Bobby mengerutkan alis, Chanyeol lebih parah.

"Apa!" Chanyeol jijik.

"Chanyeol, kau memaksa Bobby naik ke kudamu, dan lihat sekarang." Areum tersenyum. "Aku tidak ingin hubungan kita dan Jongin retak karena ini."

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now