3 - 0

1.3K 265 68
                                    


Baiklah.

Persetujuan Chanyeol pagi itu bukan dengan suka-rela. Nyatanya, persetujuan yang ia buat diikuti oleh beberapa persyaratan. Dan persyaratan utamanya ialah Jongin harus tau hubungannya dengan Bobby. Karena persyaratan yang dibuat Chanyeol, di sinilah mereka akhirnya. Duduk berhadapan dengan Jongin sebagai bintang tamunya.

Sahabat Chanyeol yang biasanya skeptis pada perubahan dunia itu, kali ini menyemburkan kopi keluar dari bibirnya tepat ketika Chanyeol mengatakan : Aku dan Bobby menjalin hubungan.

Dengan panik, Bobby mengambil berlembar-lembar tisu dari kotak yang tergeletak di tengah meja, namun saat ia hendak membantu Jongin menyeka air kopi yang membasahi dagu dan kemejanya, tangan Chanyeol lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Dia bisa sendiri." Chanyeol mengambil tisu dari tangan Bobby dan menyerahkan kertas tipis itu ke depan Jongin. Tampang Chanyeol acuh ketika Jongin mempelototinya. Ia juga tidak peduli pada pandangan protes Bobby.

Jongin membersihkan wajah dan kemejanya menatap penuh penilaian ke arah Chanyeol. Ada puluhan tanya mengisi kepala pria itu, namun tak ia ucapkan karena tidak ingin terkesan terlalu ikut campur.

"Jadi kalian benar-benar bersama, heh. Sejak kapan?" ia hanya bertanya sesuatu yang dasar saja.

"Baru-baru ini." itu Bobby.

"Sudah lama." dan itu Chanyeol.

"Kalian membingungkanku."

Chanyeol menatap Bobby aneh. "Kita sudah lama, ingat?"

"Yang waktu itu tidak dihitung Yeol, kita cuma dua hari bersama."

"Kenapa tidak?"

"Sudah kubilang, kan. Itu cuma dua hari!"

"Tapi hubungan kita berkembang sejak waktu itu."

"Tidak ada kita, ingat. Kau mengusirku."

"Dan aku minta maaf."

"Ekhm!!!" Jongin benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ia lihat sekarang. Singa dan harimau ini, apa mereka serius bersama?

"Aku masih di sini." Jongin tersenyum dongkol. Ia menyilang kakinya di bawah meja, selagi dua orang itu saling melotot. Yah, mungkin mereka memang pacaran.

"Jadi katakanlah kalian benar-benar bersama.." Jongin berusaha menarik fokus Chanyeol dan Bobby kembali.

"Kami memang benar-benar bersama." Chanyeol sewot.

"Yah, maaf, Park Chanyeol. Tapi apa hubungan kalian bersama, denganku?" Jongin menaikkan sebelah alisnya menilai. "Aku tentu saja senang Aby akhirnya memiliki seseorang yang ekhm, ia sukai. Dan aku yakin dia sudah mengatakan padamu juga tentang hubungan kami berdua yang hanya sahabat. Jadi...?"

"Aku ingin kita tetap melanjutkan sandiwara di depan Areum." Bobby yang menyahut.

"Apa?" Jongin heran. "Aku senang kau mau membantuku selama ini, tapi, sekarang kau punya..." robot posesif jangkung yang gampang meledak. "Chanyeol. Aku tidak ingin memberatkanmu lebih jauh lagi."

"Sudah kubilangkan, By. Kau tidak perlu membantunya lagi." Chanyeol berseru terlampau bersemangat.

"Chanyeol setuju."

"Huh?"

"Dia mau aku membantumu. Aku sudah berjanji kepadamu, Jong. Kau bahagia, aku bahagia. Ingat?"

Chanyeol mendengus, punggungnya ia hempaskan ke sandaran bangku. Matanya menatap Bobby, menyorot wajah gadis itu dengan kekesalan dan ketakjuban yang bercampur. Ia kesal mengapa Bobby bisa sepeduli itu pada orang lain. Hal itu membuatnya takjub juga, ia tidak menyangka wanitanya adalah sosok berhati malaikat. Oke, pemikirannya memang agak berlebihan.

"Biarkan aku membantumu, Jong. Kita tuntaskan apa yang kita mulai." Bobby meraih lengan Jongin lembut, menyemangati sahabat sejak kecilnya. Jongin adalah orang yang mengenalkan Bobby pada kebebasan. Menceritakan banyak hal yang terlewatkan oleh Bobby karena gadis itu sibuk mempersiapkan diri untuk pertandingan yang datang silih berganti. Jongin juga adalah orang yang mengerti bagaimana menderitanya ia setelah saudaranya meninggal dunia.

Mereka sudah sedekat ini sejak lama, dan Bobby rela melakukan apapun untuk sahabatnya itu. Bahkan bila itu artinya ia harus menyembunyikan hubungannya dengan Chanyeol.

Lagipula, hubungannya dan si jangkung itu tidak begitu mendesak untuk ia sampaikan kepada banyak orang.

"Baiklah kalau begitu, selama Chanyeol tidak keberatan." Jongin melirik Chanyeol, yang disambut dengan senyuman malas.

"Tentu saja tidak." Chanyeol menarik duduknya kembali mendekat ke arah Bobby dan Jongin. Ia menirukan usapan lembut Bobby dengan gestur mengejek, pada lengan jongin. "Selama kau menjaga tingkahmu."

"Chanyeol." Bobby menatap Chanyeol protes.

"Ini dia, ini." Jongin menepis usapan menjijikkan Chanyeol. "Aku bisa mempercayaimu, B. Tapi Chanyeol. Si brengsek posesif ini, hell, aku tidak yakin dia bisa menjaga rahasia selama setengah menit.-

Terlebih dia tim Areum. Dia akan meleleh sekali saja Areum menatapnya."

"Aku tidak seperti itu." Chanyeol mendelik sangsi.

"Jongin benar." Tapi Bobby berpihak ke arah lain. "Jika Areum memintanya meninggalkanku, Chanyeol akan menurut saat itu juga." Bobby bermaksud mengejek.

Tapi Chanyeol tidak suka akan ejekan itu.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, Bobby."

"Oh, Cupcake. Aku hanya bercanda. Jangan serius." Bobby terkekeh. Ia mengusap rahang Chanyeol dengan senyuman yang merekah gemas.

Jongin di seberang meja bergidik ngeri. Di depannya, dua orang dengan kepribadian setajam pisau, menjalin hubungan. Berdoa saja mereka tidak saling menikam satu sama lain.


Sebelum mereka berpisah, Jongin memberikan pelukan singkat kepada Chanyeol. Sebuah pelukan khas dua sahabat lengkap dengan tepukan dua kali di punggung. Bobby menatap keakuran mereka dengan seulas senyum ceria. Dan ketika pelukan singkat itu terlepas, Chanyeol dan Bobby melenggang pergi.

Chanyeol menoleh sekilas ke arah Jongin ketika mereka telah menjauh. Di pikirannya, bisikan Jongin saat mereka berpelukan tadi kembali terputar.

Aku akan membunuhmu kalau kau membuatnya menangis! Itu adalah peringatan yang serius, bukan sekedar candaan antar sahabat. Dan mengetahui Jongin mengkhawatirkan Bobby sebanyak itu. Chanyeol jadi penasaran sedekat apa Bobby dan Jongin dulu.

Dan kenapa pula Jongin malah meragukannya? Apakah dirinya semeragukan itu hingga Jongin tak mempercayai dirinya bersama Bobby?

"Yeol?" Bobby membuyarkan lamunan Chanyeol setiba mereka di depan mobil.

"Apa ada sesuatu?"

Chanyeol menggeleng dan tersenyum. "Hanya memikirkanmu."

"Memikirkan aku? Kenapa aku?"

"Karena aku menyukaimu, jadi aku memikirkanmu sepanjang waktu."

"Oke, aku mual." Bobby terkekeh dan masuk ke mobil lebih dulu. Selang beberapa sekon, Chanyeol menyusul masuk.

----

Haroohaaaaa guys..

Sorry baru update...wkwkwkwk, penyakit lama saya kumat (re : mager). Ini juga masih dalam suasana malas update...:"v

Chapter ini pendek yawww..., timing ngetiknya lagi gak pas nih, hehehehehee

Jaa matta 💕💕💕💕

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now